Lompat ke isi

Restorasionisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 21 Mei 2021 08.36 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Rescuing 3 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.8)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Untuk penggunaan lainnya, lihat Dispensasionalisme, Gerakan Restorasi, dan Restorasi

Restorasionisme merujuk kepada sejumlah gerakan keagamaan yang tidak terafiliasi yang mengajarkan bahwa Gereja-gereja Katolik, Ortodoks dan Protestan memasukkan ajaran-ajaran yang menyimpang ke dalam agama Kristen . (Lihat Kemurtadan Besar. Banyak denominasi restorasionis percaya bahwa mereka telah memulihkan (merestorasikan) Kekristenan ke dalam bentuknya yang asli dan otentik, meskipun sebagian lagi percaya bahwa mereka masih mencari-cari bentuk yang asli itu. Sikap terhadap keberhasilan upa restorasi ini dalam denominasi-denominasi ini tidak seragam. Istilah ini digunakan khususnya untuk gerakan-gerakan yang mucul di bagian timur Amerika Serikat dan Kanada pada awal dan pertengahan abad ke-19 pada permulaan Kebangunan Besar Kedua.

Keyakinan-keyakinan Restorasionis kadang-kadang dirujuk sebagai primitivisme Kristen (berusaha mencari Kekristenan yang murni, atau asli) yang menggambarkan motif dari sejumlah gerakan untuk kembali kepada struktur, etika atau pengalaman dari Kekristenan perdana. Kelompok-kelompok seperti itu termasuk Baptis, Quaker dan Anabaptis. Istilah baru ini digunakan khususnya untuk Gerakan Restorasi, dan kemudian dipergunakan pula untuk kelompok-kelompok sezaman lainnya yang didasari oleh motivasi yang sama tetapi dengan dasar yang sama sekali berbeda. Nama Restorasi juga digunakan untuk merujuk kepada gerakan Orang-orang Suci dari Zaman Akhir, yang dimulai oleh Joseph Smith dan penerbitan Kitab Mormon . Kelompok ini lebih sering disebut Mormonisme. Kedua gerakan ini mempunyai sejarah yang agak bertumpang tindih. Kelompok-kelompok lainnya juga disebut "restorasionis" karena tujuan mereka serupa yaitu mendirikan kembali Kekristenan dalam bentuknya yang asli, seperti pada sejumlah kelompok "Restorasionis" anti-denominasional yang muncul pada tahun 1970-an, di Britania[1][2] dan lain-lainnya.

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Menjelang abad ke-19, kebangunan kembali Calvinis dan Wesleyan, yang disebut Kebangunan Besar, telah menyebabkan berdirinya gereja-gereja Kongregasionalis, Presbyterian, Baptis, dan Methodis yang baru yang bersaingan memperebutkan pengaruhnya dalam masyarakat di Amerika yang baru. Namun, ketika “kebangunan agama” ini mereda, terjadilah kemunduran dari perolehan-perolehan sosial yang telah dialami oleh gereja-gereja Injili. Lebih jauh, kebangunan itu telah memperkuat pandangan di sejumlah kalangan bahwa agama-agama Injili melemah dan terpecah-pecah dan bahwa kesetiaan kepada kredo-kredo dan doktrin-doktrin tradisional telah menjadi penghalang bagi keselamatan dan keesaan di antara orang Kristen.

Kebangunan Besar Kedua juga berhasil masuk ke daerah-daerah yang baru dibuka, didorong oleh kerinduan yang kuat untuk memberikan tempat yang penting kepada Allah dalam kehidupan bangsa yang baru ini, sebuah sikap liberal baru terhadap penafsiran-penafsiran segar Alkitab, serta semangat spiritualitas yang otentik, yang segera menyebar. Bersamaan dengan menyebarnya kebangunan-kebangunan ini, banyak orang yang bergabung ke dalam sekte-sekte Protesttan pada masa itu. Namun, kebangunan-kebangunan ini pada akhirnya bergerak bebas melintasi garis-garis denominasional, dengan hasil-hasil yang praktis identik, dan bahkan menghancurkan kesetiaan-kesetiaan yang membuat para anggota denominasi-denomiasi ini tetap setia kepada denominasinya masing-masing. Akibatnya, kebangunan-kebangunan ini disertai oleh ketidakpuasan yang kian berkembang terhadap gereja-gereja Injili dan khususnya dengan doktrin Calvinisme, yang secara nominal diterima di kebanyakan gereja Injili pada saat itu.

