Nabi dan rasul dalam Islam
Bagian dari seri tentang |
Islam Sunni |
---|
Portal Islam |
Dalam Islam, nabi (نبي, nabī; jamak: أنبياء, anbiyāʾ) adalah seorang yang mendapat wahyu dari Allah. Di antara para nabi, ada juga yang merupakan rasul (رسول, rasūl; jamak: رسل, rusul), yakni seorang yang mendapat wahyu Allah dan wajib menyebarkan ajarannya.
Mengimani nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Di antara para nabi, Adam merupakan nabi pertama, sedangkan Muhammad merupakan nabi terakhir. Di antara para rasul, ada lima orang yang mendapat gelar ulul 'azmi, yakni para rasul yang memiliki ketabahan luar biasa. Mereka adalah Nuh, Ibrahim, Musa, 'Isa, dan Muhammad.
Sebelum Nabi Muhammad diutus, Allah telah mengutus rasul-rasul pada tiap-tiap umat. Ajaran atau syari'at para rasul ini berbeda-beda dan hanya ditujukan khusus untuk umatnya saja. Nabi Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir dan diutus untuk seluruh umat manusia. Syari'atnya menyempurnakan ajaran para rasul terdahulu. Meski terdapat perbedaan, inti semua ajaran nabi dan rasul adalah tauhid atau pengesaan Allah.
Tidak semua nabi dan rasul disebutkan nama dan kisahnya dalam Al-Qur'an maupun hadits. Selain itu, ada beberapa tokoh yang dikenal dalam literatur Islam, tetapi status kenabiannya diperdebatkan, seperti Khidir, Luqman al-Hakim, Dzulqarnain, dan Maryam.
Ayat
"Katakanlah, 'Kami beriman kepada Allah dan kepada yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, dan anak cucunya, dan yang diberikan kepada Musa dan 'Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.'"
— Ali 'Imran (3): 84
Etimologi
Kata "nabi" berasal dari kata naba yang berarti "dari tempat yang tinggi", atau na-ba-a artinya berita. Jadi nabi adalah seorang yang ditinggikan derajatnya dengan diberikan berita (wahyu) dari Allah.
Rasul berasal dari kata ar-sa-la artinya mengutus. Dengan demikian, rasul adalah seorang yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan pesan (ar-risalah) kepada manusia.
Perbedaan nabi dan rasul
Para ulama menyebutkan banyak perbedaan antara nabi dan rasul, di antaranya:
- Seorang rasul sudah pasti seorang nabi, tapi seorang nabi belum tentu seorang rasul.
- Nabi sebatas menerima wahyu tanpa keharusan untuk mendakwahkannya, sedangkan seorang rasul wajib mendakwahkannya kepada kaumnya.
- Jenjang kerasulan lebih tinggi daripada jenjang kenabian, "Rasul lebih utama daripada nabi berdasarkan ijma’, karena rasul diistimewakan dengan risalah, yang mana (jenjang) ini lebih ringgi daripada jenjang kenabian".[1]
- Nabi pertama adalah Adam, sementara rasul pertama adalah Nuh.
- Rasul diutus kepada kaum yang kafir, sedangkan nabi diutus kepada kaum yang telah beriman.
"Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya."
"Dulu Bani Israil diurus (dipimpin) oleh banyak nabi. Setiap kali seorang nabi wafat, maka digantikan oleh nabi setelahnya." — HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
- Para rasul diutus dengan membawa syari’at/hukum baru, sedangkan nabi hanya mengikuti hukum dan aturan dari rasul sebelumnya.
"Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang."
— [Qur'an Al-Ma’idah:048]
"...dan untuk menghalalkan bagi kalian sebagian yang dulu diharamkan untuk kalian."
— [Qur'an Ali Imran:050]
"Dihalalkan untukku ghonimah dan dijadikan untukku bumi sebagai mesjid (tempat sholat) dan alat bersuci (tayammum)." — HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Jabir
- Seluruh rasul diselamatkan dari percobaan pembunuhan dari umatnya, tetapi sebagian para nabi pernah dibunuh oleh umatnya. Ibnu Katsir berkata bahwa, Ibnu Abi Hatim meriwayatkan sebuah hadits dari sahabat Abu Ubaidah, ia mengatakan bahwa umat Yahudi pernah membunuh 43 nabi sekaligus di pagi hari, kemudian ada sekelompok orang shalih yang menentang pembunuhan tersebut, tetapi di sore harinya sekelompok orang shalih tersebut dibunuh mereka pula.
