Maulid Nabi Muhammad
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
المولد النبوي Maulid Nabi النبي مولد Mawlid an-Nabī | |
---|---|
Nama resmi | عيد المولد النبوي Eid Mawlid an-Nabī |
Nama lain | |
Dirayakan oleh | Penganut agama Islam utamanya Islam Sunni, Islam Syiah, dan variasi Islam denominasi lainnya |
Jenis | Islam |
Makna | Peringatan (tradisional) kelahiran Nabi Muhammad |
Kegiatan |
|
Tanggal | 12 Rabiul Awal |
Frekuensi | Tahunan/bulan (setiap 12 bulan) |
Bagian dari seri tentang |
Muhammad |
---|
|
Maulid Nabi Muhammad kadang-kadang Maulid Nabi atau Maulud saja (Arab: مولد النبي, Mawlid an-Nabī), adalah peringatan hari lahir Nabi Islam Muhammad, yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah kematian Muhammad. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Muhammad.
Sejarah
Menurut keterangan dari al-Maqrizy dalam kitabnya yang berjudul al Khathat, perayaan Maulid dimulai ketika zaman Daulah Fatimiyah syiah di Mesir. Mereka membuat banyak acara perayaan Maulid, seperti Maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Maulid 'Ali bin Abi Thalib, maulid Fatimah binti 'Ali, hingga maulid Hasan bin 'Ali dan Husain bin 'Ali. Bani Fatimiyah ini berkuasa sekitar abad 4 H.[2] Hal inilah yang menyebabkan kalangan Ulama seperti Tajuddin al Fakihani dan as Sakhawi, murid Imam Nawawi, berfatwa bahwa perayaan Maulid adalah bid'ah tercela[3]
Sedangkan menurut sumber lain Maulid dikembangkan oleh Abul al-Abbas al-Azafi[4]
Para ahli sejarah, seperti Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn Kathir, Al-Hafizh Al-Sakhawi, Al-Hafizh Al-Suyuthi dan lainnya telah sepakat menyatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar. Namun juga terdapat pihak lain yang mengatakan bahwa Sultan Salahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi. Sultan Salahuddin pada kala itu membuat perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat islam yang telah padam untuk kembali berjihad dalam membela islam pada masa Perang Salib.
Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni mengatakan,
“Sholahuddin-lah yang menaklukkan Mesir. Dia menghapus dakwah ‘Ubaidiyyun yang menganut aliran Qoromithoh Bathiniyyah (aliran yang jelas sesatnya, pen). Shalahuddin-lah yang menghidupkan syari’at Islam di kala itu.”[5]
Dalam perkataan lainnya, Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni mengatakan,
“Negeri Mesir kemudian ditaklukkan oleh raja yang berpegang teguh dengan Sunnah yaitu Shalahuddin. Dia yang menampakkan ajaran Nabi yang shahih di kala itu, berseberangan dengan ajaran Rafidhah (Syi’ah). Pada masa dia, akhirnya ilmu dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin terbesar luas.”[6]
Sumber lain mengatakan perayaan Maulid yang sebenarnya diprakarsai oleh Dinasti Fatimiyyun sebagaimana dinyatakan oleh banyak ahli sejarah. Berikut perkataan ahli sejarah mengenai Maulid Nabi.