Protes terhadap Protestanisme

[sunting | sunting sumber]

Kaum Restorasionis merasa tidak puas hanya dengan kerja sama antar-denominasi. Para pemimpin dari gerakan-gerakan ini tidak percaya bahwa Allah hanya berniat untuk mengemukkan lembaga-lembaga lama, dan melestarikan perpecahan-perpecahan lama, dengan kebangunan-kebangunan. Mereka menganggap kebangunan keagamaan yang baru sebagai fajar, atau setidak-tidaknya pembawa, zaman yang baru. Kaum Restorasionis berusaha mendirikan kembali atau memperbarui seluruh gereja Kristen berdasarkan pola yang mereka anggap ditetapkan dalam Perjanjian Baru. Mereka tidak menganggap penting kredo-kredo yang berkembang di sepanjang masa dalam Gereja Katolikis dan Protestani, yang mereka anggap telah mempertahankan Kekristenan tetap terpecah-belah. Sebagian lagi bahkan mengklaim bahwa Alkitab telah dipalsukan pada zaman dulu, sehingga membutuhkan koreksi.

Reformasi Protestan yang terjadi melalui suatu dorongan restorasionis untuk memperbaiki Gereja dan mengembalikannya kepada struktur, keyakinan, dan praktik alkitabiahnya yang semula.[3] Tetapi gerakan-gerakan the reformasi Protestan, termasuk Puritanisme, menerima bahwa sejarah mempunyai semacam "yurisdiksi" dalam iman dan kehidupan orang Kristen, demikian sejarahwan Richard T. Hughes.[4] Demikian pula Mark Noll berkata tentang pandangan Protestan bahwa, "Alkitab mungkin mutlak dalam hikmat dan wibawanya, tetapi kami memahami bahwa harta kekayaannya diperantarai lewat sejarah."[5] Orang Protestan percaya akan kontinuitas historis dari iman, dan mengkritik tradisi-tradisi Katolik Roma dalam pengertian sejarah maupun Kitab Suci. Kaum Restorasionis menyangkal "yurisdiksi" dari perkembangan historis pada masa lampau, untuk membebaskan diri untuk merangkul apa yang mereka pahami sebagai pola surgawi yang aslinya disingkapkan kepada para rasul Kristus. Sementara kaum Protestan akan menolak tradisi-tradisi tertentu gereja yang mereka anggap tidak mempunyai dasar alkitabiah, seperti misalnya api penyucian dan penghormatan kepada orang-orang kudus, berbagai kelompok Restorasionis akan menolak keyakinan-keyakinan dan praktik-praktik yang dianggap ortodoks dan alkitabiah oleh pihak Protestan, seperti misalnya sabat pada hari Minggu dan konsep Tritunggal.

Organisasi-organisasi restorasionis mencakup Konvensi Kristen, Gereja-gereja Kristus, Murid-murid Kristus, Gereja-gereja Kristen Independen /Gereja-gereja Kristus, Sakis-Saksi Yehuwa, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Gerakan Orang-orang Suci dari Zaman Akhir (dari kelompok ini Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir adalah denominasi yang terbesar dan Komunitas Kristus yang kedua terbesar), dan lain-lain. Kelompok-kelompok ini mengajarkan teologi-teologi yang sangat berbeda satu sama lain, tetapi mereka semua muncul dari keyakinan bahwa pola sejati dari agama Kristen telah mati lewat kemurtadan bertahun-tahun yang lalu dan akhirnya dipulihkan oleh gereja-gereja mereka. Sebagian orang percaya bahwa hanya merekalah yang merupakan pemulihan ini satu-satunya; yang lainnya meyakini bahwa mereka mengikuti pola yang ditemukan kembali dari Kekristenan perdana yang kini terdapat di banyak gereja, termasuk gereja mereka sendiri. (Ini adalah posisi resmi dari Gereja Kristen (Murid-murid Kristus), misalnya). Sebagian denominasi restorasionis menyatakan bahwa gereja-gereja Protestan, Katolik dan Ortodoks tidak benar-benar Kristen.

