Lompat ke isi

Kota Lhokseumawe

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 30 Juli 2020 10.44 oleh Corypight (bicara | kontrib) (Menambahkan kode daerah)
Kota Lhokseumawe
كوتا لهوک سيوماوي
Daerah tingkat II
Masjid di Kota Lhokseumawe
Masjid di Kota Lhokseumawe
Lambang Kota Lhokseumawe
Peta
Peta
Kota Lhokseumawe كوتا لهوک سيوماوي di Sumatra
Kota Lhokseumawe كوتا لهوک سيوماوي
Kota Lhokseumawe
كوتا لهوک سيوماوي
Peta
Kota Lhokseumawe كوتا لهوک سيوماوي di Indonesia
Kota Lhokseumawe كوتا لهوک سيوماوي
Kota Lhokseumawe
كوتا لهوک سيوماوي
Kota Lhokseumawe
كوتا لهوک سيوماوي (Indonesia)
Koordinat: 5°10′48″N 97°09′02″E / 5.18°N 97.1506°E / 5.18; 97.1506
Negara Indonesia
ProvinsiAceh
Tanggal berdiri21 Juni 2001
14 Agustus 1986
Dasar hukumUU No.2 Tahun 2001
PP No.32 Tahun 1986
Ibu kota-
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
Pemerintahan
 • BupatiSuaidi Yahya
 • Wakil BupatiYusuf Muhammad
Luas
(2017)[1]
 • Total181,06 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi)
Populasi
 (2017[1])
 • Total190,624 jiwa
Demografi
 • AgamaIslam, Katolik, Protestan, Buddha, Hindu.
 • BahasaIndonesia (Resmi)
Aceh
 • IPM75,78 (2016)[2]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
24315-24375
Kode BPS
1174 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon(+62)645
Pelat kendaraanBL
Kode Kemendagri11.73 Edit nilai pada Wikidata
APBDRp.786.821.025.020,-[3]
PADRp. 66.522.617.843,-[3]
DAURp.459.628.037.000,-
Situs webwww.lhokseumawekota.go.id


Kota Lhokseumawe (ejaan Acèh: Lhôk Seumaw‘èë) adalah sebuah kota di provinsi Aceh, Indonesia.[1][4] Kota ini berada persis di tengah-tengah jalur timur Sumatra. Berada di antara Banda Aceh dan Medan, sehingga kota ini merupakan jalur vital distribusi dan perdagangan di Aceh. Kota Lhokseumawe, Aceh, dengan ketinggian 2-24 meter diatas permukaan laut memiliki luas wilayah 181,06 Km² yang dibagi dalam 4 kecamatan yaitu Kecamatan Blang Mangat dengan luas wilayah 56,12 Km², Kecamatan Muara Dua luas wilayah 57,80 Km², Kecamatan Muara Satu luas wilayah 55,90 Km² dan Kecamatan Banda Sakti luas wilayah 11,24 Km². Keempat kecamatan ini terdiri dari 9 kemukiman dan 68 desa/gampong.

Geografi

Batas Wilayah

berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001, tanggal 21 Juni 2001 Lhokseumawe ditetapkan statusnya menjadi kota dengan batas-batas wilayah:[5]

Utara Selat Malaka
Timur Kecamatan Syamtalira Bayu, Kabupaten Aceh Utara
Selatan Kecamatan Kuta Makmur, Kabupaten Aceh Utara
Barat Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara

Penggunaan lahan terbesar di Kota Lhokseumawe adalah untuk permukiman seluas 10 877 ha atau sekitar 60% dari luas yang ada. Kebutuhan lahan yang menonjol adalah untuk usaha kebun campuran 4.590 ha atau sekitar 25,35%, di samping untuk kebutuhan persawahan seluas 3 747 ha atau sekitar 21%. Untuk kebutuhan perkebunan rakyat telah dimanfaatkan seluas 749 ha atau sekitar 4% dan untuk lain–lainnya.[6]

