Lompat ke isi

Kota Metro

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 10 Juli 2021 02.48 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8)
Kota Metro
Metro Raya
Kota Wawai
(Wilayah Aman Waras Anggun Indah)

Jawi: کوتا ميترو
Searah jarum jam; Monumen Selamat datang di Kota Metro, Tugu Meterm, Wisata Sumbersari, Tari Sembah, Alun Alun Kota Metro, Bendungan Dam Raman, Samber Park, TMII Metro, dan Masjid Taqwa Metro
Searah jarum jam; Monumen Selamat datang di Kota Metro, Tugu Meterm, Wisata Sumbersari, Tari Sembah, Alun Alun Kota Metro, Bendungan Dam Raman, Samber Park, TMII Metro, dan Masjid Taqwa Metro
Lambang resmi Kota Metro
Motto: 
Bumi Sai Wawai
(Bahasa Lampung : Tanah yang Indah)
Peta
Peta
Koordinat: 5°6’ -5°8’ LS
105°17’-105°19’ BT
Negara Indonesia
ProvinsiLampung
Tanggal berdiri9 Juni 1999
Dasar hukumUU No 12 Tahun 1999
Ibu kotaMetro, Metro Pusat
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 5
  • Kelurahan: 22
Pemerintahan
 • Wali KotaWahdi
 • Wakil Wali KotaQomaru Zaman
Luas
 • Total68,74 km2 (26,54 sq mi)
Peringkat67
Populasi
 (2019)[1]
 • Total167.411
 • Peringkat76
 • Kepadatan2,400/km2 (6,300/sq mi)
 • Peringkat kepadatan-
Demografi
 • AgamaIslam 87.78%
Kristen Protestan 4.13%
Katolik 3.70%
Hindu 3.09%
Buddha 1.30%[2]
 • BahasaIndonesia, Jawa, Lampung, Sunda, Padang
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
1872 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 725
Pelat kendaraanBE (F)
Kode Kemendagri18.72 Edit nilai pada Wikidata
DAURp. 374.201.187.000.-
Situs webhttps://metrokota.go.id

Kota Metro (Aksara Lampung: ) adalah salah satu kota di Provinsi Lampung. Berjarak 52 km dari Kota Bandar Lampung (ibu kota provinsi),[3] serta merupakan kota terbesar kedua di provinsi Lampung. Kota ini juga merupakan kota yang memiliki tingkat kemacetan paling rendah di Provinsi Lampung. Kota Metro masuk dalam Daftar 10 kota di Indonesia dengan biaya hidup terendah ke-9 di Indonesia serta urutan kedua di Pulau Sumatra berdasarkan Survey BPS tahun 2017. Kini, Kota Metro sedang melakukan pembenahan dan pengembangan kota yang lebih maju menuju visi dan misinya sebagai kota pendidikan dan wisata keluarga di Provinsi Lampung dengan memperbaiki sektor pendidikan, keamanan, kebersihan serta meningkatkan fasilitas publik, pengoptimalan ruang terbuka hijau, dan mempercantik tiap sudut kota dengan dibangunnya taman taman kecil. Kota Metro juga merupakan target cetak biru Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia sebagai kawasan strategis dan target pengembangan kota metropolitan setelah Bandar Lampung.

Sejarah

Masa pendudukan Belanda

Kolonis Tiba di Metro (1939)

Sejarah kelahiran Kota Metro bermula dengan dibangunnya kolonisasi dan dibentuk sebuah induk desa baru yang diberi nama Trimurjo. Sebelum tahun 1936, Trimurjo adalah bagian dari Onder Distrik Gunungsugih [4] yang merupakan bagian dari wilayah Marga Nuban. Kawasan ini adalah daerah yang terisolasi tanpa banyak pengaruh dari penduduk lokal Lampung.[5] Namun, pada awal tahun 1936 Pemerintah kolonial Belanda mengirimkan migran orang-orang Jawa (kolonis) ke wilayah ini untuk mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan mengurangi kegiatan para aktivis kemerdekaan.[6] Kelompok pertama tiba pada tanggal 4 April 1936.[7]

Pada tanggal 9 Juni 1937, nama daerah itu diganti dari Trimurjo ke Metro [8] dan pada tahun yang sama berdiri sebagai pusat pemerintahan Onder Distrik (setingkat kecamatan) dengan Raden Mas Sudarto sebagai asisten kepala distrik (asisten demang) pertama. Onder Distrik dikepalai oleh seorang Asisten Demang, sedangkan Distrik dikepalai oleh seorang Demang. Sedangkan atasan daripada Distrik adalah Onder Afdeling yang dikepalai oleh seorang Controleur berkebangsaan Belanda. Tugas dari Asisten Demang mengkoordinasi Marga yang dikepalai oleh Pesirah dan di dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh seorang Pembarap (Wakil Pesirah), seorang Juru Tulis dan seorang Pesuruh (Opas). Pesirah selain berkedudukan sebagai Kepala Marga juga sebagai Ketua Dewan Marga. Pesirah dipilih oleh Penyimbang-penyimbang Kampung dalam Marganya masing-masing.[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Woning van de assistent-wedono te Metro Sukadana Sumatra TMnr 10001413.jpg|jmpl|300px|Kediaman asisten wedana Metro pada masa Hindia Belanda Marga terdiri dari beberapa Kampung yaitu dikepalai oleh Kepala Kampung dan dibantu oleh beberapa Kepala Suku. Kepala Suku diangkat dari tiap-tiap Suku di kampung itu. Kepala Kampung dipilih oleh Penyimbang-penyimbang dalam kampung. Pada waktu itu Kepala Kampung harus seorang Penyimbang Kampung, jikalau bukan Penyimbang Kampung tidak bisa diangkat dan Kepala Kampung adalah anggota Dewan Marga.

Selama periode yang sama, pemerintah kolonial Belanda membangun lebih banyak jalan, juga klinik, kantor polisi, dan kantor administrasi.[9] Pada tahun 1941 dibangun sebuah masjid, kantor pos, pasar yang besar, dan penginapan, serta pemasangan listrik dan saluran telepon.[10] Pengembangan berikutnya adalah dibangunnya irigasi untuk memastikan tanaman yang sehat. Belanda memperkerjakan Ir. Swam untuk merancang sistem irigasi. Desainnya dikenal dengan nama tanggul (bahasa Prancis "leeve", sekarang bentukan ini dikenal dengan "ledeng") selebar 30 meter dan sedalam 10 meter saluran irigasi dari Sungai Way Sekampung ke Metro. Buruh disediakan oleh pendatang, yang diwajibkan dan bekerja dalam shift. Konstruksi dimulai pada tahun 1937 dan selesai pada tahun 1941.[11]