Restorasionis

[sunting | sunting sumber]

Restorasionisme didasarkan pada keyakinan yang disebut Kemurtadan Besar. Ini adalah klaim bahwa Kekristenan tradisional telah begitu jauh meninggalkan prinsip-prinsip Kristen yang asli, sehingga tidak dapat diselamatkan lagi. Karena perpecahan-perpecahan, kesalahan-kesalahan, dan kompromi-komprominya dengan dunia, muncullah klaim bahwa gereja yang korup itu telah jauh meninggalkan gereja yang didirikan oleh Yesus. Bila tidak ada kemurtadan besaran dan gereja yang didasarkan pada pola yang sejati dan sahih itu ada, maka Restorasi pun tidak akan dibutuhkan. Jadi, berbagai aliran Restorasionis sama-sama memiliki keyakinan bahwa telah terjadi suatu kemurtadan dari iman yang sejati, yang kini telah mereka koreksi.

Sebagian yang mengadopsi pemikiran dasar Restorasionis meninggalkan begitu saja ciri-ciri tertentu dari tradisi mereka sendiri, dan memilih keyakinan-keyakinan yang telah sering muncul di kalangan gerakan-gerakan primitivis lainnya pada masa lalu. Pandangan yang khas non-tradisional seperti itu kemungkinan adalah baptisan dewasa saja, baptisan hanya dengan selam saja, kongregasionalisme, sikap tidak peduli terhadap trinitarianisme, ketidakpercayaan akan neraka, penolakan terhadap kehadiran pendeta (hanya pemimpin awam saja), teori-teori pendamaian yang non substitusionaris, pertobatan berdasarkan kehendak bebas (lihat Pelagianisme), dan sering kali peranan perempuan yang lebih diakui.

Dalam kasus-kasus tertentu, kelompok-kelompok ini percaya bahwa penyimpangan Kemurtadan Besar dari Kekristenan yang hakiki terjadi begitu total dan menghancurkang sehingga rencana apapun untuk memperbaiki Kekristenan di atas dasar-dasar yang sudah ada akan sia-sia, sehingga dibutuhkan suatu restorasi yang begitu radikal sehingga ciri-ciri tradisional yang tertinggal hanyalah nama Yesus Kristus.

Gerakan Restorasi

[sunting | sunting sumber]

Dari gerakan-gerakan ini, yang paling optimistic tentang keadaan Kekristenan pada saat itu adalah Gerakan Restorasi Stone-Campbell. Orang lain kadang-kadang merujuk para pengikut gerakan ini sebagai Campbellis; tetapi gerakan ini sendiri tidak pernah menggunakan istilah ini, yang dianggapnya merendahkan. Gereja-gereja ini menolak kuat nama-nama yang dengan mudah diberikan dan dipergunakan, yang memecah belah orang Kristen dari sesamanya, dan menyebut diri mereka dengan nama-nama Perjanjian Baru generik, seperti misalnya Murid-murid Kristus, atau Gereja Kristus. Mereka mempersatukan banyak pengikut dari gereja-gereja Baptis, Kongregasionalis, Presbiterian, dan Metodis, dan orang-orang Kristens lainnya dari berbagai spektrum injili dan juga Unitarianisme Kekristenan Unitaria, mula-mula dengan sukses yang sangat menakjubkan, tetapi setelah gerakan ini berkembang, ia mengembangkan ciri-cirinya sendiri yang tidak dapat dikompromikan, yang kadang-kadang dirujuk secara negatif sebagai kredo-kredo yang tidak tertulis, dan terpecah-pecah ke dalam empat kelompok utama —masing-masing menjadi kelompoknya sendiri yang khas (istilah "denominasi" masih tidak dapat diterima oleh mereka): Gereja-gereja Kristus (atau "gereja Kristus"), Gereja-gereja Kristen Independen dan Gereja-gereja Kristus, Gereja Kristus Internasional, dan Murid-murid Kristus.