Sejarah

Secara etimologi Lhokseumawe berasal dari kata Lhok dan Seumawe. Dalam Bahasa Aceh, Lhok dapat berarti dalam, teluk, palung laut, dan Seumawe bermaksud air yang berputar-putar atau pusat mata air pada laut sepanjang lepas pantai Banda Sakti dan sekitarnya. Keberadaan kawasan ini tidak lepas dari kemunculan Kerajaan Samudera Pasai sekitar abad ke-13, kemudian kawasan ini menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh sejak tahun 1524.[7]

Zaman Kolonial

Pemandangan jalan di Lhokseumawe pada masa Hindia Belanda

Sebagian warga masih menyebut Lhokseumawe sebagai Kota Petro Dolar, seiring masa kejayaan Mobil Oil, PT Arun, dan sejumlah proyek vital lainnya di Lhokseumawe. Kawasan ini sudah memainkan perannya sejak kemunculan Kerajaan Samudera Pasai sekitar abad ke-13. Lhokseumawe terus memainkan peran penting saat menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh sejak tahun 1524, masa kolonial dan perang kemerdekaan.

Peran penting Kota Lhokseumawe dalam sejarah Aceh bisa terlihat dari banyaknya situs bersejarah (dari abad 11 M-20 M) di seantero kota yang membawahi lima kecamatan ini. Di antaranya, tiang gantung atau tempat Teuku Chik Di Tunong dieksekusi, Benteng Tentara Jepang, Makam Teungku Lhokseumawe, Makan Tgk Chik Ditunong.

Meriam Belanda, Tugu Perlawanan Tentara Indonesia melawan Tentara Belanda, Makam Putro Neng, Makam Tgk Syiah Hudam. Gua Ibrahim Tapa, Cot Bukulah, Gua Jepang, Makam Tgk Chik Di Paloh, Makam Tgk Jrat Meuindram, Makam Tgk Chik Buket Bruek Krueng, Rumah Adat Ule Balang, Tugu TKR melawan tentara Jepang, Tugu Syahid Tgk Abdul Jalil Cot Plieng dan makam prajuritnya, Mon Tujoh, Makam Mualim Taufiq Shaleh, Makam Tgk Batee Meutarah, dan kawasan sumur Tgk di Mon Lhok.

Sayangnya, belum banyak upaya untuk melestarikan situs-situs bersejarah ini. Padahal, jika dikelola secara profesional dan dikemas secara menarik, semua situs bersejarah ini dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Kota Lhokseumawe. Sejumlah rujukan juga mengarahkan bahwa sektor wisata (sejarah) akan memberikan pendapatan dalam jangka panjang, dibandingkan dengan ekploitasi hasil alam. Hanya perlu kemauan dan inovasi bagi kita untuk mengelola warisan orang terdahulu.

Sebelum abad ke-20, negeri ini telah diperintah oleh Uleebalang Kutablang. Tahun 1903, setelah perlawanan pejuang Aceh terhadap penjajah Belanda melemah, Aceh mulai dikuasai dan dijajah Belanda. Lhokseumawe menjadi daerah taklukan dan mulai saat itu status Lhokseumawe menjadi Bestuur Van Lhokseumawe dengan Zelf Bestuurder adalah Teuku Abdul Lhokseumawe yang tunduk di bawah Aspiran Controeleur. Di Lhokseumawe, berkedudukan juga Wedana serta Asisten Residen atau Bupati.

Pada dasawarsa kedua abad ke-20 itu, di antara seluruh daratan Aceh, Kota Lhokseumawe sebagai salah satu pulau kecil dengan luas sekitar 11 km² yang dipisahkan dengan Sungai Krueng Cunda diisi bangunan-bangunan Pemerintah Umum, Militer, dan Perhubungan Kereta Api oleh Pemerintah Belanda. Pulau kecil dengan desa-desa (Gampong) Kampung Keude Aceh, Kampung Jawa, Kampung Kutablang, Kampung Mon Geudong, Kampung Teumpok Teungoh, Kampung Hagu, Kampung Uteuen Bayi, dan Kampung Ujong Blang yang keseluruhannya baru berpenduduk 5.500 jiwa secara jamak di sebut Lhokseumawe. Bangunan demi bangunan mengisi daratan ini sampai terwujud embrio kota yang memiliki pelabuhan, pasar, stasiun kereta api dan kantor-kantor lembaga pemerintahan.[8]

