Mujahidin Indonesia Timur
Mujahidin Indonesia Timur | |
---|---|
المجاهدين في شرق إندونيسيا Almujahidin fi shrq 'Iindunisia | |
Pemimpin | Ali Kalora[1] Santoso † Basri - DT[2] |
Waktu operasi | 2012–sekarang |
Ideologi | |
Bagian dari | Negara Islam Irak dan Syam |
Sekutu | ISIS Abu Sayyaf[8] |
Lawan | Indonesia Amerika Serikat [9] PBB [10] |
Pertempuran dan perang | Terorisme di Indonesia
Target utama Operasi Camar Maleo dan Operasi Tinombala. |
Mujahidin Indonesia Timur (bahasa Arab: المجاهدين في شرق إندونيسيا; bahasa Inggris: Eastern Indonesian Mujahideen; Mujahideen of East Indonesia) disingkat menjadi MIT, adalah sebuah kelompok militan islam yang beroperasi di wilayah pegunungan Kabupaten Poso dan bagian selatan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah di Indonesia. Setelah Santoso meninggal, pemimpin kelompok ini adalah Ali Kalora. Kelompok ini telah menyatakan sumpah setia kepada Negara Islam Irak dan Syam.
MIT secara umum melakukan operasi mereka di daerah Sulawesi Tengah, tetapi mereka juga mengancam untuk menyerang target mereka di seluruh Indonesia.[11] Operasi kelompok ini biasanya menimbulkan korban jiwa, dan mereka juga dilaporkan terlibat dalam bentrokan kelompok Muslim dan Kristen di Maluku pada 1999 hingga 2002.[12]
Pemimpin MIT, Santoso, tewas pada kontak tembak pada 18 Juli 2016.[13]. Pada 14 September 2016, tangan kanan Santoso, Basri, ditangkap bersama istrinya oleh Satgas Operasi Tinombala.[14]
Sejarah
2001-2008: Ideologi Tauhid wal Jihad
Paham yang disebarkan oleh tiga tokoh penganut Tauhid wal Jihad, sebuah ideologi jihad yang muncul di Irak pada 2001, yaitu Abu Muhammad al-Maqdisi, Abu Musab al-Zarqawi, dan Abu Bakr al-Baghdadi masuk ke Indonesia pada 2001.[15] Zarqawi kemudian mendirikan Negara Islam Irak. Orang pertama di Indonesia yang diketahui menyerap dan menyebarkan paham itu adalah Aman Abdurahman.[16] Aman diketahui mampu menerjemahkan lebih dari 50 kitab karangan Abu Muhammad al-Maqdisi.[17]
Pada 2008, Aman terlibat dalam pembentukan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) yang didirikan oleh mantan pemimpin Jamaah Islamiyah, Abu Bakar Ba’asyir. Beberapa orang yang menjadi anggota perkumpulan itu adalah Santoso alias Abu Wardah dan juga Bahrumsyah yang nanti akan membentuk Mujahidin Indonesia Barat (MIB). Empat tahun kemudian, kelompok tersebut masuk daftar Organisasi Teroris Asing oleh pemerintah Amerika Serikat.
2008-2010: Gagasan mendirikan Negara Islam
Gagasan membentuk Negara Islam mulai menguat pada 2009. Kelompok Lintas Tanzim Aceh menjadi penggagasnya. Kelompok ini merupakan aliansi dari berbagai macam kelompok jihad Indonesia seperti JAT, Kelompok Ring Banten, Mujahidin KOMPAK, Tauhid wal Jihad, dan kelompok lainnya. Penggagas utama Lintas Tanzim Aceh adalah Dulmatin, buronan teroris nomor satu di Asia Tenggara saat itu.[18][19]
Dulmatin menghubungi sejumlah tokoh untuk mendukung gagasannya. Amir JAT saat itu, Abu Bakar Ba’asyir, setuju. Ba’asyir sempat meminta bantuan Abu Tholut, pengurus JAT, untuk membantu proyek ini dan bersedia membantu pendanaan proyek ini. Menurut rencana awal, Aceh akan dijadikan qoidah aminah atau daerah basis, setelah itu baru dideklarasikan Negara Islam. Aceh kemudian menjadi basis pelatihan militer. Tapi, proyek ini kandas di tangan pemerintah. Pelatihan militer di daerah Jantho, terendus aparat keamanan. Polisi kemudian memburu para peserta pelatihan sekaligus penanggungjawabnya. Pada 2010, dalam penyerbuan di Pamulang, Tangerang Selatan, aparat keamanan berhasil menembak mati Dulmatin.[20] Puluhan orang yang terlibat ditangkap, termasuk Abu Bakar Ba’asyir yang dianggap mendanai proyek ini.[21]
Menurut catatan mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Ansyaad Mbai, orang-orang yang mengikuti pelatihan militer tercerai-berai pada akhirnya mendirikan sel-sel sendiri, salah satunya adalah di Poso. Pada Oktober 2009, Abu Tholut datang ke Poso untuk bertemu dengan Ustadz Yasin dan Santoso. Abu Tholut kemudian menjelaskan rencana Proyek Uhud, yaitu menjadikan Poso sebagai qoidah aminah Negara Islam. Abu Tholut juga mengusulkan berdirinya JAT Poso, sebagai cikal bakal tanzim jihad Negara Islam di sana. Santoso kemudian di angkat menjadi ketua Asykariy atau sayap militer JAT Cabang Poso, yang diketuai oleh Ustadz Yasin.[22][17]
2010-2012: Pendirian Mujahidin Indonesia Timur
Santoso merealisasikan proyek itu dengan merekrut peserta untuk dilatih secara militer. Pada 2010, Santoso dan rekan-rekannya berhasil mengumpulkan senjata dan menemukan tempat pelatihan militer di Gunung Mauro, Tambarana, Poso Pesisir Utara, serta di daerah Gunung Biru, Tamanjeka, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.[22]
Gerakan MIT mendapatkan dukungan dari kelompok terduga teroris lain yang terhubung dalam jaringan mereka. Seperti kelompok Mujahidin Indonesia Barat (MIB) pimpinan Abu Roban, sebuah sel yang berperan untuk mendapatkan dana/kekayaan melalui perampokan (fa'i) di berbagai daerah di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jakarta.[23]
Pada 2012, Santoso di angkat menjadi Amir, atau pemimpin Mujahidin Indonesia Timur.
