Lompat ke isi

Rusdi Kirana

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 20 Maret 2019 02.04 oleh Willy2000 (bicara | kontrib) (Membalikkan revisi 14842420 oleh 114.125.62.143 (bicara))
Rusdi Kirana
S.E.
Berkas:Rusdi Kirana.jpg
Duta Besar Indonesia untuk Malaysia ke-17
Mulai menjabat
18 Mei 2017
PresidenJoko Widodo
Wakil PresidenJusuf Kalla
Sebelum
Pengganti
Petahana
Sebelum
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
Masa jabatan
19 Januari 2015 – 18 Mei 2017
Menjabat bersama Sidarto Danusubroto
Muhammad Yusuf Kartanegara
Ahmad Hasyim Muzadi
Suharso Monoarfa
Jan Darmadi
Abdul Malik Fadjar
Subagyo Hadi Siswoyo
PresidenJoko Widodo
Wakil PresidenMuhammad Jusuf Kalla
Ketua DewanSri Adiningsih
CEO Lion Air Group
Masa jabatan
19 Oktober 1999 – 19 Januari 2015
Informasi pribadi
Lahir17 Agustus 1963 (umur 61)
Indonesia Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
KebangsaanIndonesia Indonesia
Partai politik Partai Kebangkitan Bangsa
AnakDea Fleria Kirana
Dafin Putra Kirana
Denis Febrian Kirana
AlmamaterUniversitas Pancasila
Fakultas Ekonomi
PekerjaanPengusaha
Politisi
Pendiri Lion Air
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Rusdi Kirana, S.E. (lahir 17 Agustus 1963) merupakan seorang pengusaha Indonesia dan juga pendiri Lion Air yang memperkenalkan penerbangan bertarif murah kepada penduduk Indonesia dengan slogannya, "Kami membuat masyarakat terbang". Pada 19 Januari 2015, ia dipilih oleh Presiden Joko Widodo untuk menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden.[1][2] Di bidang politik, sejak 12 Januari 2014, ia menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa.[3] Lion Air Group yang dipimpinnya menjadi sebuah perusahaan yang membawahi beberapa anak perusahaan yaitu Lion Air, Wings Air, Batik Air, Malindo Air dan Thai Lion Air.

Biografi

Rusdi mengawali bisnis penerbangannya pada Oktober 1999. Dengan modal awal US$10 juta, dia menggagas "revolusi" dalam dunia penerbangan dengan konsep berbiaya murah (low cost carrier). Gebrakannya itu membuat repot sesama perusahaan penerbangan. Hanya dalam tempo enam tahun, Lion memiliki 24 pesawat yang terdiri dari 19 MD80 dan lima pesawat DHC-8-301. Dari sisi jumlah penumpang, Lion meraih 600.000 orang lebih per bulan atau menguasai 40% dari seluruh segmen pasar. Pada 2004 Lion Air menempati posisi kedua, setelah Garuda Indonesia, dalam hal jumlah penumpang yang diangkut.

Prestasi ini ternyata belum cukup bagi Rusdi. Ia masih terus mengembangkan sayap-sayap bisnis Lion Air dan berniat menjadi market leader dalam penerbangan domestik. Maka ia pun terus mempersiapkan mulai infrastruktur, rute penerbangan, hingga penambahan jumlah pesawat.

Untuk infrastruktur, Rusdi bekerja sama dengan pihak TNI AU dan PT Dirgantara Indonesia, menyewa hanggar di Lapangan Udara Husein Sastranegara, Bandung guna dijadikan Lion maintenance facility (LMF). Ia juga membeli simulator pesawat bekas dari Skandinavia Air untuk melatih para pilotnya. Selain itu, Lion Air melakukan kerja sama dengan TNI AU untuk menjadi pengelola Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Dengan demikian, kemungkinan besar base dari pesawat-pesawat Lion Air akan beralih ke Bandara Halim Perdanakusumah.

Untuk rute penerbangan, saat ini Lion Air telah mendarat di 36 kota besar di Indonesia. Di jalur internasional, Lion Air juga melayani penerbangan ke Singapura, Penang, Kuala Lumpur, Ho Chi Minh, dan Seoul. Mereka juga akan mengembangkan jalur ke Asia Tengah dan Asia Timur, seperti ke Hong Kong dan Tiongkok.

Referensi

Referensi

Jabatan diplomatik
Didahului oleh:
Herman Prayitno
Duta Besar RI untuk Malaysia
2017–sekarang
Petahana


Pranala luar