Pemulihan Tuhan

[sunting | sunting sumber]

Gereja-gereja lokal adalah suatu gerakan Kristen yang dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Watchman Nee dan Witness Lee dan berkaitan dengan lembaga penerbit Living Stream Ministry. Para anggotanya menganggap diri mereka terpisah dari kelompok-kelompok, denominasi-denominasi, dan gerakan-gerakan Kristen lainnya, sebagai bagian dari apa yang kadang-kadang mereka sebut "Pemulihan Tuhan". Salah satu ciri utama dari gereja-gereja lokal adalah prinsip yang mereka pegang bahwa semua orang Kristen di sebuah kota atau lokalitas otomatis adalah anggota-anggota dari sebuah gereja di lokalitas itu. Sebuah cirinya yang lain adalah tidak adanya suatu organisasi resmi atau nama resmi untuk gerakan ini. Gereja-gereja lokal percaya bahwa menggunakan sebuah nama adalah suatu sikap tidak hormat dan menghina terhadap nama Yesus Kristus. Untuk membedakan diri mereka, masing-masing gereja lokal menyebut dirinya hanya sebagai "gereja di ... –sebutkan nama tempatnya".[1] Diarsipkan 2007-09-29 di Wayback Machine.

Kristadelfia

[sunting | sunting sumber]

Dr. John Thomas (12 April 1805 – 5 Maret 1871), adalah seorang penganut gerakan Restorasionis yang giat, setelah ia terdampar di laut dalam perjalannya ke Amerika. Hal ini menyebabkan ia memusatkan perhatiannya pada Alkitab, dan ia menyadari betapa ia sangat kurang memahaminya. Ia pun bertanya-tanya apa yang akan terjadi pada dirinya bila ia meninggal dunia. Kesadaran ini menyebabkan ia mengabdikan dirinya untuk mendalami Alkitab, yang kemudian mempertemukannya dengan ajaran-ajaran Alexander Campbell. Namun, pandangan-pandangan Dr. Thomas dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan baptisan dan kebangkitan tidak dapat dipertemukan dengan pandangan-pandangan Campbell. Begitu perpecahan dengan Campbell tidak lagi terelakkan, Dr. Thomas mengimbau kepada Gereja-gereja Kristus baik Amerika maupun di Inggris dan muncullah sebuah gerakan yang berkembang. Sebuah kelompok orang percaya tersendiri berkembang dengan doktrin yang mengambil paham Adventisme, anti-trinitarianisme, penolakan terhadap dinas kemiliteran, keanggotaan awam dengan partisipasi penuh oleh semua anggotanya, serta doktrin-doktrin yang konsisten dengan jiwa gerakan Restorasionis.

Sebuah konsekuensi dari penolakan terhadap dinas kemiliteran adalah penggunaan nama Kristadelfia untuk membedakan kelompok kecil orang percaya ini dan untuk memperoleh pengecualian wajib militer dalam perang saudara Amerika

Gerakan Orang-orang Suci Zaman Akhir

[sunting | sunting sumber]

Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir atau "Mormon" percaya bahwa Joseph Smith, Jr. dipilih bukan untuk memperbarui, melainkan memulihkan organisasi semula yang didirikan oleh Yesus Kristus secara sempurna. Akan tetapi, keyakinan ini tidak dimiliki oleh cabang kedua utama dari Gerakan Orang Suci Zaman Akhir, Komunitas Kristus, yang sebelumnya dikenal dengan nama Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang kudus Zaman Akhir yang Direorganisir.