Asal nama

Versi pertama nama Metro berasal dari kata “Meterm” dalam Bahasa Belanda yang artinya “pusat" yang artinya di tengah-tengah antara Lampung Tengah dan Lampung Timur, bahkan ditengah (center) Provinsi Lampung.[8][12]. Versi kedua nama Metro berasal dari kata "Mitro" (Bahasa Jawa) yang berarti artinya teman, mitra, kumpulan. Hal tersebut dilatarbelakangi dari kolonisasi yang datang dari berbagai daerah di luar wilayah Sumatra yang masuk ke daerah Lampung.[8]. Pada zaman kemerdekaan nama Kota Metro tetap Metro. Dengan berlakunya Pasal 2 Peraturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945 maka Metro Termasuk dalam bagian Kabupaten Lampung Tengah yang dikepalai oleh seorang Bupati pada tahun 1945, yang pada waktu itu Bupati yang pertama menjabat adalah Burhanuddin (1945-1948)

Masa pendudukan Jepang

Setelah invasi Jepang di Indonesia pada tahun 1942, semua personil Belanda dievakuasi atau ditangkap.[13] Program migrasi dilanjutkan di bawah nama Kakari Imin,[14] dan tujuh puluh migran Jawa digunakan sebagai kerja paksa dalam pembangunan landasan di Natar dan Astra Ksetra, serta berbagai bunker dan aset strategis lainnya; mereka yang menolak ditembak.[13]

Warga lainnya kurang gizi, dengan hasil panen mereka yang diambil oleh pasukan pendudukan Jepang. Penyakit menyebar secara merajalela ke seluruh warga, yang dibawa oleh kutu. Kematian umum terjadi, sedangkan para perempuan termasuk istri-istri para pekerja paksa, diambil sebagai wanita penghibur.[14]

Pada zaman Jepang, Residente Lampoengsche Districten diubah namanya oleh Jepang menjadi Lampung Syu. Lampung Syu dibagi dalam 3 (tiga) Ken, yaitu:

  1. Teluk Betung Ken
  2. Metro Ken
  3. Kotabumi Ken

Wilayah Kota Metro sekarang, pada waktu itu termasuk Metro Ken yang terbagi dalam beberapa Gun, Son, Marga-marga dan Kampung-kampung. Ken dikepalai oleh Kenco, Gun dikepalai oleh Gunco, Son dikepalai oleh Sonco, Marga dikepalai oleh seorang Margaco, sedangkan Kampung dikepalai oleh Kepala Kampung.

Selama perang kemerdekaan Indonesia, Belanda berusaha untuk merebut kembali Metro. Ketika mereka pertama kali tiba, mereka tidak dapat masuk jembatan ke kota Tempuran karena telah dihancurkan oleh pasukan 26 TNI di bawah komando Letnan Dua (Letda) Bursyah; konvoi Belanda terpaksa mundur. Namun, hari berikutnya Belanda kembali dalam jumlah yang lebih besar dan menyerang dari Tegineneng, akhirnya memasuki kota dan menewaskan tiga tentara Indonesia.[15]. Untuk mengenang peristiwa ini, dibangunlah sebuah monumen di Tempuran, Lampung Tengah tepatnya di pintu masuk Kota Metro.

Masa kemerdekaan Indonesia

Setelah Indonesia merdeka dan dengan berlakunya pasal 2 Peraturan Peralihan UUD 1945, maka Metro Ken menjadi Kabupaten Lampung Tengah termasuk Kota Metro di dalamnya. Berdasarkan Ketetapan Residen Lampung No. 153/ D/1952 tanggal 3 September 1952 yang kemudian diperbaiki pada tanggal 20 Juli 1956 ditetapkan:

  • Menghapuskan daerah marga-marga dalam Keresidenan Lampung.
  • Menetapkan kesatuan-kesatuan daerah dalam Keresidenen Lampung dengan nama "Negeri" sebanyak 36 Negeri.
  • Hak milik marga yang dihapuskan menjadi milik negeri yang bersangkutan.

Dengan dihapuskannya Pemerintahan Marga maka sekaligus sebagai nantinya dibentuk Pemerintahan Negeri. Pemerintahan Negeri terdiri dari seorang Kepala Negeri dan Dewan Negeri, Kepala Negeri dipilih oleh anggota Dewan Negeri dan para Kepala Kampung. Negeri Metro dengan pusat pemerintahan di Metro (dalam Kecamatan Metro).

Dalam praktik, dirasakan kurangnya keserasian antara pemerintahan, keadaan ini menyulitkan pelaksanaan tugas pemerintahan oleh sebab itu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung pada tahun 1972 mengambil kebijaksanaan untuk secara bertahap Pemerintahan Negeri dihapus, sedangkan hak dan kewajiban Pemerintahan Negeri beralih kepada kecamatan setempat.

Penetapan Hari jadi

Sejarah kelahiran Kota Metro bermula dengan dibangunnya sebuah induk desa baru yang diberi nama Trimurjo. Dibangunnya desa ini dimaksudkan untuk menampung sebagian dari kolonis yang didatangkan oleh perintah Hindia Belanda pada tahun 1934 dan 1935, serta untuk menampung kolonis-kolonis yang akan didatangkan berikutnya. Pada zaman pelaksanaan kolonisasi selain Metro, juga terbentuk onder distrik yaitu Pekalongan, Batanghari, Sekampung, dan Trimurjo. Kelima onder distrik ini mendapat rencana pengairan teknis yang bersumber dari Way sekampung yang pelaksanaannya dilaksanakan oleh para kolonisasi-kolonisasi yang sudah bermukim di onder distrik yang biasa disebut bedeng-bedeng dimulai dari Bedeng 1 bertempat di Trimurjo dan Bedeng 67 di Sekampung, yang kemudian nama bedeng tersebut diberi nama, contohnya Bedeng 21, Yosodadi.

Kedatangan kolonis pertama di desa Trimurjo yaitu pada hari Sabtu tanggal 4 April 1936 yang ditempatkan pada bedeng-bedeng kemudian diberi penomoran kelompok bedeng, dan sampai saat ini istilah penomorannya masih populer dan masih dipergunakan oleh masyarakat Kota Metro pada umumnya.

Jika datang ke kota ini lebih mudah menemukan daerah dengan istilah angka-angka/bedeng, yaitu:

  • Bedeng 1, bedeng 4, bedeng 5, bedeng 10: untuk menyebut wilayah di kelurahan Trimurjo
  • Bedeng 2, bedeng 3: untuk menyebut wilayah di kelurahan Adipuro
  • Bedeng 6c, 6 polos, 6b, 6d: untuk menyebut wilayah di kelurahan Liman Benawi
  • Bedeng 7a, 7c, 8: untuk menyebut wilayah di kelurahan Depokrejo
  • Bedeng 11a, 11b, 11c, 11d, 11f: untuk menyebut wilayah di kelurahan Simbarwaringin
  • Bedeng 12a, 12b, 12c, 12d: untuk menyebut wilayah di kelurahan Tempuran
  • Bedeng 13a, 13 polos, 20: untuk menyebut wilayah di kelurahan Purwodadi
  • Bedeng 14-1, 14-2, 14-3, 14-4: untuk menyebut wilayah di kelurahan Ganjaragung dan Ganjar asri
  • Bedeng 15a, 15 polos: untuk menyebut wilayah di kelurahan Iringmulyo
  • Bedeng 16a, 16b, 16d: untuk menyebut wilayah di kelurahan Mulyosari
  • Bedeng 16c: untuk menyebut wilayah di kelurahan Mulyojati
  • Bedeng 17a, 17 polos, 18, 19: untuk menyebut wilayah kelurahan Untoro
  • Bedeng 21a, 21 polos: untuk menyebut wilayah kelurahan Yosodadi
  • Bedeng 21c: untuk menyebut wilayah kelurahan Yosomulyo
  • Bedeng 22: untuk menyebut wilayah kelurahan Hadimulyo
  • Bedeng 23: untuk menyebut wilayah kelurahan di Metro Utara
  • Bedeng 24: untuk menyebut wilayah di kelurahan Tejosari dan Tejoagung
  • Bedeng 25, 26: untuk menyebut wilayah di kelurahan Margorejo
  • Bedeng 27: untuk menyebut wilayah di kelurahan Sumbersari
  • Bedeng 28, 29: untuk menyebut wilayah di kelurahan Purwosari
  • Bedeng 30-67: untuk menyebut wilayah di daerah Batanghari dan Sekampung.

