Lompat ke isi

Totoh Abdul Fatah Ghazali

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

K.H.R. Totoh Abdul Fatah
Lahir(1931-08-31)31 Agustus 1931
Belanda Balonggede, Bandung, Masa Penjajahan Hindia Belanda
Meninggal1 September 2008(2008-09-01) (umur 77)
Indonesia Bandung
KebangsaanIndonesia
Nama lainAjengan Totoh
PekerjaanPengasuh Pesantren Al-Jawami' Bandung
Ketua MUI Provinsi Jawa Barat
Anggota MPR RI FKP No.C.727 (1992-1999)
Suami/istriHj. Siti Maryam putri K.H. Muhammad Sudja’i
AnakDr.H. Deding Ishak Ibnu Sudja’, SH.,M.M..[1]

Totoh Abdul Fatah rahimahullah lahir di Bandung, Jawa Barat, 31 Agustus 1931 meninggal dunia, 1 September 2008) adalah seorang ulama besar di Jawa Barat Pengasuh Pondok Pesantren Al-Jawami' Bandung, pernah menjabat Ketua MUI Provinsi Jawa Barat, Anggota MPR RI FKP (1992-1999). Dikenal sebagai satu di antara lima ulama kharismatik Jawa Barat. Empat ulama kharismatik Jawa Barat K.H. Ilyas Ruhiyat (sesepuh Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya), KH. Anwar Musaddad (sesepuh Pondok Pesantren Al-Musaddadiyah Garut), K.H. Irfan Hielmy, (sesepuh Pondok Pesantren Darussalam Ciamis, serta K.H. Abdulah Abbas (sesepuh Pondok Pesantren Buntet, Cirebon) merupakan sesepuh sekaligus ulama kharismatik Jawa Barat yang terus mengabdikan hidupnya untuk kemaslahatan umat dan bangsa.

Kelahiran

K.H.R. Totoh Abdul Fatah putra K.H.R. Ahmad Badruddin putra Rd. Zarkasih Maolany putra Rd. Nur Muhammad Ajengan Totoh Lahir di Balonggede, Bandung, 31 Agustus 1931 dari keturunan bangsawan juga ulama.[2]

Pendidikan

K.H.R. Totoh Abdul Fatah rahimahullah pernah menimba ilmu di Pesantren Situgede Monggor Limbangan Garut, lalu Pesantren Cikelepu Limbangan Garut, kemudian Pesantren Karangsari Leles Garut, tahun 1951. Setelah itu, belajar ke Pesantren Sindangsari (sekarang ada tambahan Al-Jawami) yang terletak di Cileunyi, Bandung. Di Pesantren ini pula Pak Totoh mendapat jodoh dan menikah dengan putri gurunya Mama Kiai Muhammad Sudja’i, bernama Hj. Siti Maryam. Pak Totoh melanjutkan pendidikannya ke sekolah umum, HIS Budi Harti, Garut. Setelah tamat dari Aliyah, lalu melanjutkan ke Universitas Islam Nusantara (UNINUS) Bandung, kemudian ke IKIP Bandung dan akhirnya ke Institut Dakwah Islam (IDI) Bandung.

Riwayat pekerjaan/jabatan (non/semi/struktural)

  • Guru Agama SLTA (1968).
  • Penghulu Kotamadya Bandung (1969-1973).
  • Kepala Kandepag Kota Bandung (1975-1980).
  • Kepala Bidang Penerangan Agama Islam Kanwil Depag Jabar (1980-1982).
  • Hakim Tinggi Agama/ Wakil Ketua PTA untuk Wilayah Jabar dan DKI Jakarta (1982-1985).
  • Penatar BP7 Jawa Barat (1982-1985).
  • Staf Ahli BAPPEDA Jabar (1982-1985).
  • Dosen Hukum Islam APDN Bandung (1982-1985).
  • Na’ib Amirul Hajj (1992).
  • Anggota MPR RI dari FKP No.C.727 (1992-1999).
  • Sekertaris Majelis Ulama (1958-1969).
  • Pembina Rohani di Lingkungan TNI dan kepolisian Negara Bandung Timur (1969-1974).
  • Ketua Sekber Golkar Kandepag Kodya Bandung (1969-1974).
  • Rais Syuriah NU Kecamatan Cibeunying (1970).
  • Ketua DKM Masjid Agung Bandung (1973-1980).
  • Ketua Al-Washliyah Jawa Barat (1975).
  • Ketua Korpri Unit Kandepag Kodya Bandung (1974-1980).
  • Pendiri Islamic Centre/ Pusdai Jabar (1988).
  • Pendiri RS. Islam Al-Ihsan (1992).
  • Ketua Korpri Unit PTA Jabar (1988-1990).
  • Dewan Penasehat DHD ’45 Jawa Barat (1989 -1990).
  • Ketua Umum DMI Jabar (1983-1993),
  • Dewan Pertimbangan MUI Pusat (1990-2000).
  • Dewan Pembina DMI Pusat (1993-2000).
  • Wakil Ketua Ikatan Purnabhakti Hakim Agama Nasional (1992-1997).
  • Wakil Ketua Panwaslu (Panitia Pengawas pemilihan Umum) Jawa Barat pada Pemilu 1999.
  • Ketua Umum MUI Jabar (1985-2000).
  • Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah (2000-2005).
  • Ketua Dewan Penasehat MUI Jabar (2005-2008).
  • Pengasuh Pesantren Al-Jawami (1987-2008).