Menurut Smith, Allah Bapa dan Yesus Kristus menampakkan diri kepadanya dan mengajarkan kepadanya bahwa kredo-kredo (pengakuan iman) gereja-gereja pada masa itu "adalah kekejian di hadirat-Nya"; bahwa melalui Joseph Smith, Allah akan memulihkan (atau membangun kembali) gereja yang sejati. (Lihat Mutiara yang Berharga Sekali: Joseph Smith - History: Pasal 1:19) Smith mengajarkan bahwa Kemurtadan Besar sudah terjadi secara menyeluruh dan karenanya harus dikembalikan secara total kepada gereja yang asli. Pemulihan ini mencakup imamat Harun dan imamat Melkisedek serta apa yang diyakini sebagai struktur lengkap gereja yang terdiri dari nabi-nabi, rasul-rasul, penginjil, dan guru-guru agar Kerajaan Allah di muka bumi ini dapat didirikan kembali. Joseph Smith mendirikan the Gereja Kristus pada 1830, melayani sebagai nabinya yang pertama yang diangkat oleh Yesus Kristus pada akhir zaman. Sidney Rigdon, dan beberapa pengkhotbah lainnya, meninggalkan Gereja-gereja Kristus mereka untuk bergabung dengan Smith.

Sebagai bagian dari misi kenabiannya, Smith menerbitkan Kitab Mormon, yang konon diterjemahkan dari Lempengan Emas sebagaimana diperintahka oleh malaikat Moroni. Para anggota Gerakan Orang-orang Suci Zaman Akhir (Mormonisme) percaya bahwa Kitab Mormon adalah catatan dari gereja asli Yesus Kristus di benua Amerika antara sekitar 600 SM dan 421 M).

Selain itu, Smith mengklaim bahwa ia menerima wewenang atau Imamat sejati dari mereka yang memegangnya pada zaman purba, yakni Yohanes Pembaptis, yang kembali sebagai malaikat dan memberikan kepadanya dan Oliver Cowdery wewenang untuk membaptiskan (yang menurut sang malaikat telah lama lenyap). Peetrus, Yakobus dan Yohanes, para rasul pada zaman dahulu, kembali sebagai malaikat dan memberikan Smith dan Cowdery wewenang untuk memimpin gereja persis seperti yang pernah mereka lakukan pada zaman purba. Gereja ini dibentuk pada 6 April 1830, di negara bagian New York.

Mulanya gereja ini secara tak resmi disebut "Gereja Kristus" karena adanya keyakinan bahwa gereja ini memulihkan Gereja Yesus Kristus. Empat tahun kemudian, pada April 1834, gereja ini juga disebut sebagai "Gereja of Orang-orang Suci Zaman Akhir" untuk membedakannya dari gereja di era sekarang dengan gereja pada masa Perjanjian Baru. Lalu pada April 1838, nama lengkapnya dinyatakan sebagai "Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir". (Lihat Doktrin dan Perjanjian, Section 115:4)

Adventisme

[sunting | sunting sumber]

Adventisme adalah sejenis eskatologi Kristen yang mengharapkan KedatanganYesus yang kedua kalinya untuk memulai Kerajaan Allah, biasanya dalam waktu yang tidak lama lagi. Pandangan ini mencakup keyakinan bahwa Yesus akan kembali untuk menerima mereka yang telah mati di dalam Kristus dan mereka yang masih menantikan kedatangannya kembali serta yang dalam pengharapannya itu telah mempersiapkan dirinya.

