Kabupaten Banyumas
Kabupaten Banyumas | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Rarasing Rasa Wiwaraning Praja | |
Koordinat: 7°37′S 109°21′E / 7.61°S 109.35°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Tengah |
Tanggal berdiri | - |
Dasar hukum | UU No. 13/1950 |
Ibu kota | Purwokerto |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Drs. H. Mardjoko |
Luas | |
• Total | 1.529,02 km2 (59,036 sq mi) |
Populasi ((2007) [1]) | |
• Total | 1.752.846 |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0281 |
Kode Kemendagri | 33.02 |
DAU | Rp. 1.135.991.326.000,- |
Situs web | www.banyumaskab.go.id |
Kabupaten Banyumas, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Purwokerto. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Brebes di utara; Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Kebumen di timur, serta Kabupaten Cilacap di sebelah selatan dan barat. Gunung Slamet, gunung tertinggi di Jawa Tengah terdapat di ujung utara wilayah kabupaten ini.
Kabupaten Banyumas merupakan bagian dari wilayah budaya Banyumasan, yang berkembang di bagian barat Jawa Tengah. Bahasa yang dituturkan adalah bahasa Banyumasan, yakni salah satu dialek bahasa Jawa yang cukup berbeda dengan dialek standar bahasa Jawa ("dialek Mataraman") dan dijuluki "bahasa ngapak" karena ciri khas bunyi /k/ yang dibaca penuh pada akhir kata (berbeda dengan dialek Mataraman yang dibaca sebagai glottal stop [ʔ]).
Geografi
Batas-batas Kabupaten Banyumas adalah :
- Sebelah utara: Gunung Slamet, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang.
- Sebelah selatan: Kabupaten Cilacap
- Sebelah barat: Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes
- Sebelah timur: Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara.
Luas wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.327,60 km2 atau setara dengan 132.759,56 ha, dengan keadaan wilayah antara daratan dan pegunungan dengan struktur pegunungan terdiri dari sebagian lembah Sungai Serayu untuk tanah pertanian, sebagian dataran tinggi untuk pemukiman dan pekarangan, dan sebagian pegunungan untuk perkebunan dan hutan tropis terletak di lereng Gunung Slamet sebelah selatan.
Bumi dan kekayaan Kabupaten Banyumas masih tergolong potensial karena terdapat pegunungan Slamet dengan ketinggian puncak dari permukaan air laut sekitar 3.400M dan masih aktif.
Keadaan cuaca dan iklim di Kabupaten Banyumas memiliki iklim tropis basah. Karena terletak di antara lereng pegunungan jauh dari pesisir pantai maka pengaruh angin laut tidak begitu tampak. Namun dengan adanya dataran rendah yang seimbang dengan pantai selatan angin hampir nampak bersimpangan antara pegunungan dengan lembah dengan tekanan rata-rata antara 1.001 mbs, dengan suhu udara berkisar antara 21,4° C - 30,9° C.
Pembagian Administratif
Kabupaten Banyumas terdiri atas 27 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 301 desa dan 30 kelurahan.
Ibukota Kabupaten Banyumas adalah Purwokerto, dimana meliputi kecamatan Purwokerto Barat, Purwokerto Timur, Purwokerto Selatan, dan Purwokerto Utara. Purwokerto dulunya merupakan Kota Administratif, namun sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, tidak dikenal adanya kota administratif, dan Purwokerto kembali menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Banyumas.
Di antara kota-kota kecamatan yang cukup signifikan di Kabupaten Banyumas adalah: Banyumas, Ajibarang, Wangon, Sokaraja, Buntu dan Sumpyuh .