2012-2016: Aksi terorisme dan kejahatan sporadis
Kelompok ini mendapat perhatian internasional setelah mereka membunuh dua orang polisi. Pada 16 Oktober 2012, dua orang polisi, Briptu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman; ditemukan tewas di Dusun Tamanjeka, Desa Masani. Mayat keduanya ditemukan setelah dinyatakan hilang sepekan sebelumnya. Keduanya dikubur dalam satu lubang. Polri menyatakan bahwa pelaku dari pembunuhan ini adalah kelompok Santoso.[24]
Pada 20 Desember 2012, tiga anggota Brimob tewas setelah ditembak dari belakang saat patroli di desa Kalora, Poso Pesisir Utara. Mereka bertiga tewas karena luka tembak yang parah, yang pertama Briptu Ruslan, kemudian Briptu Winarto dan Briptu Wayan Putu Ariawan. Mereka mengalami luka tembak di bagian kepala dan dada.[25]
Pada awal tahun 2015, kelompok MIT membunuh tiga warga di Desa Tangkura. Mereka semua tewas dalam kondisi yang mengenaskan, yakni Dolfi Moudi Alipa (22) yang tewas akibat tiga luka tembak pada bagian kepala, dada kiri dan perut. Korban tewas kedua bernama Aditya Tetembu (58), dan korban tewas ketiga yaitu Hery Tobio (55).[26]
2016: Kematian Santoso dan kemunduran
Pada 18 Juli 2016, Satgas Operasi Tinombala telah menembak mati pemimpin MIT Santoso bersama dengan salah satu pengikutnya, Mukhtar.[13] Pada 14 September 2016, Basri, tangan kanan serta orang kepercayaan Santoso, ditangkap bersama istrinya oleh Satgas Operasi Tinombala di desa Tangkura,[14] Pada hari yang sama, Andika Eka Putra tewas[27] dan beberapa hari kemudian, Sobron juga tewas.[28]
Pada tanggal 10 November 2016, Yono Sayur tewas setelah kontak tembak dengan pasukan gabungan.[29]
Identitas
Bendera
MIT mengadaptasi varian bendera jihad berwarna hitam yang digunakan Negara Islam Irak dan Syam, dan sebelum itu juga digunakan oleh Al-Shabaab (sejak kr. 2006) serta menggambarkan frase kedua dari kalimat syahadat untuk menggambarkan lambang Muhammad yang historis.[30]
Logo
Terdapat lingkaran putih yang tidak digambar bulat sempurna dengan 3 baris tulisan Arab berwarna hitam di dalamnya. Tulisan-tulisan tersebut jika dilafalkan berturut-turut dari atas ke bawah adalah "Allah, "Rasul", "Muhammad". Simbol lingkaran berhuruf Arab ini sendiri diambil dari cap stempel yang pernah digunakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam surat-surat resminya. Lingkaran putih merepresentasikan lambang, melingkari tiga kata, الله رسول محمد (Allāh[i] Rasūl[u] Muḥammad[un] "Muhammad adalah utusan (nabi) Allah"). Sebagai catatan, urutan kata ini berbeda dengan bagian kedua dari kalimat syahadat konvensional: Muḥammad[un] Rasūl[u] Allāh[i].
Ketua Jamaah Ansharut Tauhid, Nanang Ainur Rofiq mengatakan bendera yang disebut dengan Al-Liwa atau Ar-Rayah itu hanya sekadar simbol atau status. Menurut Nanang, bendera yang bertuliskan kalimat tauhid itu biasa dibawa ke medan tempur untuk menunjukkan arah pasukan.[31]
Faksi
Perpecahan
Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan menyebut kelompok Santoso tidak solid lagi. Menurutnya, MIT kini terpecah jadi tiga kelompok/faksi.[32]
Juru Bicara Humas Polri Kombes (Pol.) Rikwanto membenarkan isu yang menyebutkan perpecahan kelompok Santoso. Menurut dia, ada beberapa alasan yang menyebabkan kelompok teroris pimpinan Santoso ini terpecah. Satu di antaranya adalah istri Santoso.[33]
"Di antaranya ada istri Santoso yang diperlakukan khusus menurut mereka. Padahal mereka sedang berjuang tapi satu sisi disuruh mengamankan keluarga Santoso. Ini yang tidak diterima mereka." Kombes (Pol.) Rikwanto, Juru Bicara Humas Polri[33]
Rikwanto menjelaskan, informasi ini didapat setelah Tim Satgas Tinombala menangkap dua anak buah Santoso berinisial IN dan IB. Dari informasi yang didapat pihak kepolisian, penyebab lain perpecahan kelompok MIT adalah mulai menipisnya ketersediaan logistik untuk bertahan hidup. Belum lagi, Tim Satgas juga terus mempersempit ruang gerak kelompok MIT.[33]
Awalnya, total DPO berjumlah 21 orang dan terbagi dua kelompok yang beranggotakan lima dan 16 orang.