Bedeng di Kota Metro kini sering disebut juga dengan sebutan Distrik yang membuat semakin menguatkan akan kentalnya sejarah bekas kolonisasi penjajahan Belanda di kota ini. Di Kota Metro banyak masyarakat yang menyebutkan nomor bedeng/distrik tersebut dikarenakan lebih mudah dan familiar.

Setelah ditempati oleh para kolonis dari pulau Jawa, daerah bukaan baru yang termasuk dalam kewedanaan Sukadana yaitu Marga Unyi dan Buay Nuban ini berkembang dengan pesat. Daerah ini menjadi semakin terbuka dan penduduk kolonis pun semakin bertambah, sementara kegiatan perekonomian mulai tambah dan berkembang.

Berdasarkan keputusan rapat Dewan Marga tanggal 17 Mei 1937 daerah kolonisasi ini diberikan kepada saudaranya yang menjadi koloni dengan melepaskannya dari hubungan marga. Dan pada Hari selasa tanggal 9 Juni 1937 nama desa Trimurjo diganti dengan nama Metro. Tanggal 9 Juni inilah yang menjadi dasar penetapan Hari Jadi Kota Metro, sebagaimana yang telah dituangkan dalam perda Nomor 11 Tahun 2002 tentang Hari Jadi Kota Metro.

Masa 1945-1986

Sebelum menjadi kota administratif pada tahun 1986, Metro berstatus kecamatan yakni kecamatan Metro Raya dengan 6 (enam) kelurahan dan 11 (sebelas) desa. Adapun 6 kelurahan itu adalah:

  1. Kelurahan Metro
  2. Kelurahan Mulyojati
  3. Kelurahan Tejosari
  4. Kelurahan Yosodadi
  5. Kelurahan Hadimulyo
  6. Kelurahan Ganjar Agung

Sedangkan 11 desa tersebut adalah:

  1. Desa Karangrejo
  2. Desa Banjar Sari
  3. Desa Purwosari
  4. Desa Margorejo
  5. Desa Rejomulyo
  6. Desa Sumbersari
  7. Desa Kibang
  8. Desa Margototo
  9. Desa Margajaya
  10. Desa Sumber Agung
  11. Desa Purbosembodo

Masa 1986 - 2000

Atas dasar Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1986 tanggal 14 Agustus 1986 dibentuk Kota Administratif Metro yang terdiri dari Kecamatan Metro Raya dan Bantul vang diresmikan pada tanggal 9 September 1987 oleh Menteri Dalam Negeri.

Pada perkembangannya lima desa di sebelah selatan aliran Sungai/Way Sekampung dibentuk menjadi sebuah kecamatan baru, yaitu kecamatan Metro Kibang dan dimasukkan ke dalam wilayah pembantu Bupati Lampung Tengah wilayah Sukadana (sekarang masuk menjadi Kabupaten Lampung Timur).

Dengan kondisi dan potensi yang cukup besar serta ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai, Kotif Metro tumbuh pesat sebagai pusat perdagangan, pendidikan, kebudayaan dan juga pusat pemerintahan, maka sewajarnyalah dengan kondisi dan potensi yang ada tersebut Kotif Metro ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Metro.

Harapan memperoleh Otonomi Daerah terjadi pada tahun 1999, dengan dibentuknya Kota Metro sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1999 yang diundangkan tanggal 20 April 1999 dan diresmikan pada tanggal 27 April 1999 di Jakarta bersama-sama dengan Kota Dumai (Riau), Kota Cilegon, Kota Depok (Jawa Barat ), Kota Banjarbaru (Kalsel) dan Kota Ternate (Maluku Utara).

Kota Metro pada saat diresmikan terdiri dari 2 kecamatan, yang masing-masing adalah sebagai berikut:

Kecamatan Metro Raya, membawahi:

  1. Kelurahan Metro
  2. Kelurahan Ganjar Agung
  3. Kelurahan Yosodadi
  4. Kelurahan Hadimulyo
  5. Kelurahan Banjarsari
  6. Kelurahan Purwosari
  7. Kelurahan Karangrejo

Kecamatan Bantul, membawahi:

  1. Kelurahan Mulyojati
  2. Kelurahan Tejosari
  3. Desa Margorejo
  4. Desa Rejomulyo
  5. Desa Sumbersari

Masa 2000 sampai sekarang

Peta Administrasi Kota Metro

Kota Metro terbagi atas 5 kecamatan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pemekaran Kelurahan dan Kecamatan di Kota Metro, wilayah administrasi pemerintahan Kota Metro dimekarkan menjadi 5 kecamatan yang meliputi 22 kelurahan.

  1. Metro Barat : 11,28  km²
  2. Metro Pusat : 11,71  km²
  3. Metro Selatan : 14,33  km²
  4. Metro Timur : 11,78  km²
  5. Metro Utara : 19,64  km²

Kecamatan Metro Pusat

  • Kelurahan Metro
  • Kelurahan Imopuro
  • Kelurahan Hadimulyo Timur
  • Kelurahan Hadimulyo Barat
  • Kelurahan Yosomulyo

Kecamatan Metro Timur

  • Kelurahan Iringmulyo
  • Kelurahan Yosodadi
  • Kelurahan Yosorejo
  • Kelurahan Tejosari
  • Kelurahan Tejoagung

Kecamatan Metro Barat

  • Kelurahan Mulyojati
  • Kelurahan Mulyosari
  • Kelurahan Ganjar Asri
  • Kelurahan Ganjar Agung

Kecamatan Metro Utara

  • Kelurahan Banjar Sari
  • Kelurahan Karang Rejo
  • Kelurahan Purwosari
  • Kelurahan Purwoasri

Kecamatan Metro Selatan

  • Kelurahan Sumbersari
  • Kelurahan Margorejo
  • Kelurahan Margodadi
  • Kelurahan Rejomulyo

Geografis

Batas wilayah

Kota Metro memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Utara Punggur, Lampung Tengah dan Pekalongan, Lampung Timur
Timur Pekalongan, Lampung Timur dan Batanghari, Lampung Timur
Selatan Metro Kibang, Lampung Timur
Barat Trimurjo, Lampung Tengah

Kondisi tanah

Berdasarkan karakteristik topografinya, Kota Metro merupakan wilayah yang relatif datar dengan kemiringan <6°, tekstur tanah lempung dan liat berdebu, berstruktur granular serta jenis tanah podzolik merah kuning dan sedikit berpasir. Sedangkan secara geologis, wilayah Kota Metro di dominasi oleh batuan endapan gunung berapi jenis Qw.

