Lompat ke isi

Bukit Seguntang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 29 November 2011 22.53 oleh Gunkarta (bicara | kontrib)
Arca buddha yang ditemukan di situs Bukit Seguntang, kini disimpan di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang.

Bukit Seguntang adalah sebuah bukit kecil setinggi 29—30 meter dari permukaan laut yang terletak sekitar 3 kilometer dari tepian utara Sungai Musi dan masuk dalam wilayah kota Palembang, Sumatera Selatan. Bukit ini berjarak sekitar 4 kilometer di sebelah barat pusat kota Palembang, dapat dicapai dengan menggunakan angkutan umum menuju jurusan Bukit Besar. Di puncak bukit ini terdapat beberapa makam yang dipercaya sebagai leluhur warga Palembang. Oleh masyarakat setempat, kompleks ini dianggap keramat dan menjadi tempat tujuan ziarah dan dikaitkan dengan kerajaan Sriwijaya yang berjaya sekitar kurun abad ke-6 sampai ke-13 masehi. Kini Kawasan ini sekarang menjadi Taman Purbakala untuk menjaga artefak-artefak yang mungkin masih belum terungkap.

Temuan purbakala

Bukit Seguntang tampaknya telah dianggap sebagai tempat penting sejak masa Kerajaan Sriwijaya. Pada tahun 1920-an di lereng selatan bukit ini ditemukan arca Buddha bergaya Amarawati. Arca berukuran cukup besar ini ditemukan dalam beberapa pecahan. Bagian yang pertama kali ditemukan adalah bagian kepalanya yang langsung dibawa ke Museum Nasional di Batavia. Beberapa bulan kemudian bagian tubuhnya ditemukan, kemudian bagian kepala dan tubuhnya disatukan. Akan tetapi hanya bagian kakinya yang kini masih hilang. Arca ini mengikuti langgam Amarawati yang berkembang di India Selatan abad II sampai V masehi. Pengaruh langgam Amarawati berkembang sampai ke Kerajaan Sriwijaya melalui hubungan dagang dan keagamaan dengan India. Arca setinggi 277 cm ini dibuat dari batu granit yang banyak ditemukan di pulau Bangka, maka disimpulkan bahwa arca ini adalah buatan setempat, bukan didatangkan dari India. Diperkirakan arca ini dibuat sekitar abad VII sampai VIII masehi. Kini arca ini dipamerkan di halaman Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, dekat Benteng Kuto Besak, Palembang.

Sekitar 3 kilometer di sebelah tenggara terdapat situs Karanganyar, yang menunjukkan bekas pemukiman. Dua prasasti dari abad ke-7 ditemukan di dekatnya pada tahun 1920, berangka tahun 682 (Prasasti Kedukan Bukit) dan 684 (Prasasti Talang Tuwo). Pada tahun 1978, 1980, dan 1982 berbagai peninggalan keramik dari masa dinasti T'ang dan Sung awal diangkat dari area di lereng dan sekitar Bukit Seguntang.[1]

Kompleks makam

Bukit seguntang adalah gundukan tanah yang paling menonjol di kota Palembang. Bukit ini dipenuhi taman dan pepohonan besar. Pada bagian puncak bukit terdapat beberapa makam yang menurut penduduk lokal dikaitkan dengan tokoh-tokoh raja, bangsawan dan pahlawan Sriwijaya. Terdapat tujuh makam di bukit ini, yaitu makam:

  • Raja Sigentar Alam
  • Pangeran Raja Batu Api
  • Putri Kembang Dadar
  • Putri Rambut Selako
  • Panglima Tuan Junjungan
  • Panglima Bagus Kuning
  • Panglima Bagus Karang

Catatan kaki

  1. ^ Wolters, O.W. 1986. Restudying Some Chinese Writings on Sriwijaya. Indonesia 42:1-41.

Referensi

  • Ahmad Rapanie, Cahyo Sulistianingsih, Ribuan Nata, "Kerajaan Sriwijaya, Beberapa Situs dan Temuannya", Museum Negeri Sumatera selatan, Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan.