Lompat ke isi

Kabupaten Pati

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kabupaten Pati
Daerah tingkat II
Motto: 
Peta
Peta
Kabupaten Pati di Jawa
Kabupaten Pati
Kabupaten Pati
Peta
Kabupaten Pati di Indonesia
Kabupaten Pati
Kabupaten Pati
Kabupaten Pati (Indonesia)
Koordinat: 6°46′00″S 111°06′00″E / 6.76667°S 111.1°E / -6.76667; 111.1
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
Dasar hukumUU No. 13/1950
Ibu kotaPati
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 21
  • Kelurahan: 405
Pemerintahan
 • BupatiHaryanto
Luas
 • Total1.419,07 km2 (54,791 sq mi)
Populasi
 ((2003))
 • Total1.189.000
 • Kepadatan797/km2 (2,060/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam, Kejawen, Konghucu, dll
 • BahasaIndonesia, Jawa
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
3318 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0295
Kode Kemendagri33.18 Edit nilai pada Wikidata
DAURp. 960.479.326.000.-
Flora resmi???
Fauna resmiBandeng Juwana
Situs webhttp://www.patikab.go.id/

Kabupaten Pati (bahasa Jawa: Hanacaraka, ꦥ​ꦛꦶ; Latin, Pathi) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Pati. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Rembang dan Laut Jawa di timur, Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobogan di selatan, serta Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara di barat.

Sejarah Pati

Sejarah Kabupaten Pati berpangkal tolak dari beberapa gambar yang terdapat pada Lambang Daerah Kabupaten Pati yang sudah disahkan dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1971 yaitu Gambar yang berupa: "keris rambut pinutung dan kuluk kanigara".

Menurut cerita rakyat dari mulut ke mulut yang terdapat juga pada kitab Babat Pati dan kitab Babat lainnya dua pusaka yaitu keris rambut pinutung dan kuluk kanigara merupakan lambang kekuasan dan kekuatan yang juga merupakan simbul kesatuan dan persatuan.

Konon barangsiapa yang memiliki dua pusaka tersebut, akan mampu menguasai dan berkuasa memerintah di Pulau Jawa. Adapun yang memiliki dua pusaka tersebut adalah Raden Sukmayana penggede Majasemi andalan Kadipaten Carangsoka.

Kekosongan Pemerintahan di Pulau Jawa

Menjelang akhir abad ke XIII sekitar tahun 1292 Masehi di Pulau Jawa vakum penguasa pemerintahan yang berwibawa. Kerajaan Pajajaran mulai runtuh, Kerajaan Singasari surut, sedang Kerajaan Majapahit belum berdiri.

Di Pantai utara Pulau Jawa Tengah sekitar Gunung Muria bagian Timur muncul penguasa lokal yang mengangkat dirinya sebagai adipati, wilayah kekuasaannya disebut kadipaten.

Ada dua penguasa lokal di wilayah itu yaitu. 1. Penguasa Kadipaten Paranggaruda, Adipatinya bernama Yudhapati, wilayah kekuasaannya meliputi sungai Juwana ke selatan, sampai pegunungan Gamping Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Grobogan. Mempunyai putra bernama Raden Jasari. 2. Penguasa Kadipaten Carangsoka, Adipatinya bernama: Puspa Andungjaya, wilayah kekuasaannya meliputi utara sungai Juwana sampai pantai Utara Jawa Tengah bagian timur. Adipati Carangsoka mempunyai seorang putri bernama Rara Rayungwulan

Kadipaten Carangsoka dan Paranggaruda Berbesanan

Kedua Kadipaten tersebut hidup rukun dan damai, saling menghormati dan saling menghargai untuk melestarikan kerukunan dan memperkuat tali persaudaraan, Kedua adipati tersebut bersepakat untuk mengawinkan putra dan putrinya itu. Utusan Adipati Paranggaruda untuk meminang Rara Rayungwulan telah diterima, namun calon mempelai putri minta bebana agar pada saat pahargyan boja wiwaha daup (resepsi) dimeriahkan dengan pagelaran wayang dengan dalang kondang yang bernama "Sapanyana".