Iklim

Metro
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
349
 
30
22
 
 
300
 
31
22
 
 
288
 
31
23
 
 
196
 
32
23
 
 
142
 
32
22
 
 
126
 
31
22
 
 
91
 
31
22
 
 
91
 
31
22
 
 
96
 
31
22
 
 
119
 
32
22
 
 
189
 
32
23
 
 
304
 
31
23
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: Climate-Data.org [16]

Wilayah Kota Metro yang berada di Selatan Garis Khatulistiwa pada umumnya beriklim humid tropis dengan kecepatan angin rata-rata 70 km/hari. Ketinggian wilayah berkisar antara 25–60 m dari permukaan laut (dpl), suhu udara antara 26 °C 34 °C, kelembaban udara 80%-91% dan rata-rata curah hujan per tahun 2.264 sampai dengan 2.868 mm.

Data iklim Metro
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 29.9
(85.8)
30.6
(87.1)
31.2
(88.2)
31.7
(89.1)
31.6
(88.9)
31.3
(88.3)
31.1
(88)
31.2
(88.2)
31.4
(88.5)
31.9
(89.4)
31.7
(89.1)
30.8
(87.4)
31.2
(88.2)
Rata-rata terendah °C (°F) 22.4
(72.3)
22.4
(72.3)
22.6
(72.7)
22.5
(72.5)
22.3
(72.1)
21.8
(71.2)
21.7
(71.1)
21.6
(70.9)
22.0
(71.6)
22.2
(72)
22.6
(72.7)
22.5
(72.5)
22.2
(72)
Presipitasi mm (inci) 349
(13.74)
300
(11.81)
288
(11.34)
196
(7.72)
142
(5.59)
126
(4.96)
91
(3.58)
91
(3.58)
96
(3.78)
119
(4.69)
189
(7.44)
304
(11.97)
2.291
(90,2)
Sumber: Climate-Data.org [16]

Penggunaan lahan

Pola penggunaan lahan di Kota Metro secara garis besar dikelompokan ke dalam dua jenis penggunaan, yaitu lahan terbangun (build up area) dan tidak terbangun. Lahan terbangun terdiri dari kawasan pemukiman, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas perdagangan dan jasa, sedangkan lahan tidak terbangun terdiri dari persawahan, perladangan, dan penggunaan lain-lain.

Kawasan tidak terbangun di Kota Metro didominasi oleh persawahan dengan sistem irigasi teknis yang mencapai 2.982,15 hektar atau 43,38% dari luas total wilayah. Selebihnya adalah lahan kering pekarangan sebesar 1.198,68 hektar, tegalan 94,49 hektar, dan sawah non irigasi sebesar 41,50 hektar

Rencana perluasan wilayah

Dengan alasan historis, kota Metro menegaskan dukungan sepenuhnya atas ekspansi hingga ke Kecamatan Punggur (Lampung Tengah), Pekalongan (Lampung Timur), Trimurjo (Lampung Tengah), dan Metrokibang (Lampung Timur).[17] Namun pihak Lampung Tengah menunggu izin dari pemerintah pusat untuk menyerahkan beberapa kecamatannya.[18]

Pemerintahan

Daftar Walikota Metro

Kota Metro dipimpin oleh seorang Wali kota dikarenakan keadaan dan status wilayah yang ada di Kota Metro. Saat ini, jabatan wali kota Metro dijabat oleh Wahdi dengan jabatan wakil wali kota dijabat oleh Qomaru Zaman. Berikut ini adalah daftar Wali Kota Metro:

No Wali Kota Mulai Jabatan Akhir Jabatan Prd. Wakil Wali Kota Ket.
1 Mozes Herman 2000 2005 1 Lukman Hakim

Joko Umar Said[19]
(Penjabat)
2004 2005

2 Lukman Hakim[20] 20 Agustus 2005 20 Agustus 2010 2 Djohan Dua Periode
20 Agustus 2010 20 Agustus 2015 3 Saleh Chandra
Achmad Chrisna Putra[21]
(Penjabat Sementara)
20 Agustus 2015 17 Februari 2016

3 Ahmad Pairin[22] 17 Februari 2016 17 Februari 2021[23] 4 Djohan
Misnan
(Pelaksana Harian)
17 Februari 2021 26 Februari 2021
4 Wahdi 26 Februari 2021 24 September 2024 5

Qomaru Zaman

Descatama Paksi Moeda
(Penjabat Sementara)
24 September 2024 Petahana[24]

Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Metro dalam tiga periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014–2019[25] 2019–2024[26][27] 2024–2029
PKB 2 Steady 2 Kenaikan 3
Gerindra 3 Penurunan 0 Kenaikan 2
PDI-P 4 Kenaikan 5 Steady 5
Golkar 3 Kenaikan 6 Penurunan 4
NasDem 2 Kenaikan 3 Kenaikan 4
PKS 3 Kenaikan 4 Steady 4
Hanura 1 Penurunan 0 Steady 0
PAN 3 Penurunan 2 Penurunan 0
Demokrat 4 Penurunan 3 Steady 3
Jumlah Anggota 25 Steady 25 Steady 25
Jumlah Partai 9 Penurunan 7 Steady 7

Pada Pemilu Legislatif 2014, DPRD Kota Metro adalah sebanyak 25 orang dan tersusun dari perwakilan 9 partai.[28]

No Jabatan Nama Partai Politik
1 Ketua DPRD Tondi Muammar Ghadaffi N., S.T[29] Partai Golkar
2 Wakil Ketua DPRD Hj. Anna Morinda, SE,MM[30] PDIP
3 Wakil Ketua DPRD Ahmad Kuseini, M.Pd [31] PKS

Perangkat Pemerintahan

Kota Metro dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1999 yang peresmiannya dilakukan di Jakarta pada tanggal 27 April 1999. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Metro pada mulanya dibentuk melalui Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2001 yang terdiri dari 9 Dinas Otonom Daerah, yaitu: 10 Bagian Sekretariat Daerah, 4 Badan dan 2 Kantor. Dalam perkembangan berikutnya, dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003, Pemerintah Daerah Kota Metro melakukan penataan organisasi Perangkat Daerah sebagaimana diatur dalam Perda Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Metro adalah sebagai berikut:

  1. Sekretariat Daerah, terdiri dari:
    1. Asisten I/Pemerintahan, meliputi Bagian Pemerintahan, Bagian Hukum, Bagian Humas dan Protokol.
    2. Asisten II/Pembangunan, meliputi Bagian Perekonomian, Administrasi Pembangunan, Kesejahteraan Rakyat dan Pemberdayaan Perempuan.
    3. Asisten III/Administrasi, meliputi Bagian Organisasi, Bagian Keuangan Bagian Perlengkapan dan Bagian Umum.
  2. Sekretariat DPRD, terdiri dari:
    1. Bagian Persidangan
    2. Bagian Hukum
    3. Bagian Keuangan
    4. Bagian Umum
  3. Dinas Daerah, terdiri dari:
    1. Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan
    2. Dinas Kesehatan
    3. Dinas Pekerjaan Umum Dan Tata Ruang
    4. Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman
    5. Dinas Sosial
    6. Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
    7. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak
    8. Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian Dan Perikanan
    9. Dinas Lingkungan Hidup
    10. Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
    11. Dinas Perhubungan
    12. Dinas Komunikasi Dan Informatika
    13. Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Usaha Menengah Dan Perindustrian
    14. Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
    15. Dinas Kepemudaan, Olahraga Dan Pariwisata
    16. Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Daerah
    17. Dinas Perdagangan
  4. Lembaga Teknis Daerah dan Badan, terdiri dari:
    1. Inspektorat Kota Metro
    2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
    3. Badan Kepegawaian Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
    4. Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana
    5. Rumah Sakit Umum Ahmad Yani
    6. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
    7. Kantor Pelayanan Administrasi Perizinan Terpadu
    8. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
    9. Satuan Polisi Pamong Praja
    10. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
    11. Badan Pengelolaan Pajak Dan Retribusi Daerah
    12. Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kecamatan

Kota Metro terdiri dari 5 kecamatan dan 22 kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 165.368 jiwa dengan luas wilayah 61,79 km² dan sebaran penduduk 2.676 jiwa/km².[32][33]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Metro, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Kodepos[34] Jumlah
Kelurahan
Daftar
Kelurahan
18.72.03 Metro Barat 34131-34134 4
18.72.01 Metro Pusat 34111-34115 5
18.72.05 Metro Selatan 34136-34139 4
18.72.04 Metro Timur 34141-34145 5
18.72.02 Metro Utara 34126-34129 4
TOTAL 22

Pelayanan publik

Rumah sakit, puskesmas, dan klinik

  • RSUD Ahmad Yani Metro
  • RS Islam Metro
  • RS Mardi Waluyo
  • RSU Muhammadiyah
  • RS AMC (Anugerah Medical Center)
  • RS Bersalin Asih 15A Iringmulyo
  • Rumah Sakit Azizah, 15B Timur
  • RSIA Permata Hati
  • Puskesmas Rawat Inap Metro Pusat
  • Puskesmas Rawat Inap Metro Utara
  • Puskesmas Rawat Inap Metro Selatan
  • Puskesmas Rawat Inap Metro Timur
  • Puskesmas Rawat Inap Metro Barat
  • Klinik Laodikia, Hadimulyo Timur
  • Klinik Hadi Wijaya, Hadimulyo Timur

Perpustakaan

Untuk mendukung Metro sebagai kota pendidikan dibangun sebuah gedung perpustakaan di jantung kota tepatnya di Kawasan II Pusat Pemerintahan Kota Metro. Bangunan ini dilengkapi sumber pustaka, arsip daerah dan sejarah, Koneksi Internet WiFi fiber optic kecepatan tinggi dan air conditioner (AC). Perpustakaan ini dibangun sejak tahun 2002. Perpustakaan yang dibiayai anggaran pemerintah daerah ini merupakan langkah awal jangka panjang menyediakan jasa pendidikan bagi masyarakat Kota Metro dan kabupaten sekitarnya.

Hotel

  • Hotel Aida Grande
  • Hotel Grand Venetian
  • Hotel Masdalifa
  • Hotel Indah Permai
  • Hotel Citra II
  • Hotel Citra III
  • Hotel Familie 2
  • Hotel Nuban
  • Hotel Grand Skuntum
  • Hotel Gracia
  • Hotel Masdalifa
  • Hotel Nusantara
  • Hotel Baranang Siang
  • Wisma Sakinah syariah
  • Wisma Zahra
Masjid Taqwa di Alun Alun Kota Metro

Rumah ibadah

  • Masjid Taqwa Kota Metro
  • Majid Al-Mujahidin Komplek Muhammadiyah Metro
  • Masjid Agung Nurul Huda, Ganjar Agung Kota Metro
  • Gereja Kristen Indonesia Metro
  • Gereja Katolik Hati Kudus Yesus 21a Metro
  • Wihara Buddha Dharma Dipa, 15a Kota Metro
  • Pura Giri Natha, 16c Metro Barat

Fasilitas olahraga dan Ruang Terbuka Hijau

  • Taman Merdeka Kota Metro (atau Alun-Alun Metro)
  • Gedung Olah Raga (GOR) Jurai Siwo
  • Lapangan Tenis Rumdis Wali kota Metro
  • Stadion Tejosari Metro Timur
  • Samber Park Metro Pusat
  • Lapangan Hadimulyo Barat
  • Lapangan Hadimulyo Timur (Lap. SD)
  • Lapangan Futsal di berbagai tempat seperti Intan Sport dan Wawai Sport Center
  • Taman Mulyojati Metro Barat
  • RHT Karang Rejo Metro Utara

Landmark atau ikon kota

  • Tugu Pena Buku, Alun Alun Kota Metro
  • Tugu Meterm, Taman Merdeka Metro, Metro
  • Menara PAM, Kota Metro
  • Tugu pesawat Latsitardanus, Kota Metro
  • Monumen Buku dan Pena, perbatasan Kelurahan Ganjar Agung, Kota Metro dan Kecamatan Trimurjo, Lampung Tengah
  • Masjid Taqwa, Kota Metro
  • Monumen Pengantin Lampung

Hutan kota

Saat ini Metro sedang meletakkan dasar bagi perkembangan sebuah kota masa depan. Ruang publik dan hutan kota dirawat dan ditambah untuk paru-paru kota dan tempat komunikasi warga. Hutan kota yang terdaftar yaitu:

  • Hutan Kota Linara Tejoagung - Metro Timur
  • Hutan Kota Stadion Tejosari – Metro Timur
  • Hutan Kota Terminal 16 C Mulyojati – Metro Barat
  • Hutan Kota Tesarigaga Ganjarasri dan Ganjaragung - Metro Barat
  • Hutan Kota Rejomulyo, SMAN 6 Metro Selatan

Taman kota

  • Taman Merdeka, Alun Alun Kota Metro
  • Taman Demokrasi di Kelurahan Ganjar Agung, Metro Barat
  • Taman Mulyojati, Metro Barat
  • Taman Hutan Kota 16C Metro Barat
  • Taman Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Keluruhan Iringmulyo Metro Timur
  • Taman Wawai, Dinas Pertanian dan Perikanan, Ganjar Agung, Metro Barat

Pariwisata

Objek Wisata

  • Waterpark and Waterboom Palem Indah
  • Taman Metro Indonesia Indah (TMII)
  • Kolam Renang Stadion Tejosari
  • Bendungan Dam Way Raman
  • Jembatan Gantung 28, Metro Utara
  • Grand Charly VHT Family Karaoke
  • Jembatan Gantung Pelita, Rejomulyo, Metro Selatan
  • Timezone Center, Chandra Dept. Store Lt.3 Kota Metro
  • Goa Prasejarah Wara, 24 Stadion Tejosari, Metro Timur
  • Goa Prasejarah Macan Putih, 24 Stadion Tejosari, Metro Timur
  • Wisata Alam Sawah Bertingkat, 26 Metro Selatan
  • Wisata Alam Sumbersari, Rejomulyo Metro Selatan
  • Flying Fox Zipline Sumbersari, Metro Selatan

Event khusus atau acara besar

Walaupun Kota Metro merupakan kota kecil, tetapi event dan acara besar sering ditemui setiap tahunnya. Selain mempromosikan Kota Metro,Event ini juga dimanfaatkan sebagai destinasi wisata daerah.