Masa Kemerdekaan

Sejak Proklamasi Kemerdekaan, Pemerintahan Negara Republik Indonesia belum terbentuk sistemik sampai kecamatan ini. Pada mulanya Lhokseumawe digabung dengan Bestuurder Van Cunda. Penduduk didaratan ini makin ramai berdatangan dari daerah sekitarnya seperti Buloh Blang Ara, Matangkuli, Blang Jruen, Lhoksukon, Nisam, cunda serta Pidie.

Pada tahun 1956, dengan Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956, terbentuk daerah-daerah otonom kabupaten-kabupaten dalam lingkup daerah Provinsi Sumatra Utara, di mana salah satu kabupaten diantaranya adalah Aceh Utara dengan ibu kotanya Lhokseumawe.

Pada tahun 1964, dengan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Aceh Nomor 34/G.A/1964 tanggal 30 November 1964, ditetapkan bahwa kemukiman Banda Sakti dalam Kecamatan Muara Dua, dijadikan Kecamatan tersendiri dengan nama Kecamatan Banda Sakti.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, status Lhokseumawe berpeluang ditingkatkan menjadi Kota Administratif. Pada tanggal 14 Agustus 1986, dengan Peraturan Daerah Nomor 32 Tahun 1986 Pembentukan Kota Administratif Lhokseumawe ditandatangani oleh Presiden Soeharto, dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Soeparjo Roestam pada tanggal 31 Agustus 1987. Dengan adanya hal tersebut maka secara de jure dan de facto Lhokseumawe telah menjadi Kota Administratif dengan luas wilayah 253,87 km² yang meliputi 101 desa dan 6 kelurahan yang tersebar di lima kecamatan yaitu: Kecamatan Banda Sakti, Kecamatan Muara Dua, Kecamatan Dewantara, Kecamatan Muara Batu, dan Kecamatan Blang Mangat.

Sejak Tahun 1988 gagasan peningkatan status Kotif Lhokseumawe menjadi Kotamadya mulai diupayakan sehingga kemudian lahir UU Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Lhokseumawe tanggal 21 Juni 2001 yang ditandatangani Presiden RI Abdurrahman Wahid, yang wilayahnya mencakup tiga kecamatan, yaitu: Kecamatan Banda Sakti, Kecamatan Muara Dua, dan Kecamatan Blang Mangat.

Pada tahun 2006, kecamatan Mura Dua mengalami pemekaran menjadi Kecamatan Muara Dua dan Muara Satu sehingga jumlah kecamatan di Kota Lhokseumawe menjadi empat kecamatan.[9]

Pemerintahan

Daftar Wali kota

No. Wali Kota Awal menjabat Akhir menjabat Prd. Ket. Wakil Wali Kota
Drs. Rachmatsyah, M.M. 2 November 2001 28 Agustus 2004 Pj.
Drs. H. Marzuki Amin, M.M. 28 Agustus 2004 29 Maret 2006 Pj.
Drs. Rachmatsyah, M.M. 29 Maret 2006 5 Maret 2007 Pj.
1 Munir Usman 5 Maret 2007 5 Maret 2012 1 [10] Suaidi Yahya
Drs. H. Arifin Abdullah 8 Maret 2012 5 Juli 2012 Pj.
2 Tengku Suaidi Yahya 5 Juli 2012 5 Juli 2017 2 Nazaruddin
2017 15 Juli 2022 3 [11] Yusuf Muhammad
Dr. Drs. Imran, M.Si, MA. 15 Juli 2022 19 Desember 2023 Pj.
A Hanan, SP., MM 22 Desember 2023 Masih Menjabat Pj.