Faksi Santoso-Basri
Faksi Santoso-Basri Mujahidin Indonesia Timur مجاهدي إندونيسيا تيمور | |
---|---|
Pemimpin | Templat:Country data MIT Santoso † Templat:Country data MIT Basri - DT[2] |
Status | Tidak aktif |
Jumlah anggota | 5 2[34] (18 Juli 2016) 0 (14 September 2016) |
Faksi ini merupakan faksi utama di kelompok Mujahidin Indonesia Timur. Faksi ini terdiri dari lima orang yang cukup memiliki peran penting di dalam MIT. Lima orang itu adalah Santoso, Jamiatun Muslim alias Umi Delima (istri Santoso), Basri, Nurmi Usman alias Oma (istri Basri), dan Mukhtar.[35]
Pada 18 Juli 2016, kontak tembak terjadi di pegunungan sekitar Desa Tambarana, Poso Pesisir Utara, sekitar pukul 17.00 WITA. Dalam baku tembak yang berlangsung sekitar setengah jam itu, dua orang tewas, dan mereka adalah Santoso dan Mukhtar.[36]
Basri yang awalnya diperkirakan tewas (belakangan ternyata Mukhtar), berhasil kabur. Kepala Satuan Tugas Operasi Tinombala Kombes (Pol.) Leo Bona Lubis mengungkapkan, kepastian Santoso tewas diperoleh dari hasil identifikasi fisik luar dan dari keterangan saksi-saksi.[36]
"Saya selaku kepala operasi menyatakan bahwa hasil kontak tembak, salah satu (korban tewas) adalah DPO yang selama ini dicari, yaitu gembong teroris Santoso dan Mukhtar yang masuk dalam daftar pencarian orang." Kombes (Pol.) Leo Bona Lubis, Wakapolda Sulawesi Tengah[36]
Penyerbuan terhadap kelompok Santoso dilakukan sekitar pukul 16.00 WITA oleh anggota satgas bersandi Alfa-29 yang terdiri atas sembilan orang prajurit Yonif Raider 515/Kostrad. Saat melaksanakan patroli di pegunungan Desa Tambarana, mereka menemukan sebuah gubuk dan melihat beberapa orang tidak dikenal sedang mengambil sayur dan ubi untuk menutup jejak.[37]
Mereka juga menemukan jejak di sungai dan terlihat tiga orang di sebelah sungai namun langsung menghilang. Tim satgas ini kemudian berupaya mendekati orang-orang tak dikenal itu dengan senyap. Setelah berada dalam jarak sekitar 30 meter, mereka kemudian terlibat kontak senjata sekitar 30 menit. Setelah dilakukan penyisiran seusai baku tembak, ditemukan dua jenazah dan sepucuk senjata api laras panjang. Sedangkan tiga orang lainnya berhasil kabur.[38]
Dua jenazah, yakni Santoso dan Mukhtar, kemudian dievakuasi pada Selasa pagi ke Polsek Tambarana, Poso Pesisir Utara. Hanya beberapa menit di Polsek Tambarana, jenazah kedua buronan dalam kasus terorisme itu diterbangkan dengan sebuah helikopter menuju Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie Palu.[38]
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengungkapkan, prajurit dari Batalyon Raider 515 Kostrad berangkat sejak 13 hari sebelumnya untuk memburu kelompok Santoso. Mereka membutuhkan waktu tiga hari untuk menempuh jarak sekitar 11 kilometer ke tempat persembunyian Santoso, sementara untuk sampai ke titik penyergapan membutuhkan waktu selama delapan hari. Atas kesuksesan operasi itu, seluruh aparat yang terlibat dalam Satgas Tinombala akan mendapat kenaikan pangkat luar biasa.[37]
Pada 14 September 2016, Basri bersama istrinya ditangkap oleh Satgas Operasi Tinombala, sehingga membuat faksi ini sudah tidak ada lagi atau dibubarkan.[14]
Faksi Ali Kalora
Faksi Ali Kalora Mujahidin Indonesia Timur مجاهدي إندونيسيا تيمور | |
---|---|
Pemimpin | Templat:Country data MIT Ali Kalora[1] |
Status | Aktif |
Jumlah anggota | 16[34] (Juli 2016) 13[39] (Agustus 2016) 11 (September 2016) 10 (Oktober 2016) 9 (November 2016) 7 (Mei 2017) 10 (Desember 2018) 14 (Januari 2019) 15 (Februari 2019) 13 (Maret 2019) |
Faksi ini merupakan faksi pecahan di kelompok Mujahidin Indonesia Timur. Faksi ini terdiri dari 16 orang yang kebanyakan di antara mereka adalah bawahan Santoso. Faksi ini dipimpin Ali Kalora dan istrinya, Tini Susantika alias Umi Farel.[35]
Faksi ini merupakan faksi yang sering terlibat kontak tembak dengan Satgas Operasi Tinombala. Sebelum baku tembak terakhir, sedikitnya ada 10 DPO yang telah berhasil ditangkap atau tewas dalam baku tembak. Mereka adalah Germanto alias Rudi atau Husain, Agus Suryanto Farhan alias Ayun, Udin Malino alias Rambo, Ponda alias Dodo, Bahtusan Magalazi alias Farouk, Sadik Torulmaz alias Abdul Aziz, Thuram Ismali alias Joko, Nuretin Gundogdu alias Abdul Malik (keempatnya dari Uighur), Ahmad Madura, dan Anto alias Tiger atau Yuda.[40]