"...dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan”.
— [Qur'an Al-Baqarah:061]
"Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?"
— [Qur'an Al-Baqarah:091]
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih."
— [Qur'an Ali Imran:021]
Al Quran juga secara eksplisit mendefinisikan mana yang termasuk ke dalam golongan Rasul dan mana yang termasuk ke dalam golongan Nabi. Sebagai contoh, Musa adalah nabi dan Rasul, berdasarkan ayat ini :
"Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Musa di dalam Kitab (Al-Qur'an). Dia benar-benar orang yang terpilih, seorang rasul dan nabi.”.
— [Qur'an Maryam:051]
Sedangkan Harun adalah nabi :
"Dan Kami telah menganugerahkan sebagian rahmat Kami kepadanya, yaitu (bahwa) saudaranya, Harun, menjadi seorang nabi.”.
— [Qur'an Maryam:053]
Ulul 'Azmi
Di antara para nabi, ada yang berstatus sebagai rasul. Di antara para rasul, ada yang menerima gelar ulul 'azmi (أولوالعزم), yakni gelar khusus bagi golongan rasul pilihan yang mempunyai ketabahan luar biasa. Mereka yang bergelar ulul 'azmi adalah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, 'Isa, dan Muhammad.
Karakteristik
Ajaran tauhid
Semua inti ajaran nabi dan rasul adalah tauhid atau mengesakan Allah.
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku."
— [Qur'an Al-Anbiya':025]
Dalam berdakwah, seorang rasul berperan sebagai basyir (pembawa kabar gembira) dan nadzir (pemberi peringatan).
"Sungguh, Kami mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan engkau tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka."
— [Qur'an Al-Baqarah:119]
Ma'shum
Para nabi dan rasul memiliki sifat ma'shum, yakni terjaga dari dosa. Ma’shum adalah terjemahan dari kata ‘ish-mah dalam bahasa Arab, berasal dari kata ‘ashama (عَصَمَ). Imam Ibnu Qutaibah rahimahullah berkata, “’Ashama (عَصَمَ) artinya mana’a, darinya muncul kata ‘ish-mah (اَلْعِصْمَةُ) dalam agama, yaitu: terjaga dari kemaksiatan.[2]
Menurut Ahlus Sunnah wal Jamâ’ah, ma'shum adalah sifat para nabi, yakni terjaga dari kesalahan dalam menyampaikan agama, juga dari dosa-dosa besar. Adapun dosa-dosa kecil, atau lupa dan keliru, maka para nabi terkadang mengalaminya. Jika para nabi melakukan kesalahan, maka Allâh segera meluruskannya.
Lembaga fatwa Kerajaan Arab Saudi, al-Lajnah ad-Dâimah, menyatakan, “Para nabi dan rasul terkadang berbuat kesalahan, tetapi Allah Azza wa Jalla tidak membiarkan mereka dalam kesalahan mereka, bahkan Allah menjelaskan kesalahan mereka kepada mereka, karena kasih sayang (Nya) kepada mereka dan umatnya, dan Allah memaafkan ketergelinciran mereka serta menerima taubat mereka, karena karunia dan rahmat dari-Nya, dan Allâh Maha Pengampun dan Pengasih.”[3]
Mukjizat
Dalam menjalankan misi kenabian dan kerasulan, sebagian nabi dan rasul dikaruniai mukjizat. Mukjizat merupakan suatu hal yang terjadi di luar kebiasaan yang digunakan untuk mendukung kebenaran kenabian seorang nabi dan/atau kerasulan seorang rasul, sekaligus melemahkan lawan-lawan/musuh-musuh yang meragukan kebenarannya.