Al Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan, “Para khalifah Fatimiyyun memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari ‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah az-Zahra, maulid khalifah yang sedang berkuasa, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Ramadhan, perayaan malam penutup Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha, perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan malam Al Kholij, hari Nowruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari Rukubaat.”[7]
Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam perayaan maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Al Hasan, maulid Al Husain –radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti Fatimiyyun) pada tahun 362 H.[8]
Begitu pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustaz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al Fikriyah (hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun).[9]
Tanggal
Hijriah | Sunni | Syiah |
---|---|---|
1392 | 26 April 1972 | 1 Mei 1972 |
1393 | 15 April 1973 | 20 April 1973 |
1394 | 5 April 1974 | 10 April 1974 |
1395 | 25 Maret 1975 | 30 Maret 1975 |
1396 | 13 Maret 1976 | 18 Maret 1976 |
1397 | 2 Maret 1977 | 7 Maret 1977 |
1398 | 20 Februari 1978 | 25 Februari 1978 |
1399 | 9 Februari 1979 | 14 Februari 1979 |
1400 | 30 Januari 1980 | 4 Februari 1980 |
1401 | 18 Januari 1981 | 23 Januari 1981 |
1402 | 8 Januari 1982 | 13 Januari 1982 |
1403 | 28 Desember 1982 | 2 Januari 1983 |
1404 | 17 Desember 1983 | 22 Desember 1983 |
1405 | 5 Desember 1984 | 10 Desember 1984 |
1406 | 25 November 1985 | 30 November 1985 |
1407 | 14 November 1986 | 19 November 1986 |
1408 | 4 November 1987 | 9 November 1987 |
1409 | 23 Oktober 1988 | 28 Oktober 1988 |
1410 | 12 Oktober 1989 | 17 Oktober 1989 |
1411 | 2 Oktober 1990 | 7 Oktober 1990 |
1412 | 21 September 1991 | 26 September 1991 |
1413 | 10 September 1992 | 15 September 1992 |
1414 | 30 Agustus 1993 | 4 September 1993 |
1415 | 20 Agustus 1994 | 25 Agustus 1994 |
1416 | 9 Agustus 1995 | 14 Agustus 1995 |
1417 | 28 Juli 1996 | 2 Agustus 1996 |
1418 | 17 Juli 1997 | 22 Juli 1997 |
1419 | 6 Juli 1998 | 11 Juli 1998 |
1420 | 26 Juni 1999 | 1 Juli 1999 |
1421 | 15 Juni 2000 | 20 Juni 2000 |
1422 | 4 Juni 2001 | 9 Juni 2001 |
1423 | 25 Mei 2002 | 30 Mei 2002 |
1424 | 14 Mei 2003 | 19 Mei 2003 |
1425 | 2 Mei 2004 | 7 Mei 2004 |
1426 | 21 April 2005 | 26 April 2005 |
1427 | 11 April 2006 | 16 April 2006 |
1428 | 31 Maret 2007 | 5 April 2007 |
1429 | 20 Maret 2008 | 25 Maret 2008 |
1430 | 9 Maret 2009 | 14 Maret 2009 |
1431 | 26 Februari 2010 | 3 Maret 2010 |
1432 | 15 Februari 2011 | 20 Februari 2011 |
1433 | 4 Februari 2012 | 9 Februari 2012 |
1434 | 24 Januari 2013 | 29 Januari 2013 |
1435 | 13 Januari 2014 | 18 Januari 2014 |
1436 | 3 Januari 2015 | 8 Januari 2015 |
1437 | 24 Desember 2015 | 29 Desember 2015 |
1438 | 12 Desember 2016 | 17 Desember 2016 |
1439 | 1 Desember 2017 | 6 Desember 2017 |
1440 | 20 November 2018 | 25 November 2018 |
1440 | 9 November 2019 | 14 November 2019 |
1442 | 29 Oktober 2020 | 3 November 2020 |
1443 | 19 Oktober 2021 | 24 Oktober 2021 |
1444 | 8 Oktober 2022 | 13 Oktober 2022 |
1445 | 28 September 2023 | 3 Oktober 2023 |
1446 | 16 September 2024 | 21 September 2024 |
1447 | 5 September 2025 | 10 September 2025 |
1448 | 25 Agustus 2026 | 30 Agustus 2026 |
1449 | 15 Agustus 2027 | 20 Agustus 2027 |
1450 | 3 Agustus 2028 | 8 Agustus 2028 |
1451 | 24 Juli 2029 | 29 Juli 2029 |
1452 | 13 Juli 2030 | 18 Juli 2030 |
1453 | 2 Juli 2031 | 7 Juli 2031 |
1454 | 20 Juni 2032 | 25 Juni 2032 |
1455 | 10 Juni 2033 | 15 Juni 2033 |
1456 | 30 Mei 2034 | 4 Juni 2034 |
Perayaan di Indonesia
Masyarakat Muslim di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair Barzanji dan pengajian. Menurut penanggalan Jawa, bulan Rabiul Awal disebut bulan Mulud, dan acara Muludan juga dirayakan dengan perayaan dan permainan gamelan Sekaten. Dan tradisi endhog-endhogan yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa-Using di Banyuwangi, Jawa Timur.
