Lompat ke isi

Kabupaten Aceh Tamiang

Koordinat: 4°14′N 97°58′E / 4.233°N 97.967°E / 4.233; 97.967
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 3 April 2019 08.14 oleh MrKholishUmar (bicara | kontrib) (Fact proofing)

4°14′N 97°58′E / 4.233°N 97.967°E / 4.233; 97.967

Kabupaten Aceh Tamiang
كابوڤاتين اچيه تميانڠ
Daerah tingkat II
Lambang Kabupaten Aceh Tamiang
Motto: 
Kaseh pape setie mati
Peta
Peta
Kabupaten Aceh Tamiang كابوڤاتين اچيه تميانڠ di Sumatra
Kabupaten Aceh Tamiang كابوڤاتين اچيه تميانڠ
Kabupaten Aceh Tamiang
كابوڤاتين اچيه تميانڠ
Peta
Kabupaten Aceh Tamiang كابوڤاتين اچيه تميانڠ di Indonesia
Kabupaten Aceh Tamiang كابوڤاتين اچيه تميانڠ
Kabupaten Aceh Tamiang
كابوڤاتين اچيه تميانڠ
Kabupaten Aceh Tamiang
كابوڤاتين اچيه تميانڠ (Indonesia)
Koordinat: 4°16′30″N 97°52′20″E / 4.2749°N 97.8722°E / 4.2749; 97.8722
Negara Indonesia
ProvinsiAceh
Tanggal berdiri10 April 2002
Dasar hukumUURI Nomor 4 Tahun 2002
Hari jadi-
Ibu kotaKarang Baru
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
Pemerintahan
 • BupatiH. Mursil, S.H., M.Kn.[2]
 • Wakil BupatiTengku Insyafuddin, S.T.
 • Sekretaris DaerahBasyaruddin, S.H.
 • Ketua DPRDFadlon, S.H.
Luas
 • Total1,956,72 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi)
Populasi
 (2017[1])
 • Total287,733 jiwa
Demografi
 • AgamaIslam
 • BahasaTamiang, Aceh
 • IPM67,41 (2016)[2]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
24471-24478
Kode BPS
1114 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0641
Kode Kemendagri11.16 Edit nilai pada Wikidata
APBDRp.1.175.611.272.018,-[3]
PADRp. 141.815.373.710,-[3]
DAURp. 532.641.693.000,-
Semboyan daerah-
Situs webwww.acehtamiangkab.go.id
Kuala Paret, salah satu tujuan wisata alam di Aceh Tamiang

Kabupaten Aceh Tamiang (Melayu Jawi:كابوڤاتين اچيه تميانڠ) adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur dan terletak di perbatasan Aceh-Sumatra Utara.

Kabupaten ini berada di jalur timur Sumatra yang strategis dan hanya berjarak lebih kurang 250 km dari Kota Medan sehingga akses serta harga barang di kawasan ini relatif lebih murah daripada daerah Aceh lainnya. Di samping itu, kawasan ini relatif lebih aman semasa GAM berjaya dahulu. Ketika seruan mogok oleh GAM diberlakukan di seluruh Aceh, hanya kawasan ini khususnya Kota Kuala Simpang yang aktivitas ekonominya tetap berjalan.

Sejarah

Sebelum kemerdekaan

Kerajaan Tamiang pernah mencapai puncak kejayaannya dibawah pimpinan seorang Raja Muda Setia yang memerintah selama tahun 1330 - 1366 M.[2] Pada masa itu kerajaan tersebut dibatasi:

1. Sungai Raya/Selat Malaka di bagian Utara

2. Besitang di bagian Selatan

3. Selat Malaka di bagian Timur

4. Gunung Segama (Gunung Bendahara/Wilhelmina Gebergte) di bagian Barat.

Pada masa kesultanan Aceh, Kerajaan Tamiang telah mendapat cap Sukureung dan hak Tumpang Gantung (Zainuddin, 1961: 136-137) dari Sultan Aceh Darussalam atas wilayah Negeri Karang dan Negeri Kejuruan Muda. Sementara negeri Sultan Muda Seruway, Negeri Sungai Iyu, Negeri Kaloy, dan Negeri Telaga Meuku merupakan wilayah-wilayah yang belum mendapat cap Sukureung. Karena itu negeri-negeri tersebut dijadikan sebagai wilayah pelindung bagi wilayah yang telah mendapat cap Sukureung.[2]

Pada tahun 1908, dengan berlakunya Staatblad No.112 tahun 1878, maka wilayah Tamiang dimasukkan ke dalam Geuverment Aceh en Onderhoorigheden. Maksudnya adalah, Tamiang berada dibawah status hukum Onderafdelling.[2] Dalam Afdeling Oostkust Van Atjeh (Aceh Timur) beberapa wilayah Landschaps berdasarkan Korte Verklaring diakui sebagai Zelfbestuurder, dengan status hukum Onderafdelling Tamiang, termasuk wilayah - wilayah:

1. Landschap Karang

2. Landschap Seruway/Sultan Muda

3. Landschap Kejuruan Muda

4. Landschap Bendahara

5. Landschap Sungai Iyu, dan

6. Gouvermentagebied Vierkantepaal Kualasimpang.

Asal kata "Tamiang"

Nama Tamiang tumbuh dari legenda "Te-Miyang" atau "Da-Miyang" yang berarti tidak kena gatal atau kebal gatal dari miang bambu. Hal tersebut berhubungan dengan cerita sejarah tentang Raja Tamiang yang bernama Pucook Sulooh. Ketika masih bayi, ia ditemukan dalam rumpun bambu betong (istilah Tamiang adalah bulooh) oleh seorang raja berjulukan "Tamiang Pehok". Menginjak dewasa, Pucook Sulooh dinobatkan menjadi Raja Tamiang bergelar "Pucook Sulooh Raja Te-Miyang", yang artinya "seorang raja yang ditemukan di rumpun rebong, tetapi tidak kena gatal atau kebal gatal".[2]

