Lompat ke isi

Surat Yohanes yang Kedua

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 16 Mei 2018 00.28 oleh JohnThorne (bicara | kontrib) (Perbaikan)
Surat 2 Yohanes
Lembaran yang memuat Surat 2 Yohanes pada Codex Vaticanus, yang dibuat sekitar tahun 325-350 M.
KitabSurat 2 Yohanes
KategoriSurat-surat Am
Bagian Alkitab KristenPerjanjian Baru
Urutan dalam
Kitab Kristen
24

Surat Yohanes yang Kedua (disingkat Surat 2 Yohanes) adalah salah satu surat yang terdapat di dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen yang ditujukan pada sebuah jemaat untuk memberikan beberapa petunjuk mengenai sikap yang harus diambil oleh jemaat-jemaat Kristen terhadap orang-orang yang diketahui telah menyebarkan ajaran yang menyesatkan.[1] Surat ini ditulis oleh "pemimpin jemaat" (Rasul Yohanes) kepada "Ibu yang dipilih oleh Tuhan" dan kepada anak-anaknya yang dicintai. Mungkin yang dimaksud dengan "Ibu dan anak-anaknya" ialah sebuah jemaat dan anggota-anggotanya.[2]

Latar Belakang

Gambar Rasul Yohanes di minuscule 482

Penulis

Penulis surat 2 Yohanes dan 3 Yohanes adalah orang yang sama.[3] Ia memperkenalkan dirinya sebagai seorang "Penatua" (2 Yohanes 1; 3 Yohanes 1).[3] Gelar penatua merupakan sebuah gelar kehormatan yang mengandung kewibaan penulis.[3] Gelar penatua juga bukan merupakan gelar petugas/pejabat jemaat seperti dalam surat-surat pastoral.[3] Penatua adalah seorang tokoh yang berwibawa secara pribadi.[3]

Para ahli ilmu tafsir yang sesuai dengan tradisi menerima bahwa penulis Injil Yohanes dan Surat 1 Yohanes ialah rasul Yohanes, yaitu salah seorang dari keduabelas Rasul yang dipilih sendiri oleh Yesus Kristus.[3] Hal ini juga bersesuaian dengan 2 Yohanes dan 3 Yohanes yang menyatakan Si Penatua adalah rasul Yohanes.[3] Namun, dalam tradisi ditemukan juga pendapat bahwa penulis 2 Yohanes dan 3 Yohanes, yaitu "Penatua", berbeda dengan rasul Yohanes (Hieronimus, tahun 400 Masehi, Sinoda Roma tahun 382 Masehi).[3]

Tujuan Penulisan

Surat 2 Yohanes ditujukan kepada "Ibu" yang terpilih serta anak-anaknya.[3] Maksud dari penggunaan kata "ibu" bukanlah seorang ibu secara harafiah yang diketahui oleh banyak orang, melainkan ini adalah sebuah istilah untuk menggambarkan sebuah jemaat serta anggota-anggotanya.[3] 2 Yohanes 4 mengatakan hanya sebagian anggota-anggota jemaat hidup dalam kebenaran dan bagian inti surat ini adalah berupa peringatan terhadap pihak-pihak penyesat yang mengancam iman kepada Yesus Kristus.[3] Orang seharusnya berpegang teguh pada pengajaran Yesus.[3] Surat ini dengan demikian ditulis untuk membuat pembacanya siap siaga untuk menghadapi pengajar-pengajar sesat. [4]

Waktu Penulisan

Surat ini diyakini ditulis antara tahun 60-65 M.[5] Pendapat lain memberi perkiraan tahun 90-100.[6]

Teks

Surat 2 Yohanes 1-5 pada sisi recto Uncial 0232 (abad ke-5/ke-6 M).