Pada bulan September hingga November, Andika Eka Putra,[27] Sobron,[28] dan Yono Sayur tewas setelah kontak tembak dengan pasukan gabungan.[29]
Anggota
Menurut Kombes (Pol.) Leo Bona Lubis, sebelumnya kelompok Santoso ini bersama pengikutnya berjumlah 28 Orang. Namun bertambah menjadi 45 orang yang diperkirakan keberadaannya berada di pegunungan dan hutan-hutan yang ada di wilayah Poso Pesisir Bersaudara dan Lore.[41]
- Ali Ahmad alias Ali Kalora (asal Poso)
- Qatar alias Farel alias Anas (asal Bima)
- Muhammad Faisal alias Namnung alias Kobar (asal Poso)
- Abu Alim alias Ambo (asal Bima)
- Nae alias Galuh alias Mukhlas (asal Bima)
- Kholid (asal Poso)
- Taufik Bulaga alias Upik Lawanga (asal Poso)
- Rajif Gandi Sabban alias Rajes (asal Ambon)
- Alvin alias Adam alias Mus'ab alias Alvin Anshori (asal Banten)
- Alqindi Mutaqien alias Muaz (asal Banten)
- Khoirul Amin alias Irul (asal Poso)
- Santoso alias Abu Wardah (asal Poso/Jawa) †
- Sabar Subagyo alias Daeng Koro †
- Basri alias Bagong (asal Poso) - DT
- Jumiatun Muslim (istri Santoso asal Bima) - M
- Nurmi Usman (istri Basri asal Bima) - DT
- Tini Susanti Kaduka (istri Ali Kalora asal Bima) - DT
- Aditya alias Idad alias Kuasa (asal Ambon) - DT
- Basir alias Romzi (asal Bima) †
- Andi Muhammad alias Abdullah alias Abdurrahman Al Makasari (asal Makassar) †
- Jaka Ramadan alias Ikrima alias Rama (asal Banten) †
- Alhaji Kaliki alias Ibrohim (asal Ambon) †
- Firdaus alias Daus alias Barok alias Rangga (asal Bima) †
- Askar alias Jaid alias Pak Guru (asal Bima) †
- Suharyono Hiban alias Yono Sayur †
- Firman alias Ikrima (asal Poso) †
- Sucipto alias Cipto Ubaid (asal Poso) †
- Adji Pandu Suwotomo alias Sobron (asal Jawa) †
- Andika Eka Putra alias Hilal (asal Poso) †
- Yazid alias Taufik (asal Jawa) †
- Mukhtar alias Kahar (asal Palu) †
- Abu Urwah alias Bado alias Osama † (asal Poso)
- Mamat †
- Nanto Bojel †
- Can alias Fajar (asal Bima) †
- Sogir alias Yanto (asal Bima) †
- Herman alias David (asal Bima) †
- Busro alias Dan (asal Bima) †
- Fonda Amar Shalihin alias Dodo (asal Jawa} †
- Hamdra Tamil alias Papa Yusran (asal Poso) †
- Udin alias Rambo (asal Malino) †
- Germanto alias Rudi †
- Anto alias Tiger †
- Agus Suryanto Farhan alias Ayun †
- Ibrahim (asal Uighur) †
- Bahtusan Magalazi alias Farouk (asal Uighur) †
- Nurettin Gundoggdu alias Abd Malik (asal Uighur) †
- Sadik Torulmaz alias Abdul Aziz (asal Uighur) †
- Thuram Ismali alias Joko (asal Uighur) †
- Mustafa Genc alias Mus'ab (asal Uighur) †
- Samil alias Nunung (asal Poso) - DT
- Salman alias Opik (asal Bima) - M
- Jumri alias Tamar (asal Poso) - M
- Ibadurahman (asal Bima) - M
- Syamsul (asal Jawa) - M
- Mochamad Sonhaji (asal Jawa) - M
- Irfan Maulana alias Akil (asal Poso) - M
Keterangan :
Organisasi teroris
MIT telah dinyatakan sebagai kelompok teroris oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa di bawah Komite Sanksi Al-Qaeda pada 29 September 2015.[42]
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat juga telah menyatakan bahwa MIT adalah organisasi teroris.[43] Santoso juga masuk dalam Daftar Teroris Global (SDGT) Amerika Serikat. Sebagai konsekuensi dari pencatatan itu, semua bentuk properti di daerah yurisdiksi AS yang mengatasnamakan Santoso akan diblokir.[44]
Ideologi dan pengaruh
Kumar Ramakrishna menganggap pusat keseimbangan MIT terletak pada kerangka ideologi mereka—serupa dengan Darul Islam. Ia menambahkan bahwa faktor lain keberhasilan MIT dalam menjalankan aksi-aksi mereka adalah lingkungan yang mendukung.[45] Indonesia sebagai negara kepulauan secara tidak langsung mendukung mobilitas kelompok militan untuk bergerak secara leluasa. Kebebasan mendapatkan senjata api turut mempengaruhi fenomena ini, baik yang sudah tersedia di Poso maupun pembelian material bom dan peledak dari pedagang gelap di Makassar dan Surabaya.[45] MIT juga dianggap sebagai kelompok teroris yang berafiliasi dengan banyak gerakan teroris lain di Indonesia. Menurut Fajar Purwawidada, pemerhati masalah terorisme, kini MIT merupakan sentral dan pusat dari gerakan jaringan kelompok teroris di Indonesia. Hampir semua gerakan yang diduga teroris saat ini merupakan jaringan pendukung MIT.[23]
"Selain di Poso, juga tersebar di Jawa, Sumatra, dan Nusa Tenggara Barat. MIT sebagai pengganti kendali perjuangan yang sebelumnya didominasi jaringan Solo." Fajar Purwawidada, pemerhati masalah terorisme[23]
Menurut Kadiv Humas Mabes Polri Brigjen (Pol.) Boy Rafli Amar, tim Operasi Tinombala terus melakukan upaya lokalisir kepada warga di wilayah Poso, Sulawesi Tengah. Langkah ini untuk mengantisipasi menyebarnya pengaruh kelompok MIT di daerah itu.[46]
Pengamat terorisme dari The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya, menyampaikan lima analisis. Pertama, eksistensi perlawanan kelompok teroris itu akan menurun drastis karena Santoso adalah simbol sekaligus simpul perlawanan di belantara hutan Poso selama ini. Kedua, di Indonesia ada tiga tempat seksi untuk gerilya yaitu Sulawesi, Aceh dan Papua. Ketika sosok Santoso tidak ada lagi maka perlawanan teroris di Sulawesi akan memudar, dan peluang terciptanya kedamaian di Poso pun terbuka. Ketiga, tidak ada lagi 'Santoso-Santoso' baru yang muncul karena pilihan pribadi dengan latar belakang dendam atau kreasi dari kelompok tertentu karena visi politiknya ke depan. Keempat, Operasi Tinombala harus segera dihentikan karena target utamanya di Poso telah didapatkan. Terakhir, meninggalnya Santoso menjadi pelajaran bagi Pemerintah Indonesia agar menggunakan pendekatan disengagement of violence atau menjauhkan seseorang dari aksi-aksi kekerasan dan meninggalkan metode enforcement atau penindakan.[47]
Kejahatan dan aksi terorisme
2011
- 25 Mei 2011. Tiga polisi yang berjaga di depan Bank BCA Palu, Jalan Emy Saelan, Palu Selatan, Kota Palu, diberondong kelompok misterius. Akibat penembakan itu, dua polisi yakni Bripda Irbar dan Bripda Yudisthira tewas. Mereka kena tembak di kepala dan dada. Sedangkan Bripda Dedy Anwar luka tembak di kaki. Para korban lalu dibawa ke RS Bhayangkara.[48]
2012
- 29 September 2012. Sebuah bom meledak di di Desa Korowou, Lembo, Kabupaten Morowali. Ledakan yang terjadi sekitar pukul 21.45 WITA tidak menimbulkan korban jiwa atau luka-luka. Insiden itu hanya menyebakan kaca jendela pecah dan beberapa seng atap rumah terlepas dari tempatnya.[49]
- 4 Oktober 2012. Penembakan terjadi di Desa Masani, Poso Pesisir. Akibat penembakan itu, seorang warga desa bernama Hasman Sao (35), terluka di bagian leher.[50]
- 9 Oktober 2012. Sebuah bom meledak di Jalan Tabatoki, Kelurahan Kawua, Poso Kota Selatan sekitar pukul 20.15 WITA. Bom yang diperkirakan berdaya ledak tinggi itu terdengar hingga radius 5 kilometer dan lokasinya dekat dengan Markas TNI Kompi B Yonif 714/Sintuwu Maroso Poso.[51]
- 16 Oktober 2012. Dua polisi, Briptu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman, ditemukan tewas di Dusun Tamanjeka, Desa Masani. Mayat keduanya ditemukan setelah dinyatakan hilang sepekan sebelumnya. Keduanya dikubur dalam satu lubang. Polri menyatakan bahwa pelaku dari pembunuhan ini adalah kelompok Santoso.[24]
- 22 Oktober 2012. Sebuah bom berdaya ledak tinggi meledak sebanyak dua kali di dekat Pos Lantas Poso. Saat itu, seorang Polisi yang hendak melakukan tugas rutin menjaga lalu lintas terkena serpihan bom bersama seorang Satpam Bank BRI.[52]
- 15 November 2012. Rumah dinas Kapolsek Poso Pesisir Utara diberondong tembakan oleh kelompok tak dikenal yang diduga jaringan Santoso. Terjangan peluru sempat melewati kedua kaki Kapolsek Iptu Bastian Faruklabi.[53]
- 20 Desember 2012. Tiga anggota Brimob tewas setelah ditembak dari belakang saat patroli di desa Kalora, Poso Pesisir Utara, dan diduga dilakukan oleh kelompok Santoso. Yang pertama Briptu Ruslan, kemudian Briptu Winarto dan Briptu Wayan Putu Ariawan. Mereka mengalami luka tembak di bagian kepala dan dada.[25]
- 25 Desember 2012. Sebuah bom ditemukan di depan pos Pasar Sentral Poso. Bom itu ditemukan sekitar pukul 07.00 WITA. Tim Jihandak Brimob Polda Sulawesi Tengah dibantu aparat Polres Poso berhasil menjinakkan bom tersebut.[53]
2013
- 14 Mei 2013. Seseorang tak dikenal melemparkan bom molotov ke pojok kantor Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resort Palu, sekitar pukul 20.00 WITA. Kapolres Palu AKBP Trisno Rahmadi mengatakan bahwa tidak ada unsur bahan peledak dalam bom molotov itu.[54]