Menurut sumber lain, kata Tamiang berasal dari kata “Da Miang”. Sejarah menunjukkan tentang eksistensi wilayah Tamiang melalui prasasti Sriwijaya. Tak kurang pula sastra tulis Cina karya Wee Pei Shih mencatat pula keberadaan negeri Kan Pei Chiang (Tamiang), atau Tumihang dalam Kitab Negara Kertagama. Daerah ini juga berjuluk Bumi Muda Sedia, sesuai dengan nama Raja Muda Sedia yang memerintah wilayah ini selama 6 tahun (1330-1336). Raja ini mendapatkan cap Sikureung dan hak Tumpang Gantung dari Sultan Aceh atas wilayah Karang dan Kejuruan Muda kala itu.[2] Selengkapnya, data-data tentang Kerajaan Tamiang setidaknya termaktub dalam:

1. Prasasti Sriwijaya yang diterjemahkan oleh Prof. Nilkanta Sastri dalam The Great Tamralingga (capable of) Strong Action in dangerous Battle (Moh. Said, 1961:36).

2. Data kuno Tiongkok (dalam buku Wee Pei Shih) ditata kembali oleh I.V.Mills, 1937, halaman 24, tercatat negeri Kan Pei Chiang (Tamiang) yang berjarak 5 kilometer (35 mil) dari Diamond Point (Posri).

3. Kerajaan Islam Tamiang dalam The Rushinuddin's Geographical Notices (1310 M).

4. Tercatat sebagai "Tumihang" dalam syair 13 buku Nagara kertagama (M.Yamin, 1946: 51).

5. Benda-benda peninggalan budaya yang terdapat pada situs Tamiang (Penemuan T. Yakob, Meer Muhr, serta Sartono, dkk).

Berkaitan dengan data-data tersebut dan ditambah penelitian terhadap penemuan fosil sejarah, maka nama Tamiang dipakai menjadi usulan bagi pemekaran status wilayah Pembantu Bupati Aceh Timur Wilayah-III, yang meliputi wilayah bekas Kewedanaan Tamiang.[2]

Pemerintahan

Daftar Bupati

No Bupati Mulai Jabatan Akhir Jabatan Periode Ket. Wakil Bupati
1 Drs. H.
Abdul Latief
2006 2012 1 H.
Awalluddin
S.H., S.P.N., M.H.
Anwar Ishak
(Penjabat)
2012 2012
2 H.
Hamdan Sati
S.T.[4]
28 Desember 2012 28 Desember 2017 2 Iskandar Zulkarnain
3 H.
Mursil
S.H., M.Kn
29 Desember 2017 29 Desember 2022 3 Teuku Insyafuddin
S.T.
Dr.
Meurah Budiman
S.H., M.H.
(Penjabat)
29 Desember 2022 29 Desember 2023
Asra
(Penjabat)
29 Desember 2023 Petahana


Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Aceh Tamiang dalam dua periode terakhir.[5][6]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024 2024-2029
Gerindra 3 Kenaikan 6 Penurunan 5
PDI-P 3 Penurunan 1 Penurunan 0
Golkar 3 Penurunan 2 Kenaikan 4
NasDem 3 Penurunan 2 Kenaikan 5
PKS 2 Kenaikan 3 Steady 3
PPP 3 Steady 3 Steady 3
PAN 3 Penurunan 2 Kenaikan 3
Hanura 1 Penurunan 0 Steady 0
Demokrat 3 Steady 3 Kenaikan 5
Partai Aceh 6 Penurunan 4 Kenaikan 5
PNA 0 Kenaikan 3 Penurunan 2
PBB 0 Kenaikan 1 Penurunan 0
Jumlah Anggota 30 Steady 30 Steady 30
Jumlah Partai 10 Kenaikan 11 Penurunan 9


Kecamatan

Demografi

Kabupaten Aceh Tamiang merupakan pecahan dari Kabupaten Aceh Timur dan merupakan satu-satunya kawasan di Aceh yang banyak bermukim etnis Melayu (60%). Suku Jawa (20%) membentuk suku kedua terbesar di kabupaten tersebut. Selain kedua etnis tersebut, suku Aceh (15%) juga banyak dijumpai di kabupaten ini. Sementara di daerah hulu terdapat Suku Gayo dan Suku Alas.[7]

Ekonomi

Kabupaten Aceh Tamiang merupakan kawasan kaya minyak dan gas, meski jumlahnya tidak sebesar Kabupaten Aceh Utara, dan kawasan ini juga merupakan salah satu pusat perkebunan kelapa sawit di Aceh. Di samping itu, Aceh Tamiang juga mengandalkan sektor angkutan karena posisinya yang strategis, dan angkutan air merupakan salah satu primadona alternatif karena kabupaten ini dialiri dua sungai besar yakni Sungai Tamiang (yang terpecah menjadi Simpang Kiri dan Simpang Kanan) dan Sungai Kaloy. Kabupaten Aceh Tamiang juga mengandalkan sektor pertanian, industri pengolahan dan perdagangan.

Kabupaten Aceh Tamiang memiliki beberapa tempat wisata yang hingga saat ini perlu penataan yang serius dan dikelola dengan baik. Air Terjun Tujuh Tingkat, Bendungan, Gua Walet, Pantai Seruway adalah beberapa contoh tempat wisata di Aceh Tamiang yang perlu mendapatkan perhatian untuk dapat dikelola menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah.

Tokoh Terkenal

Referensi

Lihat pula

Pranala luar