Rusdi Kirana
Rusdi Kirana S.E. | |
---|---|
Duta Besar Indonesia untuk Malaysia ke-17 | |
Masa jabatan 18 Mei 2017 – 14 September 2020 | |
Presiden | Joko Widodo |
Wakil Presiden | Jusuf Kalla Ma'ruf Amin |
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden | |
Masa jabatan 19 Januari 2015 – 7 Juni 2017 Menjabat bersama Sidarto Danusubroto Muhammad Yusuf Kartanegara Ahmad Hasyim Muzadi Suharso Monoarfa Jan Darmadi Abdul Malik Fadjar Subagyo Hadi Siswoyo | |
Presiden | Joko Widodo |
Wakil Presiden | Muhammad Jusuf Kalla |
Ketua Dewan | Sri Adiningsih |
CEO Lion Air Group | |
Masa jabatan 19 Oktober 1999 – 19 Januari 2015 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 17 Agustus 1963 Cirebon, Jawa Barat, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | PKB (hingga 2019) |
Suami/istri | Iesien Rusdi Kirana |
Anak | Dea Kirana Davin Kirana Denis Kirana |
Almamater | Universitas Pancasila Fakultas Ekonomi |
Pekerjaan | Pengusaha Politisi Pendiri Lion Air |
Sunting kotak info • L • B |
Rusdi Kirana, S.E. (lahir 17 Agustus 1963) merupakan seorang pengusaha Indonesia dan juga pendiri Lion Air yang memperkenalkan penerbangan bertarif murah kepada penduduk Indonesia dengan slogannya, "Kami membuat masyarakat terbang". Pada 19 Januari 2015, ia dipilih oleh Presiden Joko Widodo untuk menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden.[1][2] Di bidang politik, sejak 12 Januari 2014, ia menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa.[3] Lion Air Group yang dipimpinnya menjadi sebuah perusahaan yang membawahi beberapa anak perusahaan yaitu Lion Air, Wings Air, Batik Air, Malindo Air, Thai Lion Air dan Super Air Jet.
Biografi
Rusdi mengawali bisnis penerbangannya pada Oktober 1999. Dengan modal awal US$10 juta, dia menggagas "revolusi" dalam dunia penerbangan dengan konsep berbiaya murah (low cost carrier). Gebrakannya itu membuat repot sesama perusahaan penerbangan. Hanya dalam tempo enam tahun, Lion memiliki 24 pesawat yang terdiri dari 19 MD80 dan lima pesawat DHC-8-301. Dari sisi jumlah penumpang, Lion meraih 600.000 orang lebih per bulan atau menguasai 40% dari seluruh segmen pasar. Pada 2004 Lion Air menempati posisi kedua, setelah Garuda Indonesia, dalam hal jumlah penumpang yang diangkut.
Prestasi ini ternyata belum cukup bagi Rusdi. Ia masih terus mengembangkan sayap-sayap bisnis Lion Air dan berniat menjadi market leader dalam penerbangan domestik. Maka ia pun terus mempersiapkan mulai infrastruktur, rute penerbangan, hingga penambahan jumlah pesawat.
Untuk infrastruktur, Rusdi bekerja sama dengan pihak TNI AU dan PT Dirgantara Indonesia, menyewa hanggar di Lapangan Udara Husein Sastranegara, Bandung guna dijadikan Lion maintenance facility (LMF). Ia juga membeli simulator pesawat bekas dari Skandinavia Air untuk melatih para pilotnya. Selain itu, Lion Air melakukan kerja sama dengan TNI AU untuk menjadi pengelola Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Dengan demikian, kemungkinan besar base dari pesawat-pesawat Lion Air akan beralih ke Bandara Halim Perdanakusumah.
Untuk rute penerbangan, saat ini Lion Air telah mendarat di 36 kota besar di Indonesia. Di jalur internasional, Lion Air juga melayani penerbangan ke Singapura, Penang, Kuala Lumpur, Ho Chi Minh, dan Seoul. Mereka juga akan mengembangkan jalur ke Asia Tengah dan Asia Timur, seperti ke Hong Kong dan Tiongkok.
Lihat pula
Referensi
Pranala luar
- Profil di Tokohindonesia.com Diarsipkan 2014-02-01 di Wayback Machine.
Jabatan diplomatik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Herman Prayitno |
Duta Besar RI untuk Malaysia 2017–2020 |
Diteruskan oleh: Hermono |