- 19 Mei 2013. Ancaman bom terhadap Markas Kepolisian Sektor Palu Timur. Benda mencurigakan yang mirip bom dan disimpan dalam kardus tersebut ditemukan di Jalan RE Martadinata, Palu Timur. Benda tersebut diletakkan oleh orang tak dikenal tidak jauh dari Markas Kepolisian Sektor Palu Timur. Tim Penjinak Bom (Jibom) kemudian meledakkan benda yang diduga bom tersebut.[55]
2014
- 25 Februari 2014. Sebuah bom meledak di Desa Pantangolemba Kecamatan Poso Pesisir Selatan. Kapolres Poso, AKBP Susnadi menduga bahwa bom yang meledak di Pantangolemba adalah milik kelompok teror (MIT) di Poso.[56]
- 3 Juni 2014. Seorang warga bernama Muhammad Amir, ditembak saat sedang mengecek air bersih di bak induk penampungan air sekitar 1,5 kilo meter dari perkampungan. Amir mengalami luka tembak di bagian pinggang belakang sebelah kanan hingga tembus ke bagian depan perut.[57]
- 9 Juni 2014. Markas Polsek Poso Pesisir Utara ditembaki oleh orang tak dikenal. Para pelaku memberondong Markas Polsek Poso Pesisir Utara dari arah belakang. Bagian belakang kantor polisi itu adalah hutan yang gelap. Mendengar suara tembakan, sejumlah polisi yang berjaga kemudian membalas tembakan. Aksi saling balas tembakan itu berlangsung terjadi sekitar lima menit. Insiden baku tembak itu melukai Briptu Rivaldi di bagian paha, dan telah mendapatkan perawatan.[58]
- 19 September 2014. Seorang petani bernama M. Fadli (50), tewas dengan keadaan kepala hampir terpenggal di Desa Taunca, Poso Pesisir Selatan. Fadli dibunuh karena dia diyakini merupakan agen Densus 88. Kelompok MIT mengklaim bahwa merekalah yang membunuh Fadli.[59]
- 7 Oktober 2014. Ledakan bom terjadi di depan rumah warga Desa Dewua, Poso Pesisir Selatan. Namun waktu itu Tim Gegana yang dikawal Brimob menuju TKP dihadang kelompok sipil bersenjata di perbukitan Desa Tangkura hingga terjadi baku tembak.[60]
- 10 Desember 2014. Dua warga Desa Sedoa, Lore Utara, bernama Obet Sabola dan pamannya Yunus Penini, menghilang di hutan dan hingga kini belum ditemukan.[61]
- 29 Desember 2014. Kelompok MIT melakukan penculikan terhadap 3 warga Tamadue. Ketiga korban penculikan tersebut adalah Harun Tobimbi, Garataudu, dan Victor Polaba. Garataudu ditemukan tewas, sedangkan Victor Polaba dan Harun berhasil meloloskan diri.[62]
2015
- 17 Januari 2015. Kelompok MIT membunuh tiga warga di Desa Tangkura. Dolfi Moudi Alipa (22) tewas akibat tiga luka tembak pada bagian kepala, dada kiri dan perut. Korban tewas kedua bernama Aditya Tetembu (58), dan korban tewas ketiga yaitu Hery Tobio (55). Prosesi pelepasan jenazah dan pemakaman turut dihadiri Bupati Poso, Piet Inkiriwang.[26]
- 19 Agustus 2015. Iptu Bryan Tatontos tewas ditembak kelompok MIT saat akan mengevakuasi jenazah Bado alias Urwah. Di tengah perjalanan, kelompok teroris menghadang iim evakuasi. Terjadi kontak tembak sekitar 15 menit dan Iptu Brian Tatontos tertembak di rusuk kanannya dan akhirnya meninggal.[63]
- 13 September 2015. Membunuh dan memenggal I Nyoman Astika (60), transmigran asal Buleleng, Bali. Dia tewas usai diserang lima orang tak dikenal (OTK) di kebunnya di pegunungan Baturiti, Sausu, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Pemenggalan itu diduga sebagai aksi balas dendam setelah terjadi kontak tembak dengan Polri.[64]
- 17 September 2015. Membunuh tiga warga Sausu, yang pertama bernama Wayan, warga Dusun Gigit Sari, Desa Balinggi, Balinggi. Mayat kedua ditemukan sehari kemudian di kebun Dusun Buana Sari, Desa Tolai, Torue. Korban diketahui bernama Simon alias Hengky (50), warga Dusun Matanpondo, Tolai Barat, Torue. Simon ditemukan telah meninggal di parit dengan leher tergorok. Mayat ketiga ditemukan di Kilometer 19, Desa Sausu Salubanga, Sausu dengan identitas yang belum diketahui.[65]
- 29 November 2015. Serka Zainuddin, anggota Yonif 712/Raider Manado, tewas saat kontak tembak dengan kelompok MIT. Kontak tembak terjadi dengan anggota TNI Satgas Camar Maleo saat melakukan patroli di Dusun Gayatri, Desa Maranda, Poso Pesisir Utara, di Poso, Sulawesi Tengah.[66]
2016
- 9 Februari 2016. Brigadir Wahyudi Saputra ditembak oleh terduga anggota kelompok Santoso di Desa Sangginora, Poso Pesisir Selatan. Brigadir Wahyudi Saputra tewas saat dilarikan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Poso akibat luka tembak di dagu kiri dan menembus leher belakang.[butuh rujukan]
Referensi
- ^ a b "Polri Sebut Ali Kalora Jadi Pengganti Santoso". CNN Indonesia. Diakses tanggal 2015-07-19.