Untuk memenuhi bebana itu, Adipati Paranggaruda menugaskan penggede kemaguhan bernama Yuyurumpung agul-agul Paranggaruda. Sebelum melaksanakan tugasnya, lebih dulu Yuyurumpung berniat melumpuhkan kewibawaan Kadipaten Carangsoka dengan cara menguasai dua pusaka milik Sukmayana di Majasemi. Dengan bantuan uSondong Majerukn kedua pusaka itu dapat dicurinya namun sebelum dua pusaka itu diserahkan kepada Yuyurumpung, dapat direbut kembali oleh Sondong Makerti dari Wedari. Bahkan Sondong Majeruk tewas dalam perkelahian dengan Sondong Makerti. Dan Pusaka itu diserahkan kembali kepada Raden Sukmayana. Usaha Yuyurumpung untuk menguasai dan memiliki dua pusaka itu gagal.

Walaupun demikian Yuyurumpung tetap melanjutkan tugasnya untuk mencari Dalang Sapanyana agar perkawinan putra Adipati Paranggaruda tidak mangalami kegagalan (berhasil dengan baik).

Pada Malam pahargyan bojana wiwaha (resepsi) perkawinaan dapat diselenggarakan di Kadipaten Carangsoka dengan Pagelaran Wayang Kulit oleh Ki Dalang Sapanyana. Di luar dugaan pahargyan baru saja dimulai, tiba-tiba mempelai putri meninggalkan kursi pelaminan menuju ke panggung dan seterusnya melarikan diri bersama Dalang Sapanyana. Pahargyan perkawinan antara " Raden Jasari " dan " Rara Rayungwulan " gagal total.

Adipati Yudhapati merasa dipermalukan, emosi tak dapat dikendalikan lagi. Sekaligus menyatakan permusuhan terhadap Adipati Carangsoka. Dan peperangan tidak dapat dielakkan. Raden Sukmayana dari Kadipaten Carangsoka mempimpin prajurit Carangsoka, mengalami luka parah dan kemudian wafat. Raden Kembangjaya (adik kandung Raden Sukmayana) meneruskan peperangan. Dengan dibantu oleh Dalang Sapanyana, dan yang menggunakan kedua pusaka itu dapat menghancurkan prajurit Paranggaruda. Adipati Paranggaruda, Yudhapati dan putera lelakinya gugur dalam palagan membela kehormatan dan gengsinya.

Oleh Adipati Carangsoka, karena jasanya Raden Kembangjaya dikawinkan dengan Rara Rayungwulan kemudian diangkat menjadi pengganti Carangsoka. Sedang dalang Sapanyana diangkat menjadi patihnya dengan nama " Singasari ".

Kadipaten Pesantenan

Untuk mengatur pemerintahan yang semakin luas wilayahnya ke bagian selatan, Adipati Raden Kembangjaya memindahkan pusat pemerintahannya dari Carangsoka ke Desa Kemiri dengan mengganti nama " Kadipaten Pesantenan dengan gelar " Adipati Jayakusuma di Pesantenan.

Adipati Jayakusuma hanya mempunyai seorang putra tunggal yaitu " Raden Tombro ". Setelah ayahnya wafat, Raden Tombro diangkat menjadi Adipati Pesantenan, dengan gelar " Adipati Tombronegoro ". Dalam menjalankan tugas pemerintahan Adipati Tombronegoro bertindak arif dan bijaksana. Menjadi songsong agung yang sangat memperhatikan nasib rakyatnya, serta menjadi pengayom bagi hamba sahayanya. Kehidupan rakyatnya penuh dengan kerukunan, kedamaian, ketenangan dan kesejahteraannya semakin meningkat.

Kabupaten Pati

Untuk dapat mengembangkan pembangunan dan memajukan pemerintahan di wilayahnya Adipati Raden Tombronegoro memindahkan pusat pemerintahan Kadipaten Pesantenan yang semula berada di desa Kemiri menuju ke arah barat yaitu, di desa Kaborongan, dan mengganti nama Kadipaten Pesantenan menjadi Kadipaten Pati.

