Lompat ke isi

Preskriptivisme (linguistik)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 17 Februari 2019 00.01 oleh Vanished user eBSCVIXVbE7sn (bicara | kontrib) (perbaikan minor)

Dalam sosiolinguistik, preskriptivisme (bahasa Latin: praescribere – mempreskripsikan; memerintahkan; normativisme) adalah praktik menyusun norma dan pedoman penggunaan bahasa alami, dengan maksud mengerahkan tekanan eksternal pada penuturnya.[1][2][3] Kaidah tersebut bisa mengatur berbagai-bagai aspek bahasa seperti pelafalan, infleksi, semantika, sintaksis, dan fraseologi, serta juga unsur ekstrabahasa seperti ejaan dan pungtuasi.[4] Kecenderungan preskriptivis bisa mencakup penggolongan bentuk bahasa yang dikritik sebagai "salah", "keliru" ataupun "tidak logis".[5][6][7]

Preskripsi linguistik dapat bertujuan membentuk sebuah bahasa baku atau mengaturnya secara ketat. Kehadiran kode bahasa baku dimaksudkan untuk memudahkan komunikasi antarmasyarakat di wilayah geografis yang luas.[8] Kepatuhan terhadap kode tersebut terutama dianggap penting dalam situasi formal[9][10] yang menuntut penggunaan bentuk bahasa yang diangggap netral secara sosial.[11] Praktik preskriptif juga bisa dilatarbelakangi keinginan menghambat proses perubahan bahasa.[12]

Pendekatan preskriptivis sering didikotomikan dengan deskriptivisme,[13] yaitu sikap yang menghindari penilaian normatif dan bertujuan mendeskripsikan bahasa secara netral. Deskriptivisme dijadikan sebagai pondasi analisis tata bahasa dalam linguistik kontemporer,[14] sedangkan praktik normatif diterapkan dalam konteks pendidikan dan penerbitan.[15][16]

Beberapa peneliti mengartikan "preskriptivisme" sebagai konsep mempromosikan suatu varietas bahasa sebagai bahasa yang lebih tinggi kedudukannya, sehingga menanggap ideologi bahasa standar sebagai elemen konstitutif dari preskriptivisme atau bahkan menyamakan preskriptivisme dengan sistem pandangan itu.[17][18] Sedangkan penulis yang lain menggunakan istilah "preskriptivisme" untuk merujuk kepada segala bentuk kegiatan yang bertujuan mengusulkan atau mendorong suatu cara penggunaan bahasa, tanpa menyiratkan bahwa praktik-praktik tersebut selalu terkait dengan penyebaran ideologi bahasa standar.[19][20] Selain dua tersebut ada juga pengertian bahwa sikap preskriptif adalah pendekatan kodifikasi bahasa yang mementingkan pendapat si penyelidik, berbeda dengan bentuk-bentuk kodifikasi yang mendasarkan kegiatannya pada fenomena penggunaan bahasa yang sebenarnya;[21] walaupun begitu, pendekatan kedua tersebut juga bisa dikatakan mengandung sifat preskriptif.[22]

Bentuk ekstrim dari preskriptivisme adalah purisme bahasa.

Penerapan preskripsi

Preskripsi bahasa diklasifikasikan sebagai tahap akhir dari pembakuan bahasa. Proses tersebut terjadi di lingkungan suatu budaya dan bermotivasi politik. Ia dapat dipahami sebagai bentuk kemajuan sosial dan penanaman budaya. Karena budaya dianggap sebagai kekuatan utama dalam pengembangan bahasa baku, negara-negara yang memiliki keanekaragaman variasi bahasa sering mempromosikan standardisasi dan menganjurkan kepatuhan kepada norma-norma preskriptif.[23]

Tujuan utama dari preskripsi kebahasaan adalah mempromosikan dan mengkonkretkan aturan-aturan bahasa baku dalam konteks pendidikan.[24] Preskripsi juga dapat mencakup upaya lain untuk mempengaruhi cara penggunaan bahasa, misalnya mengusulkan saran soal gaya dan estetika.[25] Penerapan praktisnya juga ditemukan dalam pengajaran bahasa asing, yang pada hakikatnya bersifat normatif karena menginstruksikan orang bagaimana harus berbicara berdasarkan dokumentasi bahasa penutur asli.[26][27] Selain itu, publikasi yang berpendekatan deskriptif dalam praktik sering ditafsirkan sebagai publikasi normatif sehingga berfungsi sebagai pedoman bahasa.[28]

Preskripsi mempunyai peran yang penting dalam memfasilitasi komunikasi antardaerah karena memungkinkan penutur dialek yang berbeda untuk mengggunakan standar bahasa umum, yang lebih luas dipahami dari variasi bahasa lokal mereka. Walaupun alat komunikasi tersebut bisa membentuk secara spontan, keinginan mengatur dan mempromosikannya secara resmi sudah menjadi kelaziman di sebagian besar dunia.[26] Penulis sering mementingkan kepatuhan kepada norma-norma preskriptif agar maksudnya lebih mudah ditelan dan bisa dipahami oleh khalayak luas.[26] Selain itu, stabilitas bahasa dalam waktu memudahkan pemahaman teks-teks dari masa lalu.

