Candi Sambisari
Candi Sambisari | |
---|---|
ꦕꦤ꧀ꦝꦶꦱꦩ꧀ꦧꦶꦱꦫꦶ Candhi Sambisari | |
Lokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta | |
Informasi umum | |
Jenis | Candi |
Lokasi | Jl. Candi Sambisari, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta |
Negara | Indonesia |
Perkiraan rampung | Abad ke-9 |
Klien | Kerajaan Medang Wangsa Sanjaya |
Candi Sambisari (bahasa Jawa: ꦕꦤ꧀ꦝꦶꦱꦩ꧀ꦧꦶꦱꦫꦶ, translit. Candhi Sambisari) adalah candi Hindu (Siwa) yang berada di Purwomartani, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Posisinya kira-kira 12 km di sebelah timur kota Yogyakarta ke arah kota Solo atau kira-kira 4 km sebelah barat kompleks Candi Prambanan. Candi ini diperkirakan dibangun pada dekade awal abad ke-9 pada masa pemerintahan Raja Rakai Garung yang berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno dari Wangsa Syailendra[1]. Perkiraan ini didasarkan pada gaya tulisan lempengan emas yang terbaca "om shiva shtana" yang ditemukan 1977 di kompleks candi ini, serta informasi dari prasasti Wanua Tengah III yang menyebutkan bahwa Rakai Garung memerintah Medang pada awal abad ke-9[2].
Penemuan
Candi ini ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1966 oleh seorang petani di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani. Setelah diperiksa oleh Balai Arkeologi Yogyakarta, diputuskan bahwa temuan ini berupa kompleks percandian. Pemugaran dilakukan setelahnya dan selesai pada tahun 1986. Nama dusun ini kemudian diabadikan menjadi nama candi tersebut.
Posisi dasar Candi Sambisari terletak 6,5 meter di bawah permukaan tanah ketika ditemukan, kemungkinan besar karena tertimbun lahar dari Gunung Merapi yang meletus dan menimbulkan bencana dahsyat pada awal abad ke-11 (kemungkinan tahun 1006). Hal ini terlihat dari banyaknya batu material vulkanik di sekitar candi.
Pemugaran Candi Sambisari selesai pada tahun 1986, dan sejak saat itu Candi Sambisari menjadi salah satu objek wisata budaya di Yogyakarta[3].
Bangunan
Kompleks candi dikelilingi oleh dua lapis pagar batu. Pagar luar berdimensi 50 m x 48 m, berupa pagar batu rendah. Lapisan pagar dalam terbuat dari batu berketinggian 2 meter dengan tebal 50 cm[1]. Di dalam pagar berdiri candi utama didampingi oleh tiga candi perwara (pendamping).
Bangunan utama dikelilingi langkan tinggi, 1,2 m, sehingga tubuh candi hanya tampak bagian atasnya dari luar dinding. Tangga masuk berada di sisi barat, dan sehingga candi menghadap ke barat. Arah hadap ini sama dengan Candi Ijo, tetapi berkebalikan dengan Candi Prambanan atau, yang serupa dengannya, Candi Kedulan. Tinggi candi utama sampai ke puncaknya mencapai 7,5 m dari dasar. Tubuh candi berdiri di atas batur yang berdenah dasar bujur sangkar seluas 13,65 m persegi dengan tinggi sekitar 2 m. Tubuh candi juga berdenah dasar bujur sangkar dengan luas 5 m2. Pada bagian luar dinding bangunan utama terdapat relung pada setiap sisinya. Sisi barat memiliki pintu masuk ke dalam candi, dan di sisi kiri kanannya terdapat relung berisi yang berisi patung dewa penjaga pintu: Mahakala dan Nandiswara. Relung sisi utara ditempati patung Durga Mahisasuramardini, sisi timur ditempati patung Ganesha, dan sisi selatan ditempati patung Agastya (Syiwa Mahadewa). Di dalam candi utama terdapat lingga dan yoni dengan ukuran cukup besar.
Pada saat penggalian ditemukan berbagai benda lainnya di antaranya adalah beberapa tembikar, perhiasan, cermin logam, serta prasasti (Prasasti Lempeng Emas Sambisari).
Galeri
-
Bangunan utama Candi Sambisari.
-
Patung Ganesha pada bagian timur.
-
Patung Durgha pada bagian utara.
-
Patung Agastya pada bagian selatan.
-
Yoni pada bagian dalam kuil utama.
-
Musim kemarau di Candi Sambisari, Oktober 2015.
-
Oktober 2019.
-
Oktober 2019.
Rujukan
- ^ a b Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (2014). "Candi Sambisari". Kepustakaan Candi. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Diakses tanggal 9 September 2020.
- ^ Raditya, Iswara N (31 Januari 2019). "Sejarah Candi Sambisari: Pernah Terkubur Letusan Gunung Merapi". tirto.id. Diakses tanggal 9 September 2020.
- ^ Satmaka, Gilang (13 Juli 2017). "Awal Mula Candi Sambisari Ditemukan, Kemegahan yang Sempat Terpendam Tanah". TribunJogja.com. Diakses tanggal 09 September 2020.