Dewan Perwakilan

DPRK Lhokseumawe memiliki 25 orang anggota yang dipilih secara langsung dalam pemilihan umum legislatif lima tahun sekali. Anggota DPRK Lhokseumawe yang saat ini menjabat adalah hasil Pemilu 2019 yang menjabat untuk periode 2019-2024 sejak 10 September 2019.[12] DPRK Lhokseumawe dipimpin oleh satu ketua dan dua wakil ketua yang berasal dari partai politik pemilik kursi dan suara terbanyak. Pimpinan DPRK Lhokseumawe periode 2019-2024 dijabat oleh Ismail A. Manaf dari Partai Aceh sebagai Ketua, Irwan Yusuf dari Partai Gerakan Indonesia Raya sebagai Wakil Ketua I, dan Teuku Sofianus dari Partai Demokrat sebagai Wakil Ketua II.[13] Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Lhokseumawe dalam tiga periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014–2019[14] 2019–2024[15] 2024–2029
PKB 1 Steady 1 Kenaikan 2
Gerindra 2 Kenaikan 5 Penurunan 2
Golkar 1 Kenaikan 2 Kenaikan 4
NasDem 2 Steady 2 Kenaikan 5
PKS 2 Steady 2 Kenaikan 3
Hanura 1 Penurunan 0 Steady 0
PAN 3 Penurunan 2 Penurunan 1
Demokrat 3 Steady 3 Penurunan 0
PPP 0 Steady 0 Kenaikan 1
PNA 0 Kenaikan 1 Kenaikan 2
Partai Aceh 10 Penurunan 7 Penurunan 5
Jumlah Anggota 25 Steady 25 Steady 25
Jumlah Partai 9 Steady 9 Steady 9

Kecamatan

Kota Lhokseumawe memiliki 4 kecamatan dan 68 gampong dengan kode pos 24315-24375 (dari total 243 kecamatan dan 5827 gampong di seluruh Aceh). Per tahun 2010 jumlah penduduk di wilayah ini adalah 171.163 (dari penduduk seluruh provinsi Aceh yang berjumlah 4.486.570) yang terdiri atas 85.436 pria dan 85.727 wanita (rasio 99,66). Dengan luas daerah 15.344 ha (dibanding luas seluruh provinsi Aceh 5.677.081 ha), tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini adalah 668 jiwa/km² (dibanding kepadatan provinsi 78 jiwa/km²). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya sebesar 190.624 jiwa dengan luas wilayahnya 181,06 km² dan sebaran penduduk 1052 jiwa/km².[1][4]

Daftar kecamatan dan gampong di Kota Lhokseumawe, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Gampong
Daftar
Gampong
11.73.02 Banda Sakti 18
11.73.03 Blang Mangat 22
11.73.01 Muara Dua 17
11.73.04 Muara Satu 11
TOTAL 68
Kecamatan Luas Jumlah Desa/Kelurahan
Banda Sakti 11,24 km² 18
Blang Mangat 56,12 km² 22
Muara Dua 57,80 km² 17
Muara Satu 55,90 km² 11

Kesehatan

Sarana kesehatan yang tersedia di Kota Lhokseumawe terdiri dari:

  • Catatan: Tidak termasuk Perusahaan Swasta, Hanya Data sarana/prasarana Pemerintah dan pegawai pemerintah[16][17]
Sarana Kesehatan Jumlah Satuan
Puskesmas 6 Unit
Puskesmas pembantu 12 Unit
Puskesmas keliling 5 Unit
Polindes 32 Unit
Praktik Dokter 85 Unit
Praktik Dokter Gigi 9 Unit
Toko obat 77 Unit

Jumlah tenaga kesehatan yang tersedia adalah:

Tenaga Kesehatan Jumlah Satuan
Dokter 60 Orang
Dokter Gigi 5 Orang
Tenaga Medis 399 Orang
Perawat 194 Orang
Bidan 151 Orang
Tenaga Farmasi 9 Orang
Ahli Gizi 4 Orang
Ahli Sanitasi 7 Orang

Sosial

Pendidikan

Jumlah sarana pendidikan umum yang ada di Kota Lhokseumawe sampai dengan tahun 2007, terdiri dari Taman Kanak – kanak 25 unit (swasta 24 unit), Sekolah Dasar sebanyak 59 unit, SLTP 15 unit serta SMU/SMK sebanyak 13 unit, Akademi/Perguruan Tinggi 10 unit.