Kepala Pemerintahan
- R. Djoko Kahiman, Adipati Warga Utama II (1582-1583)
- R. Ngabehi Merta Sura (1583-1600)
- R. Ngabehi Merta Sura II, Ngabehi Kalidethuk (1601 - 1620)
- R. Adipati Mertayuda I, Ngabehi Bawang (1620 - 1650)
- R. Tumenggung Mertayuda II, R.T Seda Masjid/RT. Yudanegara I (1650-1705)
- R. Tumenggung Suradipura (1705 - 1707)
- R. Tumenggung Yudanegara II, RT. Seda Pendapa (1745)
- R. Tumenggung Reksa Praja (1749)
- R. Tumenggung Yudanegara III (1755) kemudian diangkat menjadi Patih Sultan Yogyakarta dan bergelar Danureja I
- R. Tumenggung Yudanegara IV (1780)
- R. Tumenggung Tejakusuma, Tumenggung Keong (1788)
- R. Tumenggung Yudanegara V (1816)
- Kasepuhan : R. Adipati Cokronegara (1816 - 1830) Kanoman : R. Adipati Broto Diningrat (RT. Martadireja)
- RT. Martadireja II (1832 - 1882) kemudian pindah ke Purwokerto (Ajibarang)
- R. Adipati Cokronegara I (1832 - 1864)
- R. Adipati Cokronegara II (1864 - 1879)
- Kanjeng Pangeran Arya Martadiredja III (1879 - 1913)
- KPAA Ganda Subrata (1913 - 1933)
- RAA. Sujiman Gandasubrata (1933 - 1950)
- R. Moh. Kabul Purwodireja (1950 - 1953)
- RE. Budiman (1953 - 1957)
- M. Mirun Prawiradireja (30 Januari 1957 s/d 15 Desember 1957)
- R. Bayu Nuntoro (15 Desember 1957 - 1960)
- R. Subagyo (1960 - 1966)
- Letkol Inf. Soekarno Agung (1966 -1971)
- Kol. Inf. Pudjadi Jaring Bandayuda (1971 - 1978)
- Kol. Inf. RG. Rudjito (1978 - 1988)
- Kol. Inf. Djoko Sudantoko, S.Sos. (1988 - 1998)
- Kol. Art. HM. Aris Setiono, SH, S.IP (1998 - 2008)
- Drs.H.Mardjoko (2008 - sekarang)
Transportasi
Kabupaten Banyumas dilalui jalan negara yang menghubungkan kota Tegal-Purwokerto, Purwokerto-Temangggung-Magelang/Semarang, serta jalan lintas selatan Bandung-Yogyakarta-Surabaya. Wangon merupakan persimpangan jalur Yogyakarta-Bandung dan Tegal-Cilacap.
Angkutan umum bis antarkota di antaranya jurusan Jakarta, Tegal/Cirebon, Bandung, Semarang, Yogyakarta/Solo.
Kabupaten ini juga terdapat jalur kereta api lintas selatan Jakarta-Cirebon-Purwokerto-Yogyakarta-Surabaya. Stasiun Purwokerto merupakan stasiun paling besar di wilayah Jawa Tengah bagian barat. Di antara kereta api yang melintasi Purwokerto adalah: Bima (Jakarta Kota-Surabaya Gubeng), Argo Lawu (Jakarta Gambir-Solo Balapan), Senja Utama dan Fajar Utama (Pasar Senen-Yogyakarta), Logawa (Purwokerto-Jember), dan Purwojaya (Jakarta Gambir-Cilacap).
Media
Banyumas TV
Banyumas memiliki stasiun televisi lokal Banyumas Televisi, waktu on air adalah 12.00 sampai 23.00. Acaranya lebih banyak produksi sendiri dan hasil karya rumah produksi lokal dengan muatan gaya banyumasan yang kental, pada jam-jam tertentu juga merelay stasiun televisi Global TV atau MetroTV.
Radar Banyumas
Radar Banyumas adalah surat kabar yang terbit di Banyumas, dan masih satu grup dengan Jawa Pos Surabaya.
mBanyumasi
mBanyumasi adalah KORAN RAKYAT yang dikelola oleh pengusaha lokal sejak Mei 2006 di Banyumas.
Pendidikan
Pendidikan formal | TK atau RA | SD atau MI | SMP atau MTs | SMA atau MA | SMK | Perguruan tinggi | Lainnya | |||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Negeri | 3 | 965 | 106 | 22 | 9 | 1 | 1 | |||||
Swasta | 676 | 202 | 112 | 31 | 53 | 20 | 3 | |||||
Total | 679 | 1.167 | 218 | 53 | 62 | 21 | 4 | |||||
Data sekolah di Kabupaten Banyumas Sumber:[3] |
Budaya
Budaya Banyumasan memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan wilayah lain di Jawa Tengah, walaupun akarnya masih merupakan budaya Jawa.