Dalam prasasti Tuhannaru, yang diketemukan di desa Sidateka, wilayah Kabupaten Mojokerto yang tersimpan di musium Trowulan. Prasasti itu terdapat pada delapan Lempengan Baja, dan bertuliskan huruf Jawa kuna. Pada lempengan yang keempat antara lain berbunyi bahwa :

"...Raja Majapahit, Raden Jayanegara menambah gelarnya dengan Abhiseka Wiralanda Gopala pada tanggal 13 Desember 1323 M. Dengan patihnya yang setia dan berani bernama Dyah Malayuda dengan gelar Rakai..."

Pada saat pengumuman itu bersamaan dengan pisuwanan agung yang dihadiri dari Kadipaten pantai utara Jawa Tengah bagian Timur termasuk Raden Tombronegoro berada di dalamnya.

Pati Bagian dari Majapahit

Raja Jayanegara dari Majapahit mengakui wilayah kekuasaan para Adipati itu dengan memberi status sebagai tanah predikan, dengan syarat bahwa para Adipati itu setiap tahun harus menyerahkan Upeti berupa bunga.

Bahwa Adipati Raden Tambranegara juga hadir dalam pisuwanan agung di Majapahit itu terdapat juga dalam Kitab Babad Pati, yang disusun oleh K.M. Sosrosumarto dan S.Dibyasudira, diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1980. Halaman 34, Pupuh Dandanggula pada : 12 yang lengkapnya berbunyi :

"... Tan alami pajajaran kendhih, keratonnya ing tanah Jawa angalih Majapahite, ingkang jumeneng ratu, Brawijaya ingkang kapih kalih, ya Jaka Pekik wasta, putra Jaka Suruh, Kyai Ageng Pathi nama, Raden Tombronegoro sumewa maring Keraton Majalengka."

Artinya Tidak lama kemudian Kerajaan Pajajaran kalah, Kerajaan Tanah Jawa lalu pindah ke Majapahit, adapun yang menjadi rajanya adalah Brawijaya II, yaitu Jaka Pekik namanya, putranya Jaka Suruh. Pada waktu itu Kyai Ageng Pati, yang bernama Tombronegoro menghadap ke Majalengka, yaitu Majapahit.

Berdasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa Raden Tombronegoro Adipati Pati turut serta hadir dalam pisowanan agung di Majapahit. Pisowanan agung yang dihadiri oleh Raden Tambranegara ke Majapahit pada tanggal 13 Desember 1323, maka diperkirakan bahwa pindahnya Kadipaten Pesantenan dari Desa Kemiri ke Desa Kaborongan dan menjadi Kabupaten Pati itu pada bulan Juli dan Agustus 1323 M (Masehi). Ada tiga tanggal yang baik pada bulan Juli dan Agustus 1323 yaitu : 3 Juli, 7 Agustus dan 14 Agustus 1323.

Hari Jadi Pati

Kemudian diadakan seminar pada tanggal 28 September 1993 di Pendopo Kabupaten Pati yang dihadiri oleh para perwakilan lapisan masyarakat Kabupaten Pati, para guru sejarah SMA se Kabupaten Pati, Konsultan, Dosen Fakultas Sastra dan Sejarah UNDIP Semarang, secara musyawarah dan sepakat memutuskan bahwa pada tanggal 7 Agustus 1323 sebagai hari kepindahan Kadipaten Pesantenan di Desa Kemiri ke Desa Kaborongan menjadi Kabupaten Pati.

Tanggai 7 Agustus 1323 sebagai hari jadi Kabupaten Pati telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor : 2/1994 tanggal 31 Mei 1994, sehingga menjadi momentum Hari Jadi Kabupaten Pati dengan surya sengkala Kridane Panembah Gebyaring Bumi yang bermakna " Dengan bekerja keras dan penuh do'a kita gali Bumi Pati untuk meningkatkan kesejahteraan lahiriah dan batiniah ". Untuk itu maka setiap tanggal 7 Agustus 1323 yang ditetapkan dan diperingati sebagai "Hari Jadi Kabupaten Pati".

