Lompat ke isi

Antimensi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 16 Mei 2020 08.31 oleh AABot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)
Antimensi Rumania dari Oradea-Mare (Transylvania), 1890.

Antimensi (dari bahasa Yunani Ἀντιμήνσιον, Antimension: "bukan meja"), adalah salah satu benda kudus di altar yang paling penting dalam tradisi liturgi Ortodoks Timur. Benda ini berupa selembar kain persegi panjang dari linen atau sutra, dihiasi dengan Ikon Penurunan Kristus dari Salib, Empat Penginjil, dan tulisan tentang Kesengsaraan Yesus. Sebuah Relikui kecil dari seorang martir disisipkan ke dalam kain tersebut.

Dalam Gereja Ordotoks Timur, merayakan Ekaristi tidak diperbolehkan tanpa adanya antimensi. Benda ini disimpan di tengah Meja Suci (altar) dan hanya akan dibuka pada saat Liturgi Ilahi, sebelum Anafora. Pada akhir Liturgi, Antimensi dilipat tiga secara vertikal dan horizontal, sehingga ketika dibuka lipatan-lipatan tersebut membentuk salib. Antimensi berada di tengah kain lain yang sedikit lebih besar, disebut eileton (bahasa Yunani: Εἰλητόν ; bahasa Slavia: Ilitón ) — mirip dengan kopral Barat, tetapi biasanya berwarna merah — yang dilipat membungkus Antimensi. sebuah bunga karang alami (spons) yang tipis juga disimpan di dalam antimensi, digunakan untuk mengumpulkan remah-remah yang mungkin jatuh di atasnya saat Ekaristi. Ketika antimensi dan eileton terlipat, Kitab Injil diletakkan di atasnya.

Antimensi harus dikuduskan dan ditandai oleh seorang uskup. Antimensi adalah milik uskup, bersama dengan minyak krisma, yang menandai restu dari uskup tersebut agar dapat merayakan Misteri Suci (Sakramen) tanpa kehadirannya. Pada dasarnya, ini bentuk izin dari gereja untuk mengadakan pelayanan kudus; ketika seorang uskup menarik izinnya untuk melayani Misteri, dia akan mengambil kembali antimensi dan krisma. Saat seorang uskup mengunjungi sebuah gereja atau biara dalam yurisdiksinya, ia akan memasuki altar (tempat kudus) dan memeriksa Antimensi dan memastikannya terawat dengan baik.

Di samping uskup, tidak ada satu orang pun boleh menyentuh antimensi, kecuali imam atau diaken. Mereka harus memakai vestimentum ketika menyentuhnya karena benda itu telah dikuduskan — diakon harus berpakaian diakon lengkap, dan imam setidaknya mengenakan epitrakhelion (stola) dan epimanikia.

Seorang uskup memulai konsekrasi Antimensi. Relik-relik diletakkan di atas Antimensi yang belum terkonsekrasi di atas meja suci.

Antimensi juga dapat berfungsi sebagai pengganti altar, karena seorang imam dapat merayakan Ekaristi di atasnya tanpa adanya altar yang dikuduskan. Dalam keadaan darurat, perang maupun saat-saat penganiayaan, penggunaan Antimensi menjadi lebih penting lagi. Dahulu, jika imam merayakan Ekaristi di altar yang dikuduskan, unsur-unsur sakral ditempatkan hanya pada eileton, tetapi dalam praktik saat ini, imam selalu menggunakan Antimensi walaupun altar yang dikuduskan memiliki relikui yang disegel di dalamnya.

Pada Liturgi Ilahi, selama Ektenias (Litani) yang mendahului Perarakan Besar, eileton dibuka sepenuhnya dan antimensi dibuka dua per tiga, sehingga bagian atas masih terlipat. Kemudian, selama Ektenia dari Katekumen, ketika diaken berkata, "Agar Dia (Tuhan) dapat mengungkapkan kepada mereka (katekumen) Injil kebenaran," imam membuka bagian terakhir dari Antimensi, perlambang misteri kematian Kristus dan kebangkitan-Nya. Setelah Perarakan Besar, cawan dan diskos (paten) ditempatkan di Antimensi dan roti dan anggur dikuduskan. Antimensi tetap terbuka sampai semua umat menerima Komuni Suci lalu cawan dan diskos dibawa kembali ke Protesis. Diaken (atau, jika tidak ada, imam) harus dengan hati-hati memeriksa antimensi untuk memastikan tidak ada remah yang tersisa di atasnya, dan kemudian dilipat, eileton juga dilipat, terakhir Kitab Injil diletakkan di atasnya.

Padanan di Gereja Ortodoks Oriental

Sebuah papan kayu, disebut ţablîtho, adalah padanan liturgi dari Antimensi dalam gereja-gereja tradisi Suriah. Namun, Gereja Ortodoks Antiokhia (yang mengikuti praktik ritus bizantium, dan dengan demikian menggunakan Antimensi) atau Gereja Asyur di Timur dan Gereja Katolik Kaldea tidak lagi menggunakannya.

Dalam Gereja Tewahedo Etiopia, <i id="mwSg">tâbot</i> secara fungsional mirip dengan ţablîtho. Namun, kata ini juga digunakan dalam bahasa Ge'ez untuk menyebut Tabut Perjanjian . Tabut secara simbolis diwakili oleh manbara tâbôt ('tahta Tabut'), sebuah peti kecil di atas altar.

Di Gereja Koptik, sebuah papan kayu, disebut maqta' atau al-lawh al-muqaddas, adalah padanan Antimensi dalam penggunaan kontemporer. Biasanya dihiasi dengan salib lambang gereja tersebut.

Tradisi Armenia juga memiliki sejenis antimen, yang disebut sebagai gorbura.

Lihat Pula

Pranala Luar