Perayaan di luar negeri
Sebagian masyarakat Sunni dan Syiah di dunia merayakan Maulid Nabi. Sunni merayakannya pada tanggal 12 Rabiul Awal sedangkan Syiah merayakannya pada tanggal 17 Rabiul Awal, yang juga bertepatan dengan ulang tahun Imam Syiah yang keenam, yaitu Ja'far ash-Shadiq.
Maulid dirayakan di banyak negara dengan penduduk mayoritas Muslim di dunia, serta di negara-negara lain di mana masyarakat Muslim banyak membentuk komunitas, contohnya antara lain di India, Britania Raya, Rusia[10] dan Kanada.[11]
[12]
[13]
[14]
[15][16]
[17]
[18][19]
Arab Saudi dan Qatar adalah negara dengan penduduk mayoritas Muslim yang tidak menjadikan Maulid sebagai hari libur resmi.[20] Partisipasi dalam ritual perayaan hari besar Islam ini umumnya dipandang sebagai ekspresi dari rasa keimanan dan kebangkitan keberagamaan bagi para penganutnya.[21]
Lihat pula
Catatan kaki
- ^ "Mawlid in Africa". Muhammad (pbuh) – Prophet of Islam. Diakses tanggal 2016-02-02.
- ^ Katz (2007), hlm. 67
- ^ al Fakihani, Tajuddin. "Risalah al-Maurid fi Hukmi al-Maulid, hlm. 1; al-Maurid ar-Rawi fi al-Maulid an-Nabawi". Maulid menurut 4 Mazhab. Diakses tanggal 23 September 2020.
- ^ "Mawlid". Encyclopedia of Islam, Second Edition. BrillOnline Reference Works.
- ^ Majmu’ Al Fatawa, 35/138
- ^ Majmu’ Al Fatawa, 3/281
- ^ Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490. Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146
- ^ Ahsanul Kalam, hal. 44
- ^ Dinukil dari Al Maulid, hal. 20
- ^ Maulid di Rusia
- ^ "q News". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-28. Diakses tanggal 2010-03-19.
- ^ Arts Web Bham
- ^ Buildings of London
- ^ "Js Board". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-17. Diakses tanggal 2010-03-19.
- ^ Sunni society UK
- ^ Montreal Religious Sites Project
- ^ "Muslim Media Network". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-15. Diakses tanggal 2010-03-19.
- ^ "Canadian Mawlid". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-09. Diakses tanggal 2013-07-16.
- ^ BBC – Religion & Ethics – Milad un Nabi
- ^ "Moon Sighting". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-12-25. Diakses tanggal 2010-03-19.
- ^ Saudi Islam Politics
Bacaan lanjutan
- Hagen, Gottfried (2014), "Mawlid (Ottoman)", in Muhammad in History, Thought, and Culture: An Encyclopedia of the Prophet of God (2 vols.), Edited by C. Fitzpatrick and A. Walker, Santa Barbara, ABC-CLIO.
- Malik, Aftab Ahmed (2001). The Broken Chain: Reflections Upon the Neglect of a Tradition. Amal Press. ISBN 0-9540544-0-7.
- Picken, Gavin (2014), "Mawlid", in Muhammad in History, Thought, and Culture: An Encyclopedia of the Prophet of God (2 vols.), Edited by C. Fitzpatrick and A. Walker, Santa Barbara, ABC-CLIO.
- Tahir-ul-Qadri, Muhammad (2014). Mawlid al-Nabi: Celebration and Permissibility. Minhaj-ul-Quran Publications. ISBN 978-1-908229-14-4.
- Ukeles, Raquel. "The Sensitive Puritan? Revisiting Ibn Taymiyya's Approach to Law and Spirituality in Light of 20th-century Debates on the Prophet's Birthday (mawlid al-nabī)." Ibn Taymiyya and His Times, ed. Youssef Rapport and Shahab Ahmed, 319–337. Karachi: Oxford University Press, 2010.
- Katz, Marion Holmes (2007). The Birth of The Prophet Muhammad: Devotional Piety in Sunni Islam. Routledge. ISBN 978-1-135-98394-9.