Lompat ke isi

Lawang Sewu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lawang Sewu
Het hoofdkantoor van Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij, N.V. te Semarang
Lawang Sewu tahun 2011
Lawang Sewu
Lawang Sewu
Lokasi di kota Semarang
Informasi umum
AlamatJalan Pemuda
KotaSemarang
NegaraIndonesia
Koordinat6°59′2.13″S 110°24′38.28″E / 6.9839250°S 110.4106333°E / -6.9839250; 110.4106333
Peletakan batu pertama1904
Rampung1919
Dibuka1907
PemilikPT Kereta Api Indonesia
Tuan tanahKAI Wisata
Data teknis
Jumlah lantai3
Desain dan konstruksi
ArsitekC. Citroen
Firma arsitekturJ.F. Klinkhamer and B.J. Quendag
Cagar budaya Indonesia
Lawang Sewu
PeringkatNasional
KategoriBangunan
No. RegnasCB.30
Lokasi
keberadaan
Semarang, Jawa Tengah
Tanggal SK1992, 2010 & 2014
PemilikPT Kereta Api Indonesia
PengelolaKAI Wisata
Nama sebagaimana tercantum dalam
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya

Lawang Sewu (bahasa Belanda: Het hoofdkantoor van Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij, N.V. te Samarang) adalah bangunan kantor pusat yang terletak di seberang Tugu Muda, Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, yang dibangun sebagai kantor pusat Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Bangunan ini berstatus sebagai aset Kereta Api Indonesia (KAI) karena merupakan buah dari perebutan NIS oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) pada masa Perang Kemerdekaan. Saat ini bangunan tersebut dijadikan sebagai museum dan galeri sejarah perkeretaapian oleh Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur dan KAI Wisata.[1]

Etimologi

Nama Lawang Sewu aslinya merupakan julukan gedung itu dalam bahasa Jawa yang berarti "(bangunan ber)pintu seribu".[2] Desain bangunan ini memiliki banyak ruang,[3] serta memiliki sekitar 1.000 jendela yang tinggi-tinggi dan besar-besar sehingga dikira sebagai "pintu".[4]

Jendela ukuran besar sering ditemukan pada bangunan Belanda di Indonesia. Banyak bangunan, rumah, atau struktur lain yang dibuat oleh mereka memiliki jendela dengan ukuran yang serupa. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi iklim lembap dan panas di Indonesia. Dengan banyaknya jendela ini, akan lebih banyak masuknya udara dan membuatnya menjadi dingin[5]

Tata letak

Cetak Biru untuk Bangunan B

Kompleks Lawang Sewu terdiri dari dua bangunan; yaitu gedung A dan B serta C dan D, menghadap Jalan Pemuda. [6] [3] Bangunan A menghadap bundaran Tugu Muda.[6][3] Terdapat dua menara kembar di gedung A yang awalnya digunakan untuk menyimpan air, masing-masing dengan kapasitas 7.000 liter (1.800 US gal).[6] Bangunan ini memiliki jendela-jendela kaca besar dan tangga besar di tengahnya.[7] Terdapat pula sebuah terowongan yang menghubungkan bangunan A ke beberapa situs lain di kota, termasuk rumah gubernur dan pelabuhan. [6]

Gedung B terletak di belakang gedung A,[6] setinggi tiga lantai dengan dua lantai pertama terdiri dari perkantoran dan yang ketiga adalah hall utama.[6] Bangunan dengan jendela-jendela besar ini juga memiliki lantai bawah tanah yang sebagian dialiri air untuk mengatur suhu ruangan.[6]

Di depan gedung berdiri Tugu Muda untuk memperingati Pertempuran Lima Hari.[8]