Milleris dan Sabatarianisme

[sunting | sunting sumber]

Kaum Milleris adalah kelompok yang paling terkenal di antara gerakan-gerakan Adventis. Dari kelompok Milleris ini lahirlah Gereja Masehi Adventis Hari Ketujuh. Kelompok ini menekankan ajaran-ajaran apokaliptik yang mengharapkan akhir zaman, dan tidak mengharapkan keesaan kekristenan. Sebaliknya mereka menyibukkan diri dalam persiapan-persiapan untuk mengharapkan kedatangan kembali Kristus. Kaum Milleris berusaha memulihkan kenabian yang sudah dekat dan biblisisme yang tidak kenal kompromi, yang mereka yakini pernah ada namun kini telah lama ditolak oleh gereja-gereja Protestan dan Katolik arus utama. Gerakan Gereja Allah Sedunia masuk ke dalam kategori ini karena mereka muncul dari Hari Ketujuh. Pelayanan pribadi Herbert W. Armstrong menjadi Radio Gereja Allah, yang kemudian menjadi Gereja Allah Sedunia. Kelompok ini kemudian terpecah-pecah menjadi berbagai gereja dan kelomopk, ketika Gereja Allah Sedunia melepaskan dirinya dari gerakan-gerakan Restorasi dan melakukan upaya-upaya besar untuk bergabung dengan cabang Protestan dari Kekristenan.

Saksi-Saksi Yehuwa

[sunting | sunting sumber]

Saksi-Saksi Yehuwa berasal pada 1870-an sebagai sebuah kelompok studi Alkitab yang didirikan oleh Charles Taze Russell. Kelompok ini percaya bahwa mereka adalah orang-orang Kristen sejati dan Gereja-gereja lainnya pada umumnya telah meninggalkan iman sejati dalam pokok-pokok penting pada Kemurtadan Besar. Seperti kelompok Milleris, Saksi-Saksi Yehuwa percaya bahwa iman yang asli dapat dipulihkan melalui penafsiran Alkitab yang pada umumnya bersifat harafiah, dan komitmen yang tulus untuk mengikuti ajaran-ajarannya. Mereka memusatkan perhatian pada pemulihan sejumlah butir doktriner utama yang didasarkan pada penafsiran mereka atas Alkitab, termasuk penggunaan transliterasi umum dalam bahasa Inggris atas Tetragrammaton "Jehovah" sebagai nama pribadi Allah; penolakan terhadap trinitarianisme dan memilih sejenis unitarianisme; penolakan terhadap definisi neraka sebagai tempat siksaan kekal;[6] proselitisasi yang aktif; menentang memakan atau transfusi sama sekali, allogeneic, darah; sama sekali netral dalam urusan-urusan politik; menolak total dinas militer; dan keyakinan tentang akan segera terwujudnya Kerajaan Allah di muka Bumi.

Restorasionisme Karismatik

[sunting | sunting sumber]
Lihat Restorasionisme Karismatik

Gerakan Gereja Baru Britania

[sunting | sunting sumber]

Pada masa gerakan karismatik pada 1960-an dan 1970-an, yang terpusat pada transformasi individu-individu, sekelompok pemimpin yang umumnya bekas Brethren dan Pentakostal membentuk apa yang kemudian dikenal sebagai gerakan restorasionis karismatik. Para pemimpin ini, di antaranya Arthur Wallis, David Lillie dan Cecil Cousen berada di barisan terdepan, memusatkan perhatian pada hakikat gereja, dan sama-sama memiliki pandangan yang khas bahwa tata gereja yang otentik dipulihkan untuk seluruh gereja. Tata gereja yang otentik ini berpusat pada apa yang dirujuk sebagai "pelayanan lima jenis ", seperti terdapat dalam Efesus 4:11: Rasul, nabi, penginjil, guru dan pendeta. Meskipun Gerakan Karismatik membawa karunia-karunia pentakostal kepada gereja-gereja denominasional, kaum restorasionis menganggap denominasionalisme tidak alkitabiah, dan sama-sama memiliki keyakinan bahwa Allah akan membuat gereja langsung ditata dan diberdayakan oleh Roh Kudus.

Gerakan ini telah berkembang hingga memiliki ribuan pemeluk di seluruh dunia, dan jaringan-jaringan gerejanya yang menonjol antara lain adalah Newfrontiers dipimpin oleh Terry Virgo, Pelayanan Garam dan Terang Internasional dipimpin oleh Barney Coombs, dan (mungkin dapat pula dikatakan) Persekutuan Kristen Ichthus dipimpin oleh Roger dan Faith Forster.