- ^ a b "Sosok Basri, Tangan Kanan Santoso". Vivanews. Diakses tanggal 2016-07-19.
- ^ "Islamic State". Australian National Security. Australian Government. Diakses tanggal 22 July 2014.
- ^ "The Islamic State". Mapping Militant Organizations. Stanford University. 23 Januari 2015. Diakses tanggal 23 April 2015.
- ^ a b Saltman, Erin Marie; Winter, Charlie (November 2014). Islamic State: The Changing Face of Modern Jihadism (PDF). Quilliam Foundation (Laporan). ISBN 978-1-906603-98-4. Diakses tanggal 23 April 2015.
- ^ a b Crooke, Alastair (5 September 2014). "You Can't Understand ISIS If You Don't Know the History of Wahhabism in Saudi Arabia". The Huffington Post.
- ^ Kirkpatrick, David (24 September 2014). "ISIS Harsh Brand of Islam Is Rooted in Austere Saudi Creed". The New York Times. Diakses tanggal 6 May 2015.
- ^ Miani 2011, p. 74.
- ^ "Designation of Foreign Terrorist Fighters". Diakses tanggal 19 July 2016.
- ^ "UNSC sanctions". Diakses tanggal 19 July 2016.
- ^ "Threat to attack targets across Indonesia". Diakses tanggal 19 July 2016.
- ^ "East Indonesian Islamist Militants Expand Focus". Diakses tanggal 19 July 2016.
- ^ a b "Report on Santoso's death". Diakses tanggal 19 July 2016.
- ^ a b c "Basri Ditangkap, Santoso Tewas, Bagaimana Radikalisme di Poso?". BBC. Diakses tanggal 2016-09-20.
- ^ "Indonesia Backgrounder: Jihad in Central Sulawesi". Diakses tanggal 9 Januari 2006.
- ^ "Tito Minta Aman Abdurrahman Segera Diproses". Diakses tanggal 13 April 2016.
- ^ a b "Peta Gerakan ISIS di Indonesia". Diakses tanggal 2 Februari 2006.
- ^ "Terrorism Knowledge Base, "Mujahidin KOMPAK"". Diakses tanggal 9 Januari 2007.
- ^ "Militer: Mujahidin KOMPAK". Diakses tanggal 9 Januari 2007.
- ^ "Kapolri: Dulmatin Tewas". BBC Indonesia. Diakses tanggal 2010-03-10.
- ^ "Polri Jelaskan Alasan Baasyir Ditangkap". BBC Indonesia. Diakses tanggal 2010-03-10.
- ^ a b "Dendam Jaringan Teroris Santoso Kepada Polisi". Diakses tanggal 17 Januari 2016.
- ^ a b c "Kiblat Radikalisme: Mengapa Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Menjadi Sentral dari Gerakan Jaringan Kelompok Terduga Teroris di Indonesia?". Republika. Diakses tanggal 2016-01-20.
- ^ a b "Tiga Teroris Poso Diduga Bunuh Polisi Tamanjeka". Tempo. Diakses tanggal 2012-10-16.
- ^ a b "Tiga Anggota Brimob Tewas di Poso, Sulawesi Tengah". VOA Indonesia. Diakses tanggal 2012-12-20.
- ^ a b "Tiga Jenazah Korban Kelompok Teroris Santoso Dimakamkan". Sindonews. Diakses tanggal 2015-01-17.
- ^ a b "Santoso's successor Basri arrested, another terror suspect shot dead Poso Raid". Jakarta Globe. Diakses tanggal 30 September 2016.
- ^ a b "Indonesian Militant Suspected to be from ISIS Linked Terror Group in Poso Killed". The Straits Times. Diakses tanggal 30 September 2016.
- ^ a b "Operation Tinombala Takes Down Another Poso Terrorist". The Jakarta Post (dalam bahasa Bahasa Inggris). Diakses tanggal 30 September 2016.
- ^ "Flag of the Islamic Khilafah".
- ^ Prusher, Ilene (9 September 2014). "What the ISIS Flag Says About the Militant Group". Time.
- ^ "Luhut: Kelompok Santoso Terpecah Jadi 3". Metro TV. Diakses tanggal 2016-04-05.
- ^ a b c "Gara-gara Istri Santoso, Kelompok MIT di Poso Terpecah". Liputan 6. Diakses tanggal 2016-04-20.
- ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaanggotajuli
- ^ a b "Sama dengan Santoso, Basri Juga Tinggalkan Istri Pertama dan Kawin Lagi". Detik. Diakses tanggal 2016-04-07.
- ^ a b c "Santoso Tewas, Pasukan Gabungan Buru Basri dan Ali Kalora". Koran Sindo. Diakses tanggal 2016-07-20.
- ^ a b "Santoso Diduga Tewas, Bukti Kerjasama Apik TNI dan Polri". Okezone. Diakses tanggal 2016-07-19.
- ^ a b "Santoso Tewas Tertembak, Begini Kronologinya". Rakyatku. Diakses tanggal 2016-07-20.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaanggotaagustus
- ^ "Santoso Tewas, Ini Daftar Anggota Mujahidin Indonesia Timur yang Ditangkap/Tertembak". Solopos. Diakses tanggal 2016-01-20.
- ^ "Polisi Merilis 17 Nama Baru Teroris Poso". Tempo. Diakses tanggal 2016-01-20.
- ^ "UNSC sanctions". Diakses tanggal 19 July 2016.
- ^ "Designation of Foreign Terrorist Fighters". Diakses tanggal 19 July 2016.
- ^ "Santoso Masuk Daftar Teroris Global Amerika Serikat". DW. Diakses tanggal 2016-03-22.
- ^ a b Ramakrishna 2013, hlm. 2.
- ^ "Polisi Antisipasi Pengaruh Santoso ke Warga Poso". Vivanews. Diakses tanggal 2016-04-21.
- ^ "Pengaruh Jika Santoso Benar Meninggal Bagi Poso". CNN Indonesia. Diakses tanggal 19 Juli 2016.
- ^ "Kronologi Penembakan di BCA Palu". Detik. Diakses tanggal 2011-05-25.
- ^ "Polisi Belum Ketahui Daya Ledak Bom Morowali". Antara. Diakses tanggal 2012-09-29.
- ^ "Lagi, Warga Poso Ditembak Orang Tak Dikenal". Kompas. Diakses tanggal 2012-10-04.
- ^ "Bom Poso Meledak 50 Meter dari Kompi B Yonif 714/SM". Berita Satu. Diakses tanggal 2012-10-09.
- ^ "Kapolres Poso: Bom Meledak Saat Anggota Hendak Bertugas". Vivanews. Diakses tanggal 2012-10-22.
- ^ a b "Natal, Bom Ditemukan di Depan Pasar Sentral Poso". Merdeka. Diakses tanggal 2012-10-22.
- ^ "Kantor Polres Palu Dilempar Bom Molotov Berlampu". Kompas. Diakses tanggal 2013-05-14.
- ^ "Pemulung Temukan Benda Mirip Bom di Dekat Kantor Polisi". Kompas. Diakses tanggal 2013-05-19.
- ^ "Polisi Belum Bisa Pastikan Jenis Bom Pantangolemba". JPNN. Diakses tanggal 2014-02-25.
- ^ "Warga Poso Ditembak OTK". JPNN. Diakses tanggal 2014-06-03.
- ^ "Polisi Belum Ungkap Pelaku Penyerangan Polsek Poso". Antara. Diakses tanggal 2014-06-09.
- ^ "Fadli Dibunuh Karena Dianggap Jadi Informan Densus 88". Tribunnews. Diakses tanggal 2014-09-22.
- ^ "Polisi Olah TKP Ledakan Bom Poso". MetroSulawesi. Diakses tanggal 2014-10-07.
- ^ "Seorang Kades di Napu Menghilang di Hutan". Koran Pedoman. Diakses tanggal 2014-12-10.
- ^ "Kapolda Sulteng: Santoso Otak Penculikan dan Pembunuhan Warga". Merdeka. Diakses tanggal 2014-12-29.
- ^ "Kronologis Tertembaknya Iptu Brian Theophani Tatontos yang Gugur Menjalankan Tugas Negara". Tribrata News. Diakses tanggal 2015-08-19.
- ^ "I Nyoman Astika Tewas Tanpa Kepala Diserang Lima OTK". Tribunnews. Diakses tanggal 2015-09-13.
- ^ "Teroris Santoso Gorok Kepala Tiga Warga". Suara Pembaruan. Diakses tanggal 2015-09-17.
- ^ "Anggota TNI Tewas Tertembak Kelompok Teroris Santoso". Liputan 6. Diakses tanggal 2015-11-29.
Daftar pustaka
- Ramakrishna, Kumar (2013). The East Indonesia Mujahidin commandos: new faces, same ideology. RSIS Commentaries (Laporan). Singapura: Universitas Teknologi Nanyang.
Sumber
- Galamas, Francisco (2015). Terrorism in Indonesia: an Overview (PDF). Documento de Investigación del Instituto Español de Estudios Estratégicos (Laporan). Instituto Español de Estudios Estratégicos.