Karya Tulis

  • Jembatan Dalam Upaya Mengentaskan Kemiskinan.
  • Batasan Mulai Usia Perkawinan.
  • Politik Dakwah (Dakwah Melalui Jalur Politik).
  • Bank tidak Identik dengan Riba.
  • Pokok-pokok Syariat Islam.
  • Istinbatil Hukmi.
  • Rumah Tangga Sakinah.
  • MUI Menggagas Perwujudan dan Pelaksanaan Reformasi.
  • Ayat-ayat Hiriz dan Ayat-ayat Rizki dalam Do’a.
  • Asmaul Husna dan Asmaur Rasul.
  • Al-Jawami dalam membahas Jam’ul Jawami’.[3]

Pesantren Al-Jawami'

Pesantren Sindangsari Al-Jawami didirikan pada tanggal 03 Mei 1931 oleh Asy-Syaikh K.H. Muhammad Sudja’i (Almarhum) dengan nama asalnya Pesantren “Sindangsari”. Inisiatif KH. Muhammad Sudjai ini mendapat dukungan dari ayah dia yaitu K.H. Muhammad Ghazali dan dukungan paman dia yaitu H. Tamim serta saudara-saudara dia, yaitu K.H. Saeroji dan K.H. Dimyati. Pesantren “Sindangsari” merupakan pesantren tradisional yang cukup terkemuka di Jawa Barat, sehingga sampai saat ini sudah melahirkan ribuan alumni dari tahun 1931. Mereka pada umumnya menjadi ulama-ulama di berbagai pelosok di Jawa Barat, dan diantaranya tidak sedikit yang menjadi pejabat pemerintah dan menjadi pengusaha terkemuka.

Pada tahun 1960-an pembangunan ditingkatkan dengan dibentuknya Panitia Pembangunan Pesantren, antara lain Bapak H. Djunaedi (sebagai Ketua Pembangunan) dan K.H. Rd. Totoh Abdul Fatah, menantu K.H. Muhammad Sudja’i menjadi Wakil Ketua, Bpk. H. Shaleh (Sekretaris) dan tokoh-tokoh lainnya seperti R.H. Yahya (Caringin), sebagai seksi usaha dana, yaitu pembangunan yang meliputi fisik madrasah yang besar dan masjid dalam pembangunan kedua yang hasilnya lebih baik dibanding dengan pembangunan pertama pada tahun 1931.

Pada tahun 1977 bersamaan dengan diselenggarakannya lembaga pendidikan formal, nama Pesantren “Sindangsari” ditingkatkan dengan nama Pesantren Sindangsari Al-Jawami Cileunyi Bandung. Al-Jawami memiliki pengertian “lengkap dan universal”. Nama ini juga diambil dari nama sebuah kitab yang disenangi Asy-Syaikh K.H. Muhammad Sudja’i, sesepuh pesantren, yaitu Kitab Ushul Fiqih “Jamul Jawami” dan peletakan batu pertama Madrasah Aliyah langsung oleh dia sendiri disaksikan oleh Bapak H.Aang Kunaefi, Gubernur Jawa Barat periode 1975 – 1985 dan Letjend. Yogie Suardi Memet, Komando Daerah Militer III/Siliwangi.

Sejak saat itulah secara bertahap, lembaga pendidikan formal di Pesantren Sindangsari Al-Jawami mulai didirikannya pendidikan formal dipimpin oteh K.H.R. Totoh Abdul Fatah di bawah naungan Yayasan Pembina Pendidikan Tinggi (YAPATA) Al-Jawami yaitu Madrasah Aliyah (1977), Sekolah Tinggi Bahasa Asing (1989), Sekolah Tinggi Agama Islam (1999), Taman Kanak-kanak (2000) di lingkungan Pontren Al-Jawami, yang sekarang diasuh oleh putera keempatnya, Dr. H. Deding Ishak Ibnu Sudja', SH.,MM., dosen UIN dan juga anggota DPR RI dari Golkar periode (2014-2019)[4].[5]

Pada tahun 2001, pembangunan fisik kepesantrenan diserahkan oleh K.H. Totoh Abdul Fatah kepada K.H. Imang Abdul Hamid. Sedangkan para sesepuh yaitu K.H. Manshur, K.H. Endang Rachmat, KH.R. Totoh Abdul Fatah dan putera-puteri pendiri lainnya sebagai penasihat dalam pembangunan pesantren sekaligus juga sebagai penasihat organisasi IKBAL (Ikatan Keluarga Besar AI-Ghazali).

Meninggal

Pak Totoh berpulang ke Rahmatullah (wafat) pada hari Senin, 01 September 2008 M (01 Ramadhan 1429 H) Pukul 10.17 WIB di RS. Hasan Sadikin Bandung setelah lebih kurang 15 hari dirawat di Ruang Perawatan Khusus (ICU) dan dimakamkan di TPU Cileunyi Wetan Bandung pukul 16.00 WIB. .

K.H. Totoh Abdul Fatah dalam Pandangan Tokoh

Referensi

Pranala luar