Gerakan Penggembalaan

[sunting | sunting sumber]
Lihat Gerakan Penggembalaan

Pemimpin-pemimpin restorasionisme karismatik Britania sama-sama mengakui sebuah gerakan paralel di AS yang berpusat di Lima Tokoh Fort Lauderdale; Derek Prince, Don Basham, Bob Mumford, Charles Simpson dan Ern Baxter. Gerakan ini dikenal sebagai Gerakan Penggembalaan, dan merupakan topik kontroversi yang signifikan pada pertengahan 1970-an. Gerakan ini meninggalkan warisan yang signifikan melalui pengaruhnya terhadap pelayanan-pelayanan kontemporer Gereja-gereja Kristus Internasional, Pelayanan Kampus Maranatha dan Amanat Agung Internasional.

Gerakan Kerasulan-Kenabian

[sunting | sunting sumber]
Lihat Gerakan Kerasulan-Kenabian

Bentuk restorasionisme karismatik yang lebih mutakhir dengan pengakuan serupa terhadap jabatan kerasulan telah muncul dalam bentuk Gerakan Kerasulan-Kenabian, yang berpusat di Kansas City Prophets. Para tokoh terkemuka dari gerakan ini termasuk C. Peter Wagner, Rick Joyner, Mike Bickle dan Lou Engle.

Tanggal Kemurtadan Besar menurut kaum Restorasionis

[sunting | sunting sumber]

Restorasionisme sering dikritik karena menolak tradisi-tradisi yang diikuti oleh gereja perdana, tetapi kelompok-kelompok restorasi telah memperlakukan tradisi secara berbeda. Sementara sebagian memandang semua Bapa Gereja sebagai kesaksian-kesaksian yang tidak dapat diandalkan untuk Gereja Kerasulan yang asli, yang lainnya menemukan bukti di kalangan Bapa Gereja yang paling perdana bahwa gereja perdana mempercayai dan mempraktikkan apa yang dilakukan oleh sebagian dari kaum Restorasionis, dan perbedaan-perbedaan di antara Bapa-bapa Gereja yang belakangan sebagai bukti-bukti dari kemunduran yang bertahap atau secara tiba-tiba. Yang sama di kalangan semua Restorasionisme adalah keyakinan bahwa para Bapa Gereja atau kepemimpinan gereja pasca-kerasulan tidak mempunyai wewenang untuk mengubah keyakinan-keyakinan dan praktik-praktik gereja, tetapi toh melakukannya.

Saksi-Saksi Yehuwa percaya bahwa kemurtadan dimulai sejak matinya rasul terakhir, Yohanes. Mereka percaya bahwa roh kudus menahan kemurtadan ini mati-matian, tetapi setelah kematian Yohanes roh membiarkan kemurtadan berkembang. Mereka percaya bahwa Kemurtadan ini menjadi sempurna setelah Konsili Nicea Pertama. Namun, mereka percaya bahwa pada sepanjang masa ada orang-orang Kristen sejati yang tetap hidup hingga permulaan restorasi.

Menurut Orang-orang Suci Zaman Akhir (Mormon) kemurtadan terjadi sangat awal, dimulai tak lama setelah kematian kedua belas rasul mula-mula pada sekitar 100 M dan kemurtadan jelas terjadi secara penuh pada abad ke-4. Dengan tanggal yang demikian awal, mereka mengklaim sekurang-kurangnya perlu mempertemukan tulisan-tulisan yang dikenal dengan praktik-praktik gereja perdana Bapa-bapa Gereja. Meskipun tulisan-tulisan mereka kadang-kadang disebut untuk menunjukkan sisa-sisa dari praktik-praktik sejati Gereja yang lebih dini, mereka juga digunakan untuk menunjukkan bahwa doktrin dan pemahaman Gereja sudah diubah sejak dini.