Mukjizat yang ditampilkan para nabi dan rasul tidak lepas dari bentuk-bentuk berikut:
- Ilmu, seperti pemberitahuan tentang hal-hal ghaib yang sudah terjadi ataupun yang akan terjadi
- Kemampuan dan kekuatan, seperti Nabi Musa yang dapat mengubah tongkat menjadi ular besar
- Kecukupan, misalnya perlindungan bagi Nabi Muhammad dari orang-orang yang menginginkan kejahatan kepadanya
Diutus pada tiap umat
Al-Qur'an menyebutkan bahwa telah ada tiap rasul pada tiap umat.
"Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang."
— [Qur'an Al-Ma’idah:048]
"Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan."
Dalam ayat lain, ditegaskan pula bahwa memang ada para rasul yang tidak dikisahkan dalam Al-Qur'an.
"Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu."
— [Qur'an Ghafir:078]
"Jumlah para nabi 124.000 orang, 315 di antara mereka adalah rasul. Banyak sekali." — HR. Ahmad no. 22288
Mengenai hal ini, beberapa ulama seperti Jamaluddin al-Qasimi berpendapat bahwa ada kemungkinan tokoh-tokoh terkenal di masa lampau sebenarnya adalah seorang nabi, seperti Siddhartha Gautama.[4]
Perdebatan
Tokoh
Ada beberapa tokoh yang dikenal baik dalam literatur Islam, tetapi status kenabian mereka masih diperdebatkan.
- Khidir. Mayoritas ahli tafsir menyatakan bahwa dia adalah seorang nabi, meski sebagian menyatakan bahwa dia hanyalah seorang wali.[5]
- Dzulqarnain, raja yang membuat tembok besar untuk memisahkan antara Ya'juj dan Ma'juj dengan manusia yang lain. Sebagian ulama menyatakan bahwa Dzulqarnain hanyalah raja yang shalih dan bukan nabi, sebagian berpendapat bahwa dia adalah nabi. Syaikh Abdul Aziz bin Baz termasuk yang berpendapat bahwa Dzulqarnain adalah seorang nabi.[6]
- Luqman al-Hakim, tokoh yang disebutkan dalam Surah Luqman. Mayoritas ulama menyatakan bahwa dia seorang yang shalih dan dianugerahi kebijaksanaan oleh Allah, tetapi bukan seorang nabi.[7][8] Di sisi lain, Ikrimah menyatakan bahwa Luqman adalah seorang nabi.[9]
- Imran, ayah Maryam dan kakek Nabi 'Isa. Sebagian berpendapat bahwa Imran adalah nabi, sebagian menyatakan bahwa dia bukanlah nabi.
- Maryam, ibu Nabi 'Isa. Sebagian ulama menyatakan bahwa dia adalah nabiah (nabi perempuan). Namun mayoritas ulama menyatakan bahwa tidak ada wanita yang sampai pada jenjang kenabian.
Nabi perempuan
Para ulama sepakat bahwa semua rasul adalah laki-laki. Namun untuk jenjang kenabian, sebagian ulama menyatakan bahwa ada perempuan yang menjadi nabiah atau nabi perempuan.
Dalam kitabnya, Ibnu Hajar menyampaikan, "Dinukil dari al-Asy’ari bahwa ada beberapa wanita yang diangkat jadi nabi. Mereka ada 6 orang:
- Hawa (istri Nabi Adam),
- Sarah (istri Nabi Ibrahim),
- Ibunya Musa,
- Hajar (istri Nabi Ibrahim),
- Asiyah (istri Fir'aun yang beriman),
- dan Maryam (ibu Nabi 'Isa).
Batasan menurut beliau, bahwa orang yang didatangi malaikat dari Allah, dengan membawa hukum: perintah, larangan, atau maklumat, maka dia nabi."[10]
Sanggahan
Mayoritas ulama berpendapat bahwa sebagaimana rasul, semua nabi adalah laki-laki, sehingga tidak ada nabiah. Landasan yang digunakan adalah:
- Dalam Al-Qur'an dinyatakan,
"Tidaklah Kami mengutus sebelum kamu, kecuali dari kalangan lelaki yang Kami wahyukan kepada mereka, di kalangan penduduk negeri..."
- Menyambung poin sebelumnya, hal ini mengharuskan nabi berinteraksi dengan masyarakat luas dan menjadi pemimpin umat. Peran ini dipandang tidak cocok untuk perempuan.