  • Metro Fair

Metro Fair adalah pameran tahunan yang ada di Kota Metro. Metro Fair biasanya berlangsung selama satu minggu penuh atau lebih dari awal Juni untuk memperingati hari jadi Kota Metro.

Metro Fair pertama diadakan pada tahun 2000. Sampai saat ini setiap tahun penyelenggaraannya tidak pernah terputus. Dari 2000 sampai 2016 Metro Fair sering berlangsung di Lapangan Samber. Namun dalam beberapa tahun yang lalu, Metro Fair pernah diadakan di Stadion Tejosari, 24 Metro Timur namun pengunjung yang datang sedikit akibat jarak tempuh yang jauh dan kurangnya akomodasi angkutan umum ke tempat acara.

  • MTQ Tingkat Kota Metro

Ajang MTQ sudah lama ada di Kota Metro. Kota Metro pernah menjadi tuan rumah MTQ Provinsi Lampung ke 43[35]. Ajang MTQ Kota Metro tidak hanya lagu yang dilombakan, juga termasuk cerdas cermat, pidato, kaligrafi, dan lain sebagainya.MTQ juga diselenggarakan antar dan di dalam instansi tertentu.

  • Festival Putri Nuban

Nama Festival Putri Nuban (FPN) mulai dikenalkan sejak tahun 2013, ketika Kota Metro genap berusia 76 tahun. Festival ini turut merayakan hari ulang tahun Kota Metro yang biasanya digelar setiap tanggal 9 Juni yang disebut Metro Fair. Penamaan Nuban sendiri berasal dari nama keresidenan/marga yang memberikan sebagian wilayahnya (termasuk Keresidenan Sukadana) kepada kolonis pada masa penjajahan dahulu sebagai pengingat jasa dan kerendahan hati kebuayan nuban kepada kolonis yang datang di bumi Lampung.

Bioskop

Walau Metro sebuah kota kecil, tempo dulu sekitar tahun 1990-an telah bediri 4 bioskop yaitu Nuban Ria Theater, Metropole Theather, Department Store Chandra, dan Bioskop Metro Theater Shopping (Pertokoan Metro). Namun kini tak ada satupun yang masih bertahan. Bahkan, bangunan bioskop sudah digantikan dengan bangunan yang baru atau dialih fungsikan seperti Bioskop Nuban Ria yang dihancurkan dan diganti dengan Ruko Nuban Center senada dengan Metropole Theater, Department Store Chandra yang beralih fungsi sebagai kanal fashion di Departement Store Chandra.

Berkas:KeripikPisangMetro.PNG
Keripik Pisang Khas Metro, Lampung

Kuliner

  • Sentra Kuliner Sumur Bandung

Kota Metro terkenal dengan jajanan dan kulinernya yang lezat dan harga yang murah. Sentra kuliner sumur bandung merupakan pusat kuliner yang lengkap dan menjadi tempat makan dan berkumpul bagi masyarakat kota metro dan kabupaten di sekitarnya. Lokasinya terletak di Kompleks pertokoan Sumur Bandung dan buka pada sore menjelang malam hari.

  • Keripik pisang

Keripik pisang merupakan oleh-oleh khas Lampung yang dijual di Yosodadi, Distrik 21 Metro Timur, Supermarket lokal, serta deretan Toko oleh-oleh di Distrik 21. Perbedaan dari keripik pisang khas lampung lainnya dengan Kota Metro yaitu jenis keripik yang sekali makan (Bit size) dan berpori (berlubang lubang) seperti waffle dengan rasa yang bermacam-macam, contohnya yang paling populer yaitu keripik pisang rasa coklat, original, keju, susu, melon, moka, dan lain-lain dengan berbagai merk dan kemasan.

  • Kemplang

Kemplang merupakan sebuah jenis kerupuk yang digoreng dengan pasir atau dipanggang yang menimbulkan rasa khas. Kemplang dapat dijumpai di daerah Distrik 22a tepatnya Kelurahan Hadimulyo Timur dan Distrik 15b Timur, Kelurahan Imopuro Metro Pusat.

  • Seruit dan pindang

Makanan Asli Khas Lampung dan Sumatra Selatan ini banyak sekali dijumpai di Kota Metro, Seperti di Pindang Meranjat Riu (21 Yosomulyo), Ibung Err (Distrik 21c), Rumah Makan Omega (Kodim Distrik 22 Hadimulyo Barat), RM Seruwit Hj. Yohana (24 Tejoagung).

Bank dan ATM

Semua bank pemerintah dan swasta nasional sudah semuanya memliki cabang di Metro. ATM dengan mudah dapat ditemui di dalam wilayah kota ini.

  • ATM BNI: Kantor Pusat BNI di 21, RS Ahmad Yani, RS Mardi Waluyo, Kampus 15A, Chandra Supermarket, perempatan terminal 16c, RS Muhammadiyah
  • ATM Mandiri: Kantor Pusat Bank Mandiri di 21 Metro, Chandra Supermarket, PB Swalayan 15A, RS Mardiwaluyo
  • ATM BRI: Kantor Pusat BRI di Jl. Jend. Soedirman (Samping Bank Danamon), Depan Polres Metro, 15B Timur (Samping Creative Computer)
  • ATM BCA: Kantor Pusat Bank Mandiri di Jl Jend. Soedirman, Chandra Supermarket, dan Pertokoan M3
  • ATM Bank Eka: Kantor Pusat Bank Eka di Jl. Ahmad Yani, Iringmulyo 15A, Metro Timur
  • ATM Bank Mega: Kantor Pusat Bank Mega Jl. Jend. Sudirman (Depan Gereja Kristen Indonesia (GKI) )
  • ATM Bank Danamon, Kantor Pusat Bank Danamon (Depan Pertokoan M3)
  • ATM Bank Sinarmas, Kantor Pusat Pertokoan Metro Mega Mall (M3)
  • ATM Bank Lampung: Kantor Pusat Bank Lampung, Alun Alun Kota Metro

Kepolisian (keamanan publik)

Di Kota Metro terdapat Polresta Metro yang membawahi beberapa Polsek seperti:

  • Polsek Metro Pusat
  • Polsek Metro Timur
  • Polsek Metro Barat
  • Polsek Metro Selatan
  • Polsek Metro Utara.

Militer

  • Kodim 0411 Lampung Tengah di Hadimulyo Barat Metro Pusat
  • Koramil Iringmulyo Metro Timur

Demografi

Berdasarkan sensus BPS, kota ini memiliki populasi penduduk sebanyak 160,729 jiwa (sensus 2016),[1] dengan luas wilayah sekitar 68,74 km2.

Agama

Islam adalah agama mayoritas yang dianut masyarakat Kota Metro. Selain itu ada juga yang beragama Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu.