Di antara seni pertunjukan yang terdapat di Banyumas antara lain:
- Wayang kulit gagrag Banyumas, yaitu kesenian wayang kulit khas Banyumasan. Terdapat dua gagrak (gaya), yakni Gragak Kidul Gunung dan Gragak Lor Gunung. Kekhasan wayang kulit gragak Banyumasan adalah napas kerakyatannya yang begitu kental dalam pertunjukannya.
- Begalan, adalah seni tutur tradisional yang pada upacara pernikahan. Kesenian ini menggunakan peralatan dapur yang memiliki makna simbolis berisi falsafah Jawa bagi pengantin dalam berumah tangga nantinya.
Kesenian musik tradisional Banyumas juga memiliki kekhasan tersendiri dibanding dengan kesenian musik Jawa lainnya, di antaranya:
- Calung, adalah alat musik yang terbuat dari potongan bambu yang diletakkan melintang dan dimainkan dengan cara dipukul. Perangkat musik khas Banyumas yang terbuat dari bambu wulung mirip dengan gamelan Jawa, terdiri atas gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong dan kendang. Selain itu ada juga Gong Sebul dinamakan demikian karena bunyi yang dikeluarkan mirip gong tetapi dimainkan dengan cara ditiup (Bahasa Jawa: disebul), alat ini juga terbuat dari bambu dengan ukuran yang besar. Dalam penyajiannya calung diiringi vokalis yang lazim disebut sinden. Aransemen musikal yang disajikan berupa gending-gending Banyumasan, gending gaya Banyumasan, Surakarta-Yogyakarta dan sering pula disajikan lagu-lagu pop yang diaransemen ulang.
- Kenthongan (sebagian menyebut tek-tek), adalah alat musik yang terbuat dari bambu. Kenthong adalah alat utamanya, berupa potongan bambu yang diberi lubang memanjang disisinya dan dimainkan dengan cara dipukul dengan tongkat kayu pendek. Kenthongan dimainkan dalam kelompok yang terdiri dari sekitar 20 orang dan dilengkapi dengan bedug, seruling, kecrek dan dipimpin oleh mayoret. Dalam satu grup kenthongan, Kenthong yang dipakai ada beberapa macam sehingga menghasilkan bunyi yang selaras.
- Salawatan Jawa, yakni salah satu seni musik bernapaskan Islam dengan perangkat musik berupa terbang jawa. Dalam pertunjukan kesenian ini menyajikan lagu-lagu yang diambil dari kitab Barzanji.
- bongkel, yakni peralatan musik tradisional sejenis angklung, namun terdiri empat bilah berlaras slendro.
Sejumlah tarian khas Banyumasan antara lain:
- lengger, merupakan tarian yang dimainkan oleh dua orang perempuan atau lebih. Di tengah-tengah pertunjukkan hadir seorang penari laki-laki disebut badhud (badut/bodor). Tarian ini umumnya dilakukan di atas panggung dan diiringi oleh alat musik calung.
- sintren, adalah tarian yang dimainkan oleh laki-laki yang mengenakan baju perempuan. Tarian ini biasanya melekat pada kesenian ebeg. Di tengah-tengah pertunjukan biasanya pemain ditindih dengan lesung dan dimasukan ke dalam kurungan, dimana dalam kurungan itu ia berdandan secara wanita dan menari bersama pemain yang lain.
- aksimuda, yakni kesenian bernapaskan Islam berupa silat yang digabung dengan tari-tarian.
- angguk, yakni kesenian tari-tarian bernapaskan Islam. Kesenian ini dilakukan oleh delapan pemain, dimana pada akhir pertunjukan pemain tidak sadarkan diri.
- aplang atau daeng, yakni kesenian yang serupa dengan angguk, dengan pemain remaja putri.
- buncis, yaitu paduan antara kesenian musik dan tarian yang dimainkan oleh delapan orang. Kesenian ini diiringi alat musik angklung.
- ebeg, adalah kuda lumping khas Banyumas. Pertunjukan ini diiringi oleh gamelan yang disebut bendhe.