- Mendapat wahyu bukan berarti menjadi nabi, sebagaimana dalam Al-Qur'an dinyatakan bahwa Allah memberi wahyu kepada lebah.[11]
- Tidak setiap manusia yang didatangi malaikat akan menjadi nabi. Dalam hadits, banyak dikisahkan orang yang didatangi malaikat yang menyamar menjadi manusia.
- Hasan al-Bashri menegaskan, "Tidak ada nabi di kalangan wanita, tidak pula dari golongan jin."[12]
Dukungan
Beberapa ulama yang mendukung adanya nabiah antara lain Ibnu Hazm, Al-Qurthubi, dan Abu al-Hasan al-Asy'ari.[10][13][14]
Terkait ayat Al-Qur'an Surah Yusuf ayat 109, beberapa jawaban dari yang mendukung kenabian perempuan adalah:
- Kata "rijal" yang diterjemahkan menjadi "lelaki" ini bermakna "manusia", yang berarti bahwa ayat ini menegaskan bahwa nabi berasal dari kalangan manusia, bukan malaikat. Ayat ini tidak dimaksudkan untuk membedakan laki-laki dan perempuan.[15]
- Ayat tersebut bicara mengenai rasul, bukan nabi. Rasul memang diwajibkan untuk menyebarkan wahyu yang dia terima untuk suatu kaum tertentu, sehingga menjadi pemimpin kaum menjadi suatu konsekuensi. Hal ini berbeda dengan nabi yang tidak memiliki kewajiban tersebut. Ibnu Hazm menyatakan bahwa wanita dapat dimasukkan dalam jenjang kenabian, tapi tidak dalam jenjang kerasulan yang hanya dapat dicapai oleh pria.[16]
Nabi yang masih hidup
Ada kepercayaan di sebagian kalangan Muslim bahwa ada empat orang nabi yang masih hidup sampai sekarang: dua hidup di bumi dan dua di langit. Dua nabi yang ada di bumi yang dimaksud adalah Nabi Khidir dan Nabi Ilyas, sementara dua yang ada di langit adalah Nabi Idris dan Nabi 'Isa.
Banyak ulama yang menyatakan bahwa Nabi 'Isa masih hidup setelah diangkat ke langit dan akan turun kembali di akhir zaman. Ulama yang memegang pendapat ini di antaranya adalah Syekh Fakhruddin ar-Razi,[17] Ibnu Athiyah,[18] dan komisi Al-Lajnah ad-Dâimah.[19]
Untuk nabi yang lain, terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama, khususnya terkait Khidir. Pada umumnya kalangan sufi masih menganggap Khidir masih hidup, seperti Yusuf an-Nabhani yang mengungkapkan, "Keterangan bahwa Nabi Khidhir masih hidup adalah sudah menjadi ketetapan para wali dan didukung oleh para ahli fiqh, ahli ushul dan hampir mayoritas ahli hadits, begitulah yang dikatakan oleh Syaikh Abu ‘Amr bin ash-Shalah yang dinukil oleh an-Nawawi dan menyetujuinya."[20] Beberapa ulama yang memegang pendapat pertama ini antara lain Imam Al-Qurthubi,[21] An-Nawawi,[22] Ibnu Ash-Sholah,[21] dan An-Naqqasy.[23] Di sisi lain, ulama yang berpandangan bahwa Khidir telah meninggal antara lain Imam Bukhari,[21][24] Ibrahim Al-Harbi,[24] Ibnu Taimiyah,[25] Ibnul Qayyim,[26] Ibnu Katsir,[27] dan Muhammad Amin As-Syinqithi.[28] Ibnu Hajar Al-'Asqalani membuat satu risalah khusus yang berjudul Az-Zahr An-Nadhr fi Naba-i Al-Khidr, yang dicetak dalam kumpulan risalah mimbariyah (2:195).