Sarana pendidikan agama yang ada 8 unit Madrasah Ibtidaiyah (5 negeri dan 3 swasta), 6 unit Madrasah Aliyah (1 negeri dan 5 swasta). Di Kota Lhokseumawe memiliki 26 unit Pondok Pasantren dan 189 unit Balai Pengajian.[18]

Sarana Ibadah

Sedangkan sarana peribadatan yang dimiliki Kota Lhokseumawe adalah [16]:

Fasilitas Ibadah Total Unit
Masjid 118 Unit
Mushala 76 Unit
Gereja 1 Unit
Biara 1 Unit

Perekonomian

Perekonomian Kota Lhokseumawe mengarah pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sektor ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tingkat permintaan penginapan di Kota Lhokseumawe juga terbilang tinggi, karena Kota Lhokseumawe merupakan Kota transit antara Medan dan Banda Aceh. Selain itu, karyawan negeri dan swasta yang bekerja di Kota Lhokseumawe sering mencari penginapan ketika dalam masa penugasan, mengingat karyawan-karyawan tersebut berasal dari luar Kota Lhokseumawe.

Berdasarkan hasil penelitian Geologi Departemen Pertambangan dalam wilayah kawasan Kota Lhokseumawe terdapat bahan galian Golongan C berupa batu kapur, tanah timbun dan pasir/kerikil. Di samping itu terdapat juga sumber daya alam berupa gas alam yang pengolahannya dilakukan oleh PT. Arun NGL Co. Sumber daya alam tersebut sudah dieksplorasi sejak tahun 1975 oleh Mobil Oil Indonesia Inc (sekarang ExxonMobil) di Kabupaten Aceh Utara yang selanjutnya dilakukan pengolahan untuk diekspor ke luar negeri, hasil pengolahan gas berupa condensat juga dimanfaatkan oleh Pabrik Aromatix yang dibangun tahun 1998 dan perusahan–perusahaan besar lainnya seperti pabrik pupuk.

PT. Kertas Kraft Aceh(PT.KKA), PT. Pupuk Iskandar Muda, PT. Asean Aceh Fertilizer dan EXXON Mobil - Arun berada di sekitar kota ini. Dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dari pabrik-pabrik besar yang dimiliki kota Lhokseumawe, namun tak juga mampu mengangkat derajat kehidupan sebagian besar penduduk asli Lhokseumawe dari bawah garis kemiskinan.[19]

Pariwisata

Beberapa objek wisata yang dinilai sangat menunjang kemampuan Sektor Pariwisata ke depan antara lain:

Kesemua objek ini dapat menjadi aset bagi dunia Pariwisata Kota Lhokseumawe jika ditata dan dikembangkan dengan lebih menarik.

Media

Radio

Kota Lhokseumawe memiliki beberapa stasiun radio yaitu:

Nama Frekuensi Signal Stasiun
RRI Pro-1, 89,3-MHz FM
CITIS FM 94.4-MHz
RRI Pro-3, 95,2-MHz
Radio SaPa FM 96.0-MHz
RRI Pro-2, 101.9-MHz
Bujang Salim FM 101,5-MHz
Vina Vira FM - 101,1-MHz
Istiqomah Arun FM - 102,7-MHz
Adyemaja FM - 103,5-MHz
Radio Rimba Pase FM - 106.6-MHz
Radio Gisa FM - 107,7-MHz

Televisi

Kota Lhoksumawe juga memiliki 18-buah stasiun televisi (17 siaran nasional dan 1 siaran lokal) yaitu:

Stasiun Televisi Frekuensi Jaringan Status
Nasional (8 saluran analog/10 saluran digital)
TVRI Nasional 30 UHF (analog)
25 UHF (digital DVB-T2)
TVRI Nasional
RCTI 24 UHF (analog) Media Nusantara Citra
MNCTV 28 UHF (analog)
GTV 56 UHF (analog)
iNews 50 UHF (analog)
MetroTV 52 UHF (analog)
41 UHF (digital DVB-T2)
Media Group
Trans TV 37 UHF (digital DVB-T2) Trans Media
Trans7
Kompas TV 36 UHF (analog)
35 UHF (digital DVB-T2)
Kompas Gramedia
tvOne 42 UHF (analog)
35 UHF (digital DVB-T2)
Visi Media Asia
ANTV 35 UHF (digital DVB-T2)
Lokal (6 saluran digital)
Lhokseumawe TV 35 UHF (digital DVB-T2) Pemerintah Kota Lhokseumawe Lokal
AtallaTV 43 UHF (digital DVB-T2) Rimba Pase Media
Atalla24TV
Vina Vira TV 41 UHF (digital DVB-T2) Vina Vira Media
Istiqomah Arun TV 35 UHF (digital DVB-T2) Masjid Istiqomah Arun Lhokseumawe
Adyemaja TV 35 UHF (digital DVB-T2) Maryam Media Lhokseumawe

Transportasi

Objek perhubungan yang menunjang sektor perekonomian antara lain:

  • Darat:
  1. Terminal Mobil Bongkar Muat Kandang
  2. Terminal Mobil Penumpang Keude Aceh
  3. Terminal Terpadu Lhokseumawe
  4. Trans Lhokseumawe (direncanakan 2021)

Referensi

  1. ^ a b c d e f "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Désémber 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Permendagri-137-2017" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  2. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2016". Diakses tanggal 2018-07-06. 
  3. ^ a b "APBD 2018 ringkasan update 04 Mei 2018". 2018-05-04. Diakses tanggal 2018-07-06. 
  4. ^ a b "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  5. ^ RI, Setjen DPR. "J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat". www.dpr.go.id. Diakses tanggal 2019-10-24. 
  6. ^ "UU No. 2 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Lhokseumawe [JDIH BPK RI]". peraturan.bpk.go.id. Diakses tanggal 2019-10-24. 
  7. ^ portalsatu.com (2015-08-22). "Tinggalan Sejarah Lhokseumawe; Nisan Ahli Pelayaran Hingga Segel Tengku Maharaja". portalsatu.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-10-24. 
  8. ^ "Lhokseumawe, Kota Penuh Jejak Sejarah". Serambi Indonesia. Diakses tanggal 2019-10-24. 
  9. ^ ".:: Pemerintah Kota Lhokseumawe ::". www.lhokseumawekota.go.id. Diakses tanggal 2019-10-24. 
  10. ^ "Siapa Calon Kuat Penjabat Walikota Lhokseumawe? | acehnetwork.com". acehnetwork.com. Diakses tanggal 2018-11-27. [pranala nonaktif permanen]
  11. ^ "Suaidi-Yusuf Sah jadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Lhokseumawe". GoAceh. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-11-27. Diakses tanggal 2018-11-27. 
  12. ^ Sarina (10-09-2019). "25 Anggota DPRK Lhokseumawe Dilantik, Ini Nama-namanya 25 Anggota DPRK Lhokseumawe Dilantik, Ini Nama-namanya". AJNN. Diakses tanggal 19-07-2020. 
  13. ^ "Ismail A Manaf Resmi Dilantik Jadi Ketua DPRK Lhokseumawe". AJNN. 10-10-2019. Diakses tanggal 19-07-2020. 
  14. ^ Perolehan Kursi DPRK Lhokseumawe 2014-2019
  15. ^ Perolehan Kursi DPRK Lhokseumawe 2019-2024
  16. ^ a b Lhokseumawe Dalam Angka 2013
  17. ^ Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2017
  18. ^ halim. "LHOKSEUMAWE DALAM KEPOMPONG LITERASI MENUJU KOTA PENDIDIKAN | Ikatan Guru Indonesia". Diakses tanggal 2019-10-24. 
  19. ^ "KEK Lhokseumawe Diharapkan Jadi Pusat Ekonomi Bagian Barat". Republika Online. 2018-12-15. Diakses tanggal 2019-10-24. 

Lihat pula

Pranala luar