Ayat-ayat terkenal

Ayat 5

Dan sekarang aku minta kepadamu, Ibu--bukan seolah-olah aku menuliskan perintah baru bagimu, tetapi menurut perintah yang sudah ada pada kita dari mulanya--supaya kita saling mengasihi.[7]

Ayat 6

Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya. Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya.[8]

Ayat 9

'Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak.[9]

Permasalahan dalam surat

Masalah yang nyata dalam surat ini adalah untuk memutuskan Surat Kedua dikirimkan kepada seorang individu ataukah pada sekelompok orang.[10] Permasalahan ini muncul karena ada ungkapan ibu yang terpilih yang dalam bahasa Yunani memiliki arti eklekte kuria. Dalam memahami ungkapan ini, terdapat tiga cara untuk memahaminya, antara lain:[10]

  • Eklekte adalah suatu nama diri dan kuria adalah suatu alamat pemanis yang lazim.[10]
  • Ada kemungkinan untuk memahami kuria sebagai nama diri.[10]
  • Harus menyimpulkan bahwa yang dimaksud Ibu yang terpilih adalah gereja.[10]

Muatan Teologi

  • Kebenaran, Kasih, dan Ketaatan

Kata kebenaran dalam bahasa Yunani diterjemahkan sebagai atletheia.[11] Kata kebenaran ini terus mendominasi bagian pembukaan surat khususnya dalam ayat 1-3.[11] Dalam ayat 2 jelas dikatakan bahwa yang dimaksud dengan kebenaran adalah iman Kristen.[11] Maksud dari kata kasih sendiri adalah sesuai dengan kebenaran Allah, yaitu kasih yang tulus, yang tidak dimotivasi oleh keinginan untuk menguntungkan diri sendiri.[11] Ketaatan juga tidak dapat dipisahkan dengan kata kasih dan kebenaran.[11] Hidup yang mengasihi berarti hidup yang berjalan menurut kehendak Allah.[11] Hidup dalam kasih sama artinya dengan hidup dalam kebenaran sesuai dengan perintah Bapa.[11] Hidup dalam kebenaran sama artinya dengan hidup dalam ketaatan.[11] Jadi, kasih, kebenaran, ketaatan merupakan sebuah rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.[11] Ketaatan tanpa kasih merupakan pembudakan diri, kasih tanpa ketaatan merupakan kedustaan, dan tanpa salah satu semuanya merupakan ketidakbenaran.[11]

  • Kristologi

Secara implisit, pandangan Kristologis mengenai surat 2 Yohanes terdapat dalam "Anak Bapa" dalam ayat 3.[11]

Isi

  • Pendahuluan (ayat 1-3)
  • Pentingnya kasih (ayat 4-6)
  • Peringatan terhadap ajaran-ajaran yang salah (ayat 7-11)
  • Penutup (ayat 12-13)[12]

Lihat pula

Surat Yohanes yang Kedua
Didahului oleh:
Surat 1 Yohanes
Perjanjian Baru
Alkitab
Diteruskan oleh:
Surat 3 Yohanes

Referensi

  1. ^ (Indonesia)Donald Guthrie. 1992. Teologi Perjanjian Baru 3. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm.55.
  2. ^ Donald Guthrie, dkk. 2003. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3: Matius-Wahyu. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF. Hlm.877.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l C. Groenen. 1984. Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Hlm.371-374.
  4. ^ D. Guthrie, dkk. 2003. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu. Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF. hal.877.
  5. ^ John Arthur Thomas Robinson (1919-1983). "Redating the New Testament". Westminster Press, 1976. 369 halaman. ISBN 10: 1-57910-527-0; ISBN 13: 978-1-57910-527-3
  6. ^ W. G. Kummel, "Introduction to the New Testament" (Heidelberg i963),ET 1966; 21975.
  7. ^ 2 Yohanes 1:5
  8. ^ 2 Yohanes 1:6
  9. ^ 2 Yohanes 1:9
  10. ^ a b c d e (Indonesia)Willian Barclay. 1990. Pemahaman Alkitab Sehari-hari: Surat-surat Yohanes dan Surat Yudas. Jakarta:BPK Gunung Mulia. Hlm.215-218
  11. ^ a b c d e f g h i j k Bambang Subandrijo. 2010. Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru 2. Bandung: Bina Media Informasi. Hal. 124.
  12. ^ Pengantar Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia, 2002

Pranala luar