Sudut pandang non-Islam
Banyak nabi yang dikenal dalam Islam juga merupakan tokoh yang dikenal dalam tradisi lain, seringnya dalam literatur Yahudi dan Kristen. Meski demikian, ada beberapa perbedaan cerita dengan versi Islam. Perbedaan yang terjadi tidak hanya dalam narasi penceritaan, tetapi juga mengenai kema'shuman para nabi yang bersangkutan. Beberapa tokoh yang diimani sebagai nabi dalam Islam digambarkan melakukan dosa besar dalam sumber Yahudi dan Kristen, misalnya:
- Luth (Lot) mabuk dan berzina dengan dua putri kandungnya dan mereka melahirkan anak dari hubungan tersebut.[29]
- Harun membuat patung sapi dari emas yang disembah Bani Israil.[30]
- Dawud (Daud) berzina dengan Batsyeba, istri Uria yang merupakan panglimanya sendiri. Dawud kemudian memerintahkan agar Uria maju ke garis depan medan perang agar gugur dan dapat menikahi Batsyeba.[31]
- Sulaiman (Salomo) berbuat syirik dan membangun tempat pemujaan untuk dewa-dewa atas bujukan istri-istrinya.[32]
Padanan
Terlepas dari perbedaan versi cerita dan ejaan nama, beberapa nabi dalam Islam memang sudah diyakini merupakan orang yang sama dengan tokoh tertentu dalam Alkitab, seperti Ibrahim dalam Al-Qur'an adalah Abraham dalam Alkitab, Nabi Musa dan Harun yang juga sudah diketahui di pihak Islam juga merupakan Musa dan Harun yang dikenal Yahudi dan Kristen, dan seterusnya. Di sisi lain, ada beberapa nabi dalam Islam yang memang masih diperdebatkan kesamaannya dengan tokoh tertentu dalam tradisi di luar Islam. Nabi-nabi tersebut antara lain:
- Idris. Sebagian ulama berpendapat bahwa Idris dalam Al-Qur'an adalah orang yang sama dengan Henokh dalam Alkitab. Beberapa ulama yang berpendapat demikian adalah Ath-Thabari, Al-Baizawi,[33] dan Ismail Hakki Bursevi.[34] Di Alkitab disebutkan bahwa Henokh diangkat oleh Allah,[35] mirip dengan sumber Islam yang menyatakan bahwa Idris diangkat ke langit keempat.[36] Pendapat lain menyatakan bahwa Idris adalah Hermes Trismegistus.[37] Sayyid Ahmed Amiruddin menyebutkan bahwa tradisi Kristen dan Islam awal menyebutkan Hermes Trismegistus merupakan pembangun Piramida Giza.[38]
- Hud. Beberapa ulama menyatakan bahwa Hud adalah sosok dalam Alkitab bernama Eber. Sebagian berpendapat bahwa Hud adalah putra Eber.[39]
- Dzulqarnain. Beberapa tokoh yang disamakan dengan dirinya antara lain:
- Aleksander Agung, Raja Makedonia yang berkuasa pada 336–323 SM. Ini pendapat yang paling masyhur.[40]
- Abu Bakr Al-Himyari atau Abu Bakar bin Ifraiqisy dari daulah Al-Jumairiyah dan kerajaannya disebut At-Tababi’ah.[41]
- Abdullah bin adh Dhahhak, seorang raja Arab.
- Catatan lain mengisahkan namanya Mush'ab bin Abdullah, keturunan Saba', raja Yaman kuno, melalui putranya, Kahlal.[42]
- Koresy Agung, Raja Persia, Babilonia, dan Lydia, berkuasa sampai 530 SM.[43]
- Akhenaten, fir'aun (penguasa Mesir) yang berkuasa sekitar tahun 1350-an SM. Akhenaten adalah fir'aun yang terkenal akan ajaran monoteismenya yang disebut Atenisme.[42]