Sejarah

Gambar bangunan pada awal 1900-an
Aula samping gedung

Lawang Sewu diarsiteki oleh Cosman Citroen, dari perusahaan J. F. Klinkhamer dan B. J. Quendag.[3] Bangunan ini dirancang dalam Gaya Hindia Baru, istilah yang diterima secara akademis untuk Rasionalisme Belanda di Hindia.[9] Mirip dengan Rasionalisme Belanda, gaya adalah hasil dari upaya untuk mengembangkan solusi baru untuk mengintegrasikan preseden tradisional (klasisisme) dengan kemungkinan teknologi baru. Ini dapat digambarkan sebagai gaya transisi antara Tradisionalis dan Modernis dan sangat dipengaruhi oleh desain Berlage.[10]

Konstruksi dimulai pada tahun 1904 dengan bangunan A yang selesai pada tahun 1907.[6] Sisanya rampung pada tahun 1919.[6] Awalnya digunakan oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij, perusahaan kereta api pertama di Belanda Timur. Hindia [6]

Setelah Jepang menginvasi Indonesia pada tahun 1942, tentara Jepang mengambil alih Lawang Sewu.[6] Ruang bawah tanah gedung B diubah menjadi penjara dengan eksekusi mati dilakukan di dalamnya.[6] Ketika Semarang direbut kembali oleh Belanda dalam pertempuran di Semarang pada Oktober 1945, pasukan Belanda menggunakan terowongan yang mengarah ke gedung A untuk menyelinap ke kota.[6] Pertempuran terjadi dengan banyak pejuang Indonesia gugur.[3] Lima pegawai yang bekerja di sana juga gugur.[8]

Setelah perang, tentara Indonesia mengambil alih kompleks.[8] Bangunan tersebut kemudian dioperasikan oleh Djawatan Kereta Republik Indonesia (DKARI).[8] Pada tahun 1992 bangunan ini ditetapkan sebagai cagar budaya.[4]

Pelestarian

Pada 2009, kompleks Lawang Sewu berada dalam keadaan mengenaskan.[7] Simon Marcus Gower, dalam kolomnya di The Jakarta Post, menuliskan bahwa bangunan tersebut "gelap dan tak terawat. Dinding putihnya dihitamkan oleh polusi dan penelantaran. Dindingnya terkelupas dan dipenuhi coretan-coretan vandal. Lumut pun tumbuh di sebagian besar bangunan dan tikus menjadi penghuni celah-celah bangunan." [7]

Bangunan ini kelak menjalani renovasi dalam rangka meningkatkan daya tarik wisata.[2][11] Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo mengerahkan prajurit TNI untuk membantu renovasi; khususnya pada bagian luar gedung.[2] Namun warga setempat kecewa dengan hasil renovasi tersebut karena dianggap menghilangkan keasliannya.[11]

Pada tanggal 5 Juli 2011 gedung tersebut diresmikan oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono.[2] Namun, pada saat itu hanya bangunan B yang dapat dikunjungi.[6] Ia berharap bahwa peresmian ini menjadi daya tarik utama dalam menyukseskan program pariwisata pemerintah Jawa Tengah pada tahun 2013. [2]

Gedung B kelak direncanakan untuk dijadikan perkantoran, pujasera, dan pusat kebugaran.[12] Pada akhir 2013, Pemerintah Kota Semarang mengumumkan rencana untuk menghilangkan "citra seram" bangunan itu untuk menarik lebih banyak pengunjung. Hal ini dilakukan dengan cara menata kembali kawasan untuk kegiatan sosial dan budaya, beserta renovasi lanjutan bangunan. Pada saat itu, Lawang Sewu menarik rata-rata 1.000 pengunjung setiap hari.[4]

Legenda urban

Lantai dasar gedung B, konon dihantui oleh kuntilanak
Akses ke bawah tanah gedung Lawang Sewu di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

Lawang Sewu dikenal angker karena ruangan bawah tanahnya pernah dijadikan tempat penyiksaan oleh tentara Jepang. Banyak wisatawan memasuki ruangan itu semata-mata untuk melihat hantu[7] Di antara hantu yang dilaporkan menghuni tempat itu adalah seorang noni Belanda yang melakukan bunuh diri di dalam serta penampakan "hantu tanpa kepala".[7]