Geografi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Pati adalah dataran rendah. Bagian selatan (perbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora) terdapat rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Bagian barat laut (perbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara) berupa perbukitan. Bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Rembang. Sungai terbesar adalah Sungai Juwana, yang bermuara di daerah Juwana.

Ibukota Kabupaten Pati terletak tengah-tengah wilayah Kabupaten, berada di jalur pantura Semarang-Surabaya, sekitar 75 km sebelah timur Semarang. Jalur ini merupakan jalur ramai yang menunjukkan diri sebagai jalur transit. Kelemahan terbesar dari jalur ini adalah kecilnya jalan, hanya memuat dua jalur, sehingga untuk berpapasan cukup sulit.

Terdapat sungai besar yaitu Sungai Juwana. Saat musim penghujan sudah terbiasa sungai ini meluap, sehingga pemerintah Jawa Tengah membentuk lembaga yang berfungsi menanggulangi banjir yang bernama Jatrunseluna.

Pembagian administratif

Kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Juwana dan Tayu, keduanya merupakan kota pelabuhan yang berada di pesisir Laut Jawa.


Tokoh-tokoh dari Pati

  1. KH. Sahal Mahfudz
  2. Bp Soelaiman Dwijosoekarto atau Mbah Leman. Beliau adalah Pencipta lambang daerah kabupaten Pati
  3. KH. Abdullah Salam
  4. Hj. Fatimatuzzahro
  5. Ismail Saleh
  6. Sukawi Sutarip
  7. Kwik Kian Gie
  8. M. Soegijono atau pak Giek, yang mendirikan SMP Rondole ditahun 1943, lalu ganti nama menjadi SMP N 1 Pati.
  9. KH.Muhammad Yuda
  10. Drs. H. Imam Suroso, MM ( Pengusaha, Politikus )
  11. Anis Sholeh Ba'asyin (Budayawan)
  12. H. Muhammad Zuhri (Budayawan)
  13. Ibnu Kertarto, S.H.

Pariwisata

Mesjid Pati di tahun 1930-an
Air Terjun Tadah Hujan
Pintu masuk kolam renang dan kolam pemancingan

wisata Alam

Wisata Sejarah

Wisata Keluarga

Wisata Religi

  • Makam Mbah Tabek Merto, di Desa Kajen
  • Makam Saridin (Syeh Jangkung), di Desa Kajen
  • Makam Mbah Ahmad Mutamakkin, di Desa Kajen
  • Mbah Ronggo Kusumo, di Desa Ngemplak
  • Makam Ki Ageng Singo Padu (Patih Carang Soko), di Desa Ngurenrejo
  • Makam Nyai Ageng Ngerang, di Desa Tambakromo (Dukuh Ngerang)
  • Makam Simbah Hasbullah, di Desa Kembang
  • Makam Mbah Hendro Kusumo, di Desa Gambiran
  • Makam Prabu Angling Dharma, di desa Sukolilo , Pati
  • Makam Ki Dalang Soponyono, di desa pucak wangi, Pati

Kuliner

Masakan

Masakan khas kabupaten Pati, yaitu:

Minuman

Minuman khas kabupaten Pati, yaitu:

Oleh-Oleh

Oleh-oleh khas kabupaten Pati, yaitu:

Potensi

Selain terkenal dengan Bandeng Prestonya, Pati adalah salah satu dari dua kabupaten penghasil buah Manggis terbesar di Jawa Tengah selain Cilacap.

  • Sentra Buah Jambu monyet, di Desa Margorejo
  • Sentra Buah Manggis, di Desa Gunungsari
  • Kerajinan Kuningan, di Desa Juwana
  • Usaha Penggemukan Sapi, di Desa ...
  • Usaha Susu Sapi, di Desa Sukoharjo
  • Industri Garam, di Kecamatan Batangan
  • Industri Gula, di Desa Pakis
  • industri criping singkong aneka rasa(banyuurip)
  • Industri criping jagung
  • Pengahasil buah matoa

Julukan Pati

  • Bumi Mina Tani

Karena Kabupaten Pati penduduknya mayoritas bekerja dalam bidang pertanian, bahkan 70% kabupaten Pati adalah sawah.

  • Kota Pensiunan

Karena orang yang tinggal di Pati mayoritas orang pensiun/purnawirawan.

  • Kota Manggis'

Karena Kabupaten Pati merupakan penghasil manggis terbesar alias terbanyak seJawa Tengah, Selain membanjiri pasar Jawa Tengah juga dikirim ke Jakarta, Surabaya, Bandung

Tentang Pati

  • Kota Pati dikenal dengan sebutan Kota Pensiunan, karena kotanya sebagian besar dihuni oleh para pensiunan atau purnawirawan yang lahir atau dibesarkan di kota ini, sedang para pemudanya memilih mencari kerja di tempat lain atau merantau ke luar negeri sebagai TKI/TKW, karena minimnya industri di kota ini.

Perencanaan

Pemkab Pati dan Bupati Pati mempunyai beberapa rencana jangka panjang (maksimal 5 tahun) dan jangka pendek 9maksimal 2 tahun) untuk membangun Kabupaten Pati, diantaranya:

  • Mengubah warna merah pada Persipa Pati dengan warna Kuning karena dinilai warna kuning lebih cocok dengan Kabupaten Pati seperti menggambarkan tentang: Sawah Padi, Logo Pemkab Pati, kota pensiunan, kejayaan, dll.
  • Membangun Jalur sepeda yang jalan rayanya di cat hijau dan di beri semacam trotoar pemisah dengan jalan raya mobil dan motor. jalur sepeda bisa dipakai untuk sepeda, becak, dokar. jalur sepedanya dari Alun-Alun Pati hinga perbatasan Kudus, dari Alun-Alun Pati hinga perbatasan Rembang, dari Alun-Alun Pati hinga Purwodadi. jalur sepeda agar meningkatkan minat bersepeda dan meninggalkan kendaraan bermotor supaya Pati udaranya tidak polusi. (Jangka Pendek)
  • Bekerjasama dengan Pemkab Kudus dan Pemkab Jepara serta PT. KAI untuk menghidupkan kembali Kereta Api dari Stasiun Mayong-Stasiun Kudus-Stasiun Juwana. untuk mengurangi orang berkendaraan bermotor, supaya Kabupaten di Lingkar Muria bersih dari polusi udara. (Jangka Panjang)
  • Membangun stadion baru dengan nama Stadion Gelora Bumi Tani (GBT) / Stadion Gelora Mina Tani (GMT), untuk meningkatkan prestasi Persipa Pati dan untuk menjadi icon landmark Kabupaten Pati. (Jangka Panjang)
  • Menjadikan seluruh sawah di Kabupaten Pati menjadi sawah organik, yaitu padi organik, kacang organik, tebu organik, jagung organik, dll. (Jangka Pendek)
  • Meminta kepada PSSI Pengprov Jateng untuk mengadakan Jateng Champion League yaitu kompetisi sepak bola yang di ikuti oleh klub ssb yang menjadi juara 1 pada liga tingkat kabupatenya masing-masing. (Jangka Pendek)
  • Membangun Mal di daerah Kecamatan Tayu, Karena stategis karena Kecamatan Keling (Jepara) dan Kecamatan Donorojo (Jepara) lebih dekat ke Tayu dari Pada ke Kotanya yaitu Jepara. Oleh karena itu bisa mendapatkan konsumen yang banyak selain warga Kabupaten Pati.

Nomor Darurat Pati

Nomor penting dan darurat Kabupaten Pati:

  • Polres Pati: (0295) 381610
  • RS Islam Pati: (0295) 453593
  • RS RASoewondo: (0295) 384024
  • Ambulans: (0295) 383118
  • PMI Pati: Markas (0295) 384172, Unit Donor Darah (0295) 381178
  • PLN Pati: (0295) 381311
  • Pemadam Kebakaran: (0295) 381808

Referensi

Pranala luar