Kaum Sabatarian pada umumnya sepakat bahwa kemurtadan telah dimulai sejak sekitar 135 M. Yustinus Martir pada sekitar 160 M secara spesifik telah membela dilaksanakannya perhimpunan (kebaktian) pada hari Minggu (hari pertama), dan karena itu dianggap sebagai orang murtad oleh kaum Sabatarian. Namun, sejarah gereja awal mencatat dilaksanakannya perayaan Sabat untuk penciptaan dan hari Minggu untuk memperingati Kebangkitan pada masa Hipolitus. Mereka menganggap kemurtadan baru sempurna ketika gereja berhenti merayakan Sabat suatu masa setelah Konstantin.

Gerakan Restorasi Stone-Campbell memandang Kemurtadan Besar sebagai suatu proses bertahap. Ignatius mempromosikan ketaatan kepada Uskup pada sekitar 100 M,[7] yang dipandang oleh sebagian sebagai diperkenalkannya gagasan tentang rohaniwan profesional, yang mulai mengangkat dirinya lebih tinggi daripada warga gereja, yang dipimpin oleh suatu proses kerusahan yang bertahap terhadap manusia berdosa yang dinubuatkan, yang dikutuk oleh kaum restorasionis sebagai keanggotaan gereja yang dipaksakan. Mereka percaya bahwa hanya baptisan dewasa sajalah yang dipraktikkan setidak-tidaknya pada masa Tertulianus, sementara baptisan anak dan bayi diperkenalkan secara lokal sekitar masa Irenaeus. Mereka sering kali menolak pemahaman tentang dosa asal yang menyebabkan rusaknya sifat manusia, dan hanya mengakui tercemarnya lingkungan hidup manusia, tradisi-tradisi atau kebudayaan. Seperti para Restorasionis lainnya, mereka menganggap hubungan antara gereja-negara di bawah Konstantin (lihat pula Konstantin I dan Kekristenan dan Dunia Kristen) sebagai sejenis penawanan gereja melalui kekuasaan para uskup yang terkonsentrasi. Dan akhirnya, perkembangan tentang gagasan keutamaan da otoritas universal Uskup Roma dianggap sebagai penyempurnaan dari Kemurtadan Besar. Reformasi Protestan hanya berhasil memulihkan sebagian dari kerusakan ini, tetapi kelompok-kelompok Anabaptis dan Baptis hampir berhasil memulihkannya.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Gerakan Restorasi

[sunting | sunting sumber]

Mormonisme

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Evangelicalism in modern Britania: a history from the 1730s to the 1980s, David W. Bebbington, 1995, Routledge (UK), ISBN 0-415-10464-5, hlm. 230,231; 245-249
  2. ^ Alternative Religions: A Sociological Introduction, Stephen J. Hunt, 2003, Ashgate Publishing, Ltd; ISBN 0-7546-3410-8, hlm. 82,83
  3. ^ Richard Hooker. "Martin Luther, The Freedom of a Christian". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-03-23. Diakses tanggal 2007-03-08. 
  4. ^ The American Quest for the Primitive Church, ed. Richard T. Hughes, 1995, University of Illinois Press. Introduction, Hughes, hlm 5, "Here is the central point: the extent of history's yurisdiksi.", ISBN 0-252-06029-6
  5. ^ ,ibid; Primitivism in Fundamentalism and Amerikan Biblical Scholarship oleh Mark Noll, hlm. 127
  6. ^ Bahasa Ibrani she’ohl dan ekuivalennya dalam bahasa Yunani hai´des, yang merujuk, bukan kepada tempat penguburan individual, melainkan kuburan bersama manusia yang telah mati; Reasoning From The Scriptures. Watchtower. 1988. hlm. 169. 
  7. ^ Ef. 6:1, Mag 2:1,6:1,7:1,13:2, Tr 3:1, Smy 8:1,9:1

Bacaan lebih lanjut

[sunting | sunting sumber]
  • Birdsall Richard D. "The Second Great Awakening and the Baru Inggris Social Order." Church History 39 (1970): 345-364.
  • Cross, Whitney, R. The Burned-Over District: The Social and Intellectual History of Enthusiastic Religion in Western New York, 1800–1850.