Pada tahun 2007, sebuah film horor berjudul Lawang Sewu: Dendam Kuntilanak dirilis berdasarkan legenda urban itu.[13] Film ini menceritakan tentang sekelompok siswa SMA dari Jakarta yang terjebak di Lawang Sewu setelah beberapa harus buang air kecil dan menampilkan hantu seorang noni Belanda, seorang pria yang bergerak dengan diberati bola berantai di kakinya, dan sosok kuntilanak.[13]

Galeri

Referensi

Kutipan

  1. ^ "Jelajah Kereta Api: Lawang Sewu, Bermula dari Kantor KA Swasta Belanda Hingga Jadi Tempat Edukasi | Ekonomi". Bisnis.com. 2021-07-27. Diakses tanggal 2022-03-13. 
  2. ^ a b c d e Ariwibowo 2011, First Lady Inaugurates.
  3. ^ a b c d e Semarang City Government, Lawang Sewu.
  4. ^ a b c Rohmah 2013, Lawang Sewu.
  5. ^ "Lawang Sewu, Ikon Kota Semarang Dengan Sejarah Kelam". Kabar Wisata. 2021-04-11. Diakses tanggal 2021-12-16. 
  6. ^ a b c d e f g h i j k l m n Prihadi 2011, Lawang Sewu Kini.
  7. ^ a b c d e Gower 2009, Lawang Sewu: Ahaunted.
  8. ^ a b c d Tio 2011, hlm. 62.
  9. ^ Gunawan Tjahjono, ed. (1998). ArchitecturePerlu mendaftar (gratis). Indonesian Heritage. 6. Singapore: Archipelago Press. hlm. 120. ISBN 981-3018-30-5. 
  10. ^ "Rationalisme, Traditionalisme, Americanisme". Het Indische bouwen: architectuur en stedebouw in Indonesie : Dutch and Indisch architecture 1800-1950 (dalam bahasa Dutch). Helmond: Gemeentemuseum Helmond. 1990. hlm. 20–23. 
  11. ^ a b Okezone.com 2011, Banyak Warga Kecewa.
  12. ^ Vann 2013, Haunted House.
  13. ^ a b KapanLagi.com 2007, 'Lawang Sewu', Film.

Daftar pustaka

  • Ariwibowo, AA (5 July 2011). "First Lady Inaugurates Renovated Lawang Sewu Building". Antara. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 December 2011. Diakses tanggal 17 December 2011. 
  • "Banyak Warga Kecewa Lawang Sewu Direnovasi" [Many Citizens are Disappointed that Lawang Sewu is being Renovated]. Okezone.com (dalam bahasa Indonesian). 13 October 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 December 2011. Diakses tanggal 17 December 2011. 
  • Gower, Simon Marcus (9 February 2009). "Lawang Sewu: Ahaunted, sad place". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 December 2011. Diakses tanggal 18 December 2011. 
  • "Lawang Sewu" (dalam bahasa Indonesian). Semarang City Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 December 2011. Diakses tanggal 17 December 2011. 
  • "Lawang Sewu : Keindahan Seni di Balik Mistis" [Lawang Sewu: Beautiful Art behind a Mystical Screen] (dalam bahasa Indonesian). Ministry of Tourism of Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 December 2011. Diakses tanggal 17 December 2011. 
  • "'Lawang Sewu', Film Hantu Semarang" ['Lawang Sewu': A Ghost Movie in Semarang]. KapanLagi.com (dalam bahasa Indonesian). 21 September 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 December 2011. Diakses tanggal 17 December 2011. 
  • Prihadi, Susetyo Dwi (24 July 2011). "Lawang Sewu Kini Tak Lagi Mistis" [Lawang Sewu is No Longer Mystical]. Okezone.com (dalam bahasa Indonesian). Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 December 2011. Diakses tanggal 17 December 2011. 
  • Rohmah, Ainur (28 December 2013). "Lawang Sewu's spooky image eliminated to lure more visitors". Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 December 2013. 
  • Tio, Jongkie (2011). Semarang CIty, A Glance into the Past. 
  • Vann, Michael G. (July 2013). "Haunted house, haunted history". Inside Indonesia. Diakses tanggal 29 November 2013.