- Syu'aib. Yitro yang merupakan nama mertua Musa dalam tradisi Yahudi dan Kristen kerap dipandang orang yang sama dengan Syu'aib dalam Islam. Ibnu Katsir dalam tafsirnya berpendapat bahwa Syu'aib dan ayah mertua Musa adalah dua orang yang berbeda.[44] Hanya saja, tempat dakwah Syu'aib dan tempat tinggal Yitro sama, yakni Madyan. Di Al-Qur'an sendiri juga hanya menjelaskan bahwa ayah mertua Musa tinggal di Madyan, tanpa menjabarkan nama dan jati dirinya selain bahwa dia adalah penggembala yang telah berusia lanjut.[45]
- Dzulkifli. Sebagian ulama menyatakan bahwa Dzulkifli merupakan orang yang sama dengan Yehezkiel,[46][47] nabi dalam Alkitab yang hidup pada masa pengasingan Yahudi ke Babilonia (597-539 SM). Pendapat lain menyatakan bahwa Dzulkifli adalah Siddhartha Gautama. Kelompok Ahmadiyyah memegang pendapat terakhir.[48]
- 'Uzair. Namanya disebutkan sekali dalam Al-Qur'an, yakni pada Surah At-Taubah (9) ayat 30 yang berisikan peringatan kepada umat Yahudi yang menganggapnya sebagai anak Tuhan. Dalam beberapa tulisan, seseorang yang dimatikan seratus tahun dan dihidupkan kembali yang kisahnya termaktub dalam Surah Al-Baqarah (2): 259 dinyatakan adalah 'Uzair. 'Uzair sendiri kerap disamakan dengan Ezra yang hidup sekitar tahun 440 SM. Umat Yahudi menolak dakwaan bahwa Yahudi menganggap Ezra sebagai anak Tuhan.[49] Menurut sebagian pendapat, ada sebagian kecil umat Yahudi yang memang memuliakan Ezra berlebihan, bertentangan dengan Yahudi arus utama. Kitab 2 Esdras, tulisan non-kanonik yang dikaitkan dengan penawanan di Babel, mengaitkan kedudukan semi-Ilahi atau malaikat kepada Ezra.[50][51] Sebagian pendapat menyatakan bahwa 'Uzair yang dimaksud dalam Al-Qur'an adalah Azazel, pemimpin malaikat yang diusir dari surga dalam kepercayaan Yahudi, atau Azariah, satu dari tiga Bani Israil dari Kerajaan Yehuda yang bekerja di istana Raja Nebukadnezar II.[51][52]
Nabi dalam sumber Yahudi dan Kristen
Para nabi yang dikenal dalam Alkitab juga dipandang sebagai nabi atau wali dalam Islam, meski nama dan kisah mereka tidak tercantum dalam Al-Qur'an. Beberapa di antaranya adalah Daniyal (Daniel), Asya'ya (Yesaya), dan Aramiya (Yeremia).
Daftar nabi dan rasul
Tabel ini berisikan:
- Nabi dan rasul yang secara tradisi diketahui umat Islam, jumlahnya 25 orang. Mereka yang masuk dalam daftar ini memiliki nomor pada tabel.
- Para nabi yang diketahui dan diakui dalam Islam, tapi tidak termasuk dalam 25 nabi dan rasul
- Tokoh yang namanya cukup dikenal dalam Al-Qur'an (karena disebut berulang-ulang dan/atau dijadikan nama surah) dan/atau yang sepenggal kisahnya diceritakan dengan cukup jelas, tetapi status kenabiannya diperdebatkan
# | Nama | Status | Padanan | Kitab/suhuf | Diutus pada | Mukjizat | Keterangan |
---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | آدم Adam |
Nabi | Adam |
| |||
شيث Syits |
Nabi | Set |
| ||||
2 | إدريس Idris |
Nabi[54] | Henokh (?) | ||||
3 | نُوح Nuh |
Nabi dan rasul ulul 'azmi | Nuh | Bani Rasib |
|
| |
4 | هود Hud |
Nabi dan rasul | Kaum 'Ad,[59] sebelah utara Hadramaut | ||||
5 | صالح Shalih |