Etnis dan suku bangsa

Mayoritas penduduk kota Metro berasal dari etnis Jawa. Etnis berikutnya yang cukup mudah ditemui di Kota Metro yaitu Suku Lampung, Suku Sunda, Suku Banten, Suku Batak, Suku Minang, Suku Palembang, Etnis Melayu dan Etnis Tionghoa. Etnis Jawa di Kota Metro tersebar di hampir semua kawasan kota dan umumnya telah membaur dengan etnis lain sejak masa kolonialisme.

Bahasa

Masyarakat Metro yang plural menggunakan berbagai bahasa seperti bahasa setempat yang disebut Bahasa Lampung dan beberapa bahasa daerah lainnya seperti Bahasa Jawa, Bahasa Minang, Bahasa Sunda namun umumnya masyarakat menggunakan Bahasa Indonesia. Program kolonisasi yang dilakukan Belanda terhadap transmigran dari jawa serta pembukaan lahan yang dilakukan oleh kolonis yang dibawa oleh Belanda tersebut, membuat di Kota Metro banyak dijumpai Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari.

Mata pencaharian penduduk

Mata pencaharian penduduk Kota Metro pada tahun 2005 bergerak pada sektor pemerintahan (28,56%), sektor perdagangan (28,18), sektor pertanian (23,97%), transportasi dan komunikasi (9,84%) serta konstruksi (5,63%). Metro tidak hanya menjadi tempat mencari nafkah penduduknya. Penduduk kabupaten yang berbatasan langsung dengan wilayah ini, seperti Lampung Tengah dan Lampung Timur yang mencari nafkah dengan berdagang dan menjual jasa. Karena itu, di pagi, siang dan sore hari penduduk Metro lebih padat dibanding jumlah penduduk resminya.

Ekonomi

Daftar pusat perbelanjaan di Kota Metro

  • Pasar Modern Metro
  • Pertokoan M3 (Metro Mega Mall)
  • Shopping Center atau Pertokoan Metro
  • Department Store & Mall Chandra Metro
  • PB Swalayan
  • Supermarket & Mall Bahan Bangunan Indo Metro
  • PB Kado 21 dan Swalayan
  • Chandra Mart
  • Rumah Belanja Chandra
  • Supermarket Superindo

Daftar pasar tradisional di Kota Metro

  • Pasar Kopindo[36]
  • Pasar Cendrawasih
  • Pasar Margorejo[36]
  • Pasar Tradisional Modern Tejoagung (24)
  • Pasar Tradisional 24
  • Pasar Burung dan Unggas Ganjar Agung
  • Kompleks Nuban Center
  • Kompleks Pertokoan Sumur Bandung,

Daftar SPBU di kota Metro

  • SPBU Ganjar Agung, Jl Jenderal Soedirman
  • SPBU 16c, Jl Soekarno Hatta
  • SPBU Kauman, Jl AR Prawiranegara
  • SPBU 21, Jl AH Nasution
  • SPBU 24
  • SPBU Metro Utara

Transportasi

Berkas:ICMetro Tegineneng.jpg
Simpang Susun Tegineneng Timur, Tol Bakter (Bakauheni-Terbanggi Besar), Trans Sumatera

Jalan tol

Pemerintah pusat telah selesai membangun ruas jalan tol trans-Sumatra Bakauheni- Terbanggi Besar. Kota Metro mendapat akses dari tol ini melalui pintu tol Tegineneng Timur yang berjarak sekitar 14 km (15 menit) dari pusat Kota Metro. Dengan demikian, secara tak langsung hal tersebut berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Metro dan meningkatkan aksesibilitas Kota Metro ditinjau dari lajur koneksi Pulau Jawa, Bandar Lampung, dan Palembang. Keberadaan tol ini diharapkan mampu melancarkan distribusi barang dan jasa serta mobilitas penduduk maupun tenaga kerja di Kota Metro agar lebih cepat sehingga potensi-potensi seperti sektor pariwisata dan bisnis dapat lebih dimaksimalkan karena letaknya yang berada di tengah tengah provinsi Lampung.

Jalan raya

Jalan protokol dan jalan utama dihijaukan. Ruas jalan masuk dan keluar Metro mulai dilebarkan tanpa memangkas jalur pedestrian. Sarana jalan bagi kelancaran arus lalu lintas sangat penting artinya bagi kota yang dikenal sebagai kota penting kedua di Provinsi Lampung ini.

Kereta Api

Untuk saat ini Kota Metro belum memiliki jalur kereta api, tetapi Pemerintah Provinsi Lampung telah mengusulkan pengembangan sembilan trase jalur kereta api guna meningkatkan distribusi kekayaan dan mendorong perekonomian lampung. Didalam masterplan tersebut, terdapat 9 prioritas pembangunan jalur kereta api yang diusulkan dan menjadikannya hasil final dari kajian yang dilakukan. Dan Metro mendapatkan trase Tegineneng-Metro dan Metro-Sukadana. Sehingga kedepannya, Kota Metro akan terhubung dengan sistem perkeretaapian nasional di Provinsi Lampung.[37]

Angkutan dalam kota

Terletak 52 kilometer dari Bandar Lampung,[3] Ibu Kota Provinsi Lampung, Metro juga dikenal sebagai Kota Pendidikan. Setiap pagi angkutan umum dari Lampung Tengah, Pesawaran dan Lampung Timur penuh dengan pelajar yang menimba ilmu di kota ini. Demikian sebaliknya di siang hari saat pulang sekolah. Sehingga, angkutan kota tersebar ke segala penjuru wilayah yang mempermudah mobilitas pelajar dan penduduk Metro. Selain itu banyak pula pedagang dari kabupaten tersebut yang melakukan jual beli barang dan jasa di kota ini melalui Angkutan kota.

Berikut daftar trayek angkutan kota di Metro:

No. Keterangan Warna angkot
1. Metro - Yosodadi 21 Biru muda
2. Metro - Purbolinggo, Lam-Tim Biru muda
3. Metro - Tejosari 24 Merah hati
4. Metro - Kampus Merah hati
5. Metro - Sekampung, Lam-Tim Merah hati
6. Metro - Trimurjo Abu-abu
7. Metro - Dist. 21c Ungu
8. Metro - Wates, Lam-Teng Kuning
9. Metro - Punggur, Lam-Teng Biru
10. Metro - Tegineneng, Pesawaran Abu-abu
11. Metro - Simbarwaringin, Lam-Teng Abu-abu
12. Metro - Dist. 16c Orange
13. Metro - Ganjar Agung Abu-abu
14. Metro - Dist. 38, Lam-Tim Merah hati

Saat ini angkutan tersebut banyak yang tidak aktif karena tergerus oleh modernisasi dengan menjamurnya kendaraan roda dua (motor).

