Lompat ke isi

Formaldehida

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Formaldehida
Formaldehida
Umum
Nama sistematis metanal
Nama lain formalin, formol,
metil aldehida,
metilen oksida
Rumus molekul CH2O
SMILES C=O
Massa molar 30.03 g/mol
Tampak gas tidak berwarna
Nomor CAS [50-00-0]
Sifat
Densitas dan fase 1 g/m3, gas
Kelarutan dalam Air > 100 g/100 ml (20 °C)
dalam etanol, aseton,
DMSO
> 100 g/100 ml
dalam eter, benzena,
pelarut organik
larut
dalam kloroform tidak larut
Titik leleh -117 °C (156 K)
Titik didih -19.3 °C (253.9 K)
Struktur
Bentuk molekul trigonal planar
Momen dipol ? D
Bahaya
MSDS MSDS eksternal
Bahaya utama toksik, gampang terbakar
NFPA 704
Flash point -53 °C
embaran R/S R: 23/24/25, 34, 40, 43
S: 1/2, 26, 36/37,
39, 45, 51
Nomer RTECS LP8925000
Halaman data suplemen
Struktur dan
sifat
n, εr, jsb.
Data
termodinamis
Bentuk-bentuk fase
Padat, cair, gas
Data Spektral UV, IR, NMR, MS
Senyawa yang berkaitan
Aldehida yang berkaitan asetaldehida
benzaldehida
Senyawa yang berkaitan keton
asam karboksilat
Selain yang disebutkan, data yang disajikan
ada dalam keadaan keadaan baku (25°C, 100 kPa)
Infoboks bantahan dan rujukan

Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Larutan ini sering digunakan sebagai disinfektan, insektisida, serta bahan baku pabrik-pabrik resin plastik dan bahan peledak. Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida, bentuknya gas, yang rumus kimianya H2CO. Formaldehida awalnya disintesa oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867.

Formaldehida bisa dihasilkan dari membakar bahan yang mengandung karbon. Dikandung dalam asap dari kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfir, formaldehida dihasilkan dari peta cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lainnya yang ada di atmosfir. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan seperti metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.

Sifat

Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang formalin atau formol). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi, sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi polimerisasinya.

Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Karena keadaannya katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizaro menghasilkan asam format dan metanol.

Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksan atau polimer linier polioksimetilen. Formasi zat ini menjadikan tingkah laku gas formaldehida berbeda dari hukum gas ideal, terutama dalam tekanan tinggi atau udara dingin.

Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfir menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara.

Produksi

Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis yang paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksida beusi dan molybdenum serta vanadium. Dalam sistim oksida besi yang lebih sering dipakai adalah(proses Formox), reaksi metanol dan oksigen bisa terjadi dalam 250°C untuk menghasilkan formaldehida, berdasarkan kepada kesamaan kimia.

2 CH3OH + O2 → 2 H2CO + 2 H2O

Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam hawa yang lebih panas, kira-kira 650 °C. dalam keadaan begini, akan ada dua reaksi kimia sekaligus yang menghasilkan formaldehida: satu seperti yang di atas, sedangkan satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi

CH3OH → H2CO + H2

Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm.

Di dalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konversi etanol, yang secara komersial tidak menguntungkan.

Kegunaan

Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri, sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam bidang medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil. Larutan dari formaldehida sering dipakai dalam membalsem untuk mematikan bakteri serta untuk sementara mengawetkan bangkai.

Dalam industri, formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi polimer dan rupa-rupa bahan kimia. Kalau digabungkan dengan fenol, urea, atau melamin, formaldehida menghasilkan resin termoset yang keras. Resin ini dipakai untuk lem permanen, misalnya yang dipakai untuk kayulapis/tripleks atau karpet. Juga dalam bentuk busa-nya sebagai insulasi. Produksi resin formaldehida menghabiskan lebih dari setengahnya dari produksi formaldehida.

Untuk mensintesa bahan-bahan kimia, formaldehida misalnya dipakai untuk produksi alkohol polifungsional seperti pentaeritritol, yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak. Turunan formaldehida yang lain adalah metilen difenil diisosianat, komponen penting dalam cat dan busa poliuretan, serta heksametilen tetramina, yang dipakai dalam resin fenol-formaldehida untuk membuat RDX (bahan peledak).

Pengaruh terhadap badan

Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti kayu lapis/tripleks, karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan formaldehida pelan-pelan, formaldehida merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan. Apabila kadar di udara lebih dari 0.1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluar air mata, pusing, teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan.

Kalau terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi jadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya.

Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik.

Sumber rujukan

  • Formaldehida, Wikipedia edisi bahasa Sunda per 09:32, 3 Januari 2006
  • Formaldehyde, Wikipedia edisi basa Inggris per 2 Januari 2006


Pranala luar