Nabi dan rasul | Kaum Tsamūd, Al-Hijr[62][63] |
|
|||
6 | إبراهيم Ibrahim Khalilullah |
Nabi dan rasul ulul 'azmi | Abraham | Shuhuf Ibrahim[65][66] | Bangsa Kasdim, Babilonia |
|
|
7 | لُوطٌ Luth |
Nabi dan rasul | Lot | Sodom dan Gomora, lembah sungai Yordania bagian selatan |
| ||
ذو القرنين Dzulqarnain |
Sebagian berpendapat nabi*) |
| |||||
الخضر Khidir |
Nabi. Sebagian mengatakan wali.*) |
| |||||
8 | إسماعيل Isma'il |
Nabi dan rasul[75] | Ismael | ||||
9 | إِسْحَاقَ Ishaq |
Nabi | Ishak |
| |||
10 | يعقوب Ya'qub Israil |
Nabi | Yakub Israel |
| |||
11 | يُـوسـف Yusuf |
Nabi dan rasul | Yusuf |
|
|
||
12 | أيوب Ayyub |
Nabi | Ayub |
| |||
13 | شعيب Syu'aib |
Nabi dan rasul | Yitro (?) | Kaum Madyan[85] | |||
14 | مُوسَى Musa Kalimullah |
Nabi dan rasul ulul 'azmi | Musa |
|
|
| |
15 | هارو Harun |
Nabi dan rasul | Harun |
| |||
يوشع Yusya' |
Nabi | Yosua |
|
||||
صموئيل Shamu`il |
Nabi | Samuel |
| ||||
16 | داوود Dawud |
Nabi | Daud | Zabur[114] |
| ||
لقمان Luqman |
Sebagian berpendapat nabi*) | ||||||
17 | سليمان Sulaiman |
Nabi | Salomo |
| |||
18 | إلياس Ilyas |
Nabi dan rasul | Elia |
|
|||
19 | اليسع Ilyasa' |
Nabi | Elisa |
| |||
20 | يونس Yunus Dzun-Nun |
Nabi dan rasul | Yunus | Bangsa Asyur di Ninawa |
|
| |
21 | ذو الكفل Dzulkifli |
Nabi |
| ||||
عزير 'Uzair |
Nabi | Ezra (?) |
| ||||
عمران 'Imran |
Sebagian berpendapat nabi*) | Yoakim |
| ||||
22 | زكريا Zakariyya |
Nabi | Zakharia |
| |||
مريم Maryam |
Sebagian berpendapat nabiah*) | Maria |
| ||||
23 | يحيى Yahya |
Nabi | Yohanes Pembaptis |
| |||
24 | عيسى 'Isa Al-Masih, Putra Maryam |
Nabi dan rasul ulul 'azmi | Yesus | Injil[131] | Bani Israil[132] |
| |
25 | محمد Muhammad Ahmad |
Nabi dan rasul ulul 'azmi | Al-Qur'an[137] | Semua umat manusia dan jin |
(lihat Mukjizat Muhammad) |
|
Rujukan
- ^ Lawami’ Al-Anwar: 1/50
- ^ Imam Ibnu Qutaibah, at-Taqrîb 1/324; dalam Imam Ma’shûm, Naskh Aqîdatil, hlm. 3
- ^ Fatâwâ al-Lajnah ad-Dâimah lil Buhûts al-‘ilmiyyah wal Iftâ’, 3/264, fatwa no. 6290
- ^ Aziz, Abdul (2018-08-04). "Ibnu Taymiyyah dan Soal Diutusnya Buddha Menjadi Nabi - Bincang Syariah". BincangSyariah | Portal Islam Rahmatan lil Alamin. Diakses tanggal 2019-08-28.
- ^ Zaidan 2010, hlm. 469.
- ^ "Apakah Dzulqarnain Seorang Nabi?". Muslim.Or.Id. 2017-02-06. Diakses tanggal 2019-08-29.
- ^ Ibnu Jarir Ath-Thabari, Tafsîr Ath-Thabari: X/208-209
- ^ Ibnu Katsir, Tafsîr Al-Qur’ân Al-Adhîm: III/452-453
- ^ Nawawi, Syarh Shahîh Muslim: II/503
- ^ a b Ibnu Hajar, Fathul Bari, 6/447
- ^ QS. An-Nahl (26): 68
- ^ Ibnu Hajar, Fathul Bari, 6/471
- ^ Ibnu Hazm, al-Fashl fi al-Milal wa an-Nihal 2/60
- ^ Lawami'ul Anwar Al-Bahiyah: 2/66
- ^ Ali, Kecia (2017). "Destabilizing Gender, Reproducing Maternity: Mary in the Qurʾān". Journal of the International Qur'anic Studies Association. 2: 89–109. doi:10.5913/jiqsa.2.2017.a005. ISSN 2474-8390. JSTOR 10.5913/jiqsa.2.2017.a005.
- ^ Stowasser, Barbara Freyer, 1935-2012. (1994). Women in the Qur'an, traditions, and interpretation. New York: Oxford University Press. ISBN 978-0195084801