Bus

Kota Metro memiliki satu terminal bus besar yaitu Terminal Induk Mulyojati 16C yang merupakan Terminal Terbesar di Kota Metro dan salah satu tersibuk di Lampung, selain itu terdapat Terminal Kota Metro. Terminal Induk Mulyojati 16C melayani rute jarak dekat, menengah, dan jauh (AKAP) yang melayani rute ke kota-kota di Sumatra dan Jawa. Terminal Induk Mulyojati 16C belum pernah dilakukan renovasi sejak pertama dibangun, sehingga kesan kumuh dan tak terawat tampak jelas di terminal ini. Namun, beberapa calon penumpang masih betah memasuki area terminal terbesar di kota itu. Sejauh ini keadaan teminal sudah cukup kondusif ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Di dalam terminal sudah tidak ada lagi tindakan-tindakan yang dapat menggangu kenyamanan dan keamanan para penumpang. Selain itu, Kota Metro menyediakan bus sekolah gratis untuk siswa dan mahasiswa yang berada di Kota Metro ke rute yang telah ditentukan. Bus Sekolah berkumpul di alun alun Kota Metro pada pukul 06:00 dengan keberangkatan pukul 06:30 WIB

Pendidikan

Sebagai Kota Pendidikan, Kota Memiliki fasilitas pendidikan yang mendukung dan sangat baik

Perguruan tinggi negeri

Perguruan tinggi swasta dan akademi

Pemerintah Kota Metro telah mengupayakan agar Universitas Lampung membuka Fakultas Hukum di Metro (tidak lagi difungsikan dan menjadi Universitas Terbuka) namun beredar kabar rencana tersebut telah dibatalkan.

Media massa

Televisi

Kota Metro juga memiliki beberapa terdiri dari 21 buah stasiun televisi bersiaran nasional dan lokal.

Hingga ssat ini telah aktif 3 mux televisi digital yang dapat ditangkap di wilayah Kota Metro:

  • Mux TVRI, Kanal 33 UHF atau 570 MHz, berisi :
    1. TVRI Nasional
    2. TVRI Lampung
    3. TVRI Kanal 3
    4. TVRI Sport HD
  • Mux Viva Group / ANTV, Kanal 37 UHF atau 602 MHz, berisi
    1. ANTV
    2. tvOne
  • Mux Media Group, Kanal 41 UHF atau 634 MHz, berisi
    1. Metro TV

Telekomunikasi

Telekomunikasi dan jaringan sudah berjalan dengan baik Seperti jaringan telpon, internet kabel Fiber Optik berkecepatan tinggi dan jaringan 4G LTE untuk beberapa operator telekomunikasi sudah berjalan dengan cukup baik seperti Smartfren, Three, Telkomsel dan Indosat . Namun, XL Axiata hanya mendukung di beberapa distrik kawasan dan sekitar Alun Alun Kota Metro saja. Selebihnya jaringan HSPA, EVDO, 3G, 1x dan 2G (EDGE) sudah 100% didukung oleh seluruh operator GSM dan CDMA terkemuka. Ini semua untuk menunjang fasilitas publik dan Visi Kota Metro sebagai kota pendidikan yang unggul dan masyarakatnya yang sejahtera.

Radio

  • Radio Ramayana, FM
  • Radio Kartika, FM 99,5
  • Radio SSB FM
  • Radio Duta Paramita, AM
  • Radio Metropolis
  • Radio Ramanda(Radio MAN 1 Metro)

Referensi

  1. ^ a b Kota Metro Dalam Angka 2020. BPS Kota Metro. 02-2020. hlm. 25. ISBN 978-602-6819-53-6. 
  2. ^ "Lampung Dalam Angka 2016"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-09. Diakses tanggal 2017-07-27. 
  3. ^ a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-17. Diakses tanggal 2016-06-10. 
  4. ^ Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 18
  5. ^ Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 2
  6. ^ Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 25
  7. ^ Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 20
  8. ^ a b c Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 28
  9. ^ Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 29–30
  10. ^ Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 30
  11. ^ Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 31–39
  12. ^ Prahana 1997, hlm. 20
  13. ^ a b Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 48–50
  14. ^ a b Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 54
  15. ^ Sudarmono & Edi Ribut Harwanto 2004, hlm. 58–59
  16. ^ a b http://id.climate-data.org/location/570884/
  17. ^ http://www.radarlampung.co.id/read/lampung-raya/lamteng-metro/49441-ekspansi-metro-mencuat-lagi-[pranala nonaktif permanen]
  18. ^ http://www.radarlampung.co.id/read/lampung-raya/lamteng-metro/49726--ambil-saja-kalau-bisa-[pranala nonaktif permanen]
  19. ^ "Joko Umar Said". lampung-script.berani.web.id. Diakses tanggal 2019-02-12. 
  20. ^ "Pemerintah Kota Metro". Indoplaces.com. Diakses tanggal 2019-02-12. 
  21. ^ Pilar, Harian (2015-09-14). "Chrisna Putra Pertahankan Predikat Metro Kota Pendidikan". Harian Pilar. Diakses tanggal 2019-02-12. 
  22. ^ Feb 2016, Ahmad Romadoni 17; Wib, 14:59. "Lantik Wali Kota dan Bupati di Lampung, Ini Imbauan Ketua MPR". liputan6.com. Diakses tanggal 2019-02-12. 
  23. ^ "Karangan Bunga Banjiri Pemkot Metro Akhir Masa Jabatan Walikota dan Wakil Walikota Metro". Haluan Indonesia. 2021-02-17. Diakses tanggal 2021-02-20. 
  24. ^ dinamik, redaksi (2024-09-24). "Jadi Pjs Walikota Metro, Descatama Paksi Moeda Prioritaskan Netralitas ASN dan Stunting". Dinamik. Diakses tanggal 2024-10-12. 
  25. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Metro Periode 2014-2019
  26. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Metro 2019-2024
  27. ^ "Web Resmi DPRD Kota Metro Propinsi Lampung". dprd.metrokota.go.id. Diakses tanggal 2022-06-19. 
  28. ^ "Website Resmi DPRD Kota Metro lampung" (dalam bahasa Indonesia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-14. Diakses tanggal 2019-02-14. 
  29. ^ "Ketua I DPRD Kota Metro lampung" (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2019-02-14. 
  30. ^ "Ketua II DPRD Kota Metro lampung" (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2019-02-14. 
  31. ^ "Ketua III DPRD Kota Metro lampung" (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2019-02-14. 
  32. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  33. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  34. ^ Kode Pos Kota Metro
  35. ^ "Metro Tahun Ini Akan Jadi Tuan Rumah MTQ Tingkat Provinsi". Tribun Lampung. Diakses tanggal 2016-11-14. 
  36. ^ a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-07-01. Diakses tanggal 2016-06-10. 
  37. ^ developer, Lampost co (2019-02-13). "Pemprov Usulkan Pembangunan Sembilan Jalur Kereta Api, ini Lokasinya". LAMPOST.CO - PORTAL BERITA LAMPUNG TERKINI. Diakses tanggal 2019-02-14. 

Bacaan lanjutan

  • Prahana, Naim Empel (1997). Cerita rakyat dari Lampung (dalam bahasa Indonesian). 2. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. ISBN 979-669-015-2. 
  • Sudarmono; Edi Ribut Harwanto, ed. (2004). Metro: Desa Kolonis Menuju Metropolis (dalam bahasa Indonesian). Metro, Indonesia: Bagian Humas dan Protokol Setda Kota Metro. 

Pranala luar