Kuliner
Makanan khas dari Banyumas di antaranya adalah:
- Keripik tempe,
- Mendoan tempe,
- sate bebek Tambak,
- Soto Sokaraja, dage, dan
- Getuk goreng sokaraja
- Jenang jaket khas Mersi (Purwokerto Timur)
Batik Banyumasan
Banyumas juga menghasilkan batik, meskipun tidak setenar Solo, Yogyakarta dan Pekalongan. Batik Banyumas mempunyai keunikan karena kedua sisi muka dan belakang mempunyai kualitas yang hampir sama. Batik banyumas yang sekarang ini cukup terkenal adalah Batik produksi Pak Sugito dari Sokaraja. Selain itu sentra batik Banyumasan yang lengkap barada di jalan Mruyung di dalam kompleks alun-alun kota Banyumas. [4]
Tempat wisata
Banyumas memiliki beberapa tempat wisata andalan, kebanyakan berupa keindahan alam seperti gua, air terjun dan wana wisata.
- Baturaden
- Pancuran Pitu
- Pancuran Telu
- Gua SaraBadak
- Curug Gede
- Curug Ceheng
- Curug Belot
- Curug Cipendok
- Masjid Saka Tunggal
- Museum Wayang Sendang Mas
- Bumi Perkemahan Kendalisada
- Telaga Sunyi
- Mata Air Panas Kalibacin
- Bendung Gerak Serayu
- Wahana Wisata Lembah Combong
- Combong Valley Paint Ball and War Games
- Serayu River Voyage
Tokoh terkenal
- Jenderal Gatot Subroto, wakil kepala staf Angkatan Darat dan penggagas AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)[5]
- Ahmad Tohari, sastrawan yang dikenal melalui trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan telah memperoleh penghargaan dari dalam dan luar negeri.
- S. Bagyo, pelawak yang terkenal pada tahun '80an, membintangi berbagai judul film dan sering tampil dalam acara lawak di TVRI.
- Sugino Siswocarito, dalang Banyumasan.
- Sugito Purbocarito, dalang Banyumasan.
- Abu Dujana, teroris, tertangkap di Desa Kebarongan Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas.
- Surya Esa,Teatrawan.
- Mayangsari, penyanyi.
- Pangki Suwito, artis film.
- Bambang Set, sastrawan.
- Dharmadi, sastrawan.
- Darto Helm, pelawak yang terkenal pada era '80an bersama dengan S. Bagyo
- Soesilo Sudarman, mantan menteri di era Orde Baru.
- Achmad Mubarok MA, Dr.H., Politikus Partai Demokrat .
- Soeparjo Roestam, mantan menteri di era Orde Baru
- Purnomo, pelari tercepat di Asia di tahun 80-an
- M. Koderi, budayawan penulis buku-buku tentang Banyumasan
- Jend. Surono Reksodimedjo, mantan Menko Polkam
- Slamet Efendy Yusuf, Politikus Partai Golkar[6]
- Sutedja, komponis, seniman
- Amien Rais, Prof. Dr. Tokoh Reformasi Indonesia
- Margono Sukarjo, Prof. Ahli Bedah Pertama Indonesia
- Margono Djojohadikusumo, Pendiri BNI 1946
- Christian Hadinata, pemain bulu tangkis[7]
- Henri Adolphe van de Velde, politikus Belanda
- Dolf Nijhoff, pejuang Belanda di masa PD II
- Noe Young's Radiographer, Calon Radiografer Muda Berbakat (Pernah Foto Thorax Mandiri, 6/6/10)
- Sri Anggono Widagdo, Mahasiswa Pelestari Aksara Jawa.
Referensi
- ^ BPS Provinsi Jawa Tengah (Tabel 3.1.1) http://jateng.bps.go.id
- ^ BPS Provinsi Jawa Tengah (Tabel 3.1.4 Population Density of Jawa Tengah by Regency/City 2006) http://jateng.bps.go.id
- ^ Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) Wilayah Kabupaten Banyumas (2010/2011)
- ^ Batik Mruyung
- ^ Ensiklopedi Tokoh-Indonesia.com, Gatot Subroto
- ^ Ensiklopedi Tokoh-Indonesia.com, Slamet Efendy Yusuf
- ^ Ensiklopedi Jakarta, Christian Hadinata