Jenis-jenis preskriptivisme

Anne Curzan membedakan empat jenis preskriptivisme[29]:

  • preskriptivisme standardisasi (bahasa Inggris: standardising prescriptivism) – bertujuan menumbuhkan dan mempromosikan penggunaan bahasa baku; bisa melibatkan keinginan penyeragaman bahasa;[30]
  • preskriptivisme stilistik (bahasa Inggris: stylistic prescriptivism) – bertujuan memberikan saran soal gaya bahasa, yaitu cara penggunaan bentuk dan struktur di dalam bahasa baku; penilaian ini didasarkan pada kriteria ketepatan, kelogisan, kejelasan, kegunaan fungsional, kekompakan, dan estetika;[31]
  • preskriptivisme restoratif (bahasa Inggris: restorative prescriptivism) – bertujuan mempromosikan bentuk dan struktur yang lebih lawas demi mempertahankan tradisi dan menjaga "kemurnian" bahasa;[32]
  • preskriptivisme responsif secara politis (bahasa Inggris: politically responsive prescriptivism) – bertujuan mempromosikan bentuk bahasa yang dianggap tepat secara politis dan egaliter; berbeda dengan tiga lainnya, preskripsi jenis ini dianggap progresif dari segi sosial.[33]

Kriteria normatif

Preskripsi bahasa dapat didasarkan pada kriteria dan faktor berikut[34]:

  • kepatuhan satuan bahasa tertentu dengan kaidah ekonomi bahasa,
  • kegunaan fungsional dan presisi semantis satuan bahasa tertentu,
  • kepatuhan elemen bahasa tertentu dengan kaidah sintagmatis dan paradigmatis,
  • tingkat kelaziman elemen bahasa tertentu dalam sastra dan dalam bahasa warga berpendidikan,
  • etimologi kata atau istilah tertentu,
  • cakupan geografis elemen bahasa tertentu,
  • tingkat kelaziman elemen bahasa tertentu dalam tradisi bahasa.

Kadang kala kodifikasi yang berbeda dari satu bahasa memakai bentuk yang berlainan. Misalnya dalam bahasa Spanyol:

Referensi

  1. ^ a b Olivia Walsh (2016). Linguistic Purism: Language Attitudes in France and Quebec (dalam bahasa Inggris). John Benjamins Publishing Company. hlm. 8–9. ISBN 9789027266736. 
  2. ^ a b David Crystal (2008). A Dictionary of Linguistics and Phonetics (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-6). Blackwell Publishing. hlm. 384. ISBN 978-1-4051-5296-9. 
  3. ^ a b Peter Hugoe Matthews (2007). The Concise Oxford Dictionary of Linguistics (dalam bahasa Inggris). hlm. 316. ISBN 978-0-19-920272-0. 
  4. ^ a b Andrzej Markowski (2010). "Poprawność językowa". Wielki słownik poprawnej polszczyzny PWN (dalam bahasa Polski). Warsawa. ISBN 978-83-01-14198-1. 
  5. ^ a b Nikolas Coupland; Srikant Sarangi; Christopher N. Candlin (2014). "Language and discourse as social practice". Sociolinguistics and Social Theory (dalam bahasa Inggris). Routledge. hlm. 134. ISBN 9781317881445. 
  6. ^ a b "Strong verbs old and new". Language Between Description and Prescription: Verbs and Verb Categories in Nineteenth-Century Grammars of English (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. 2016. hlm. 83. ISBN 9780190270681. 
  7. ^ a b John Edwards (2009). Language and Identity: An introduction (dalam bahasa Inggris). hlm. 259. ISBN 1139483285. 
  8. ^ a b Nagyné Foki Lívia (2006). From Theoretical to Pedagogical Grammar: Reinterpreting the Role of Grammar in English Language (PDF) (dalam bahasa Inggris). Veszprém. hlm. 80–81. 
  9. ^ a b Suzanne Eggins (2004). Introduction to Systemic Functional Linguistics: 2nd Edition (dalam bahasa Inggris). A&C Black. hlm. 139. ISBN 0826457878. 
  10. ^ a b M. Victoria Escandell Vidal; Victoria Marrero Aguiar; Celia Casado Fresnillo; Edita Gutiérrez Rodríguez; Nuria Polo Cano; Pilar Ruiz-Va Palacios (2014). vidal del Lenguaje Humano (dalam bahasa Spanyol). Editorial Universitaria Ramon Areces. hlm. 279. ISBN 9788499611594. 
  11. ^ Kapović (2010), hlm. 55-74
  12. ^ a b Linda Pillière; Wilfrid Andrieu; Valérie Kerfelec; Diana Lewis (2018). Standardising English (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. hlm. 6–7. ISBN 9781107191051. 
  13. ^ McArthur (1992), hlm. 286
  14. ^ a b John Lyons (1968). Introduction to Theoretical Linguistics (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. hlm. 42–44. ISBN 9780521297752. 
  15. ^ a b Robert Lawrence Trask (1999). Key Concepts in Language and Linguistics (dalam bahasa Inggris). Routledge. hlm. 47–48. ISBN 9780415157414. 
  16. ^ a b Nils Langer (2013). Linguistic Purism in Action: How auxiliary tun was stigmatized in Early New High German (dalam bahasa Inggris). Walter de Gruyter. hlm. 223. ISBN 9783110881103. 
  17. ^ a b Annabelle Mooney; Betsy Evans (2018). Language, Society and Power: An Introduction (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 9780429823398. 
  18. ^ a b Tvrtko Vuković; Maša Kolanović (2013). "Jezik i konzervativizam". Komparativni postsocijalizam: slavenska iskustva (dalam bahasa Serbo-Kroasia). Zagrebačka slavistička škola. Diakses tanggal 2018-11-06. 
  19. ^ a b Michael D. Kliffer. “Quality of language“: The changing face of Quebec prescriptivism (PDF) (dalam bahasa Inggris). McMaster University. hlm. 1. 
  20. ^ a b John McIntyre (2011-09-01). "Prescription for prescriptivists". Baltimore Sun (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-11-06. 
  21. ^ a b Beata Jezierska (2016). Frazeologizmy w polskich przekładach współczesnej prozy francuskiej (na wybranych przykładach) (dalam bahasa Polski). Poznań: Wydział Filologii Polskiej i Klasycznej: Instytut Filologii Polskiej. hlm. 97–99. 
  22. ^ a b Andrzej Markowski. Językoznawstwo normatywne dziś i jutro: stan, zadania, szanse, zagrożenia. Konferencje i dyskusje naukowe (dalam bahasa Polski). Rada Języka Polskiego. Diakses tanggal 2018-11-21. 
  23. ^ a b Carol Percy; Ingrid Tieken-Boon van Ostade (2016). Prescription and Traditino: Establishing Standards across Time and Space. Multilingual Matters (dalam bahasa Inggris). Multilingual Matters. hlm. 3. ISBN 9781783096527. 
  24. ^ McArthur (1992), hlm. 979, 982–83
  25. ^ McArthur (1992), hlm. 979, 982–83
  26. ^ a b c d S Martin Mathivannan (2008). "Descriptive style". A stylistic study of Vikram Seths novel an equal music (dalam bahasa Inggris). Inflibnet Centre. hlm. 64–65, 70–71. 
  27. ^ a b Jeanette Sakel (2015). Study Skills for Linguistics. Understanding Language (dalam bahasa Inggris). Routledge. hlm. 34. ISBN 9781317530091. 
  28. ^ a b Benjamin Lyngfelt, Linnéa Bäckström, Lars Borin, Anna Ehrlemark, Rudolf Rydstedt (2018-07-09). "Constructicography at work: Theory meets practice in the Swedish constructicon". Dalam Benjamin Lyngfelt, Lars Borin, Kyoko Ohara, Tiago Timponi Torrent. Constructicography: Constructicon development across languages. Constructional Approaches to Language (dalam bahasa Inggris). 22. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company. hlm. 59. doi:10.1075/cal.22.03lyn. ISBN 9789027201003. 
  29. ^ Curzan (2014), hlm. 24
  30. ^ Curzan (2014), hlm. 28-32
  31. ^ Curzan (2014), hlm. 33
  32. ^ Curzan (2014), hlm. 36
  33. ^ Curzan (2014), hlm. 38
  34. ^ a b Grzegorz Krynicki. "Prescriptivism. Polish and English Dialects". ifa.amu.edu.pl (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-11-19. 
  35. ^ a b Justo Fernández López. "CECEO y SESEO". hispanoteca.eu (dalam bahasa Spanyol). Diakses tanggal 2018-11-19. 
  36. ^ a b "Voseo en la variedad rioplatense (Argentina, Paraguay y Uruguay)" (PDF). fondazionemilano.eu (dalam bahasa Spanyol). Diakses tanggal 2018-11-19. 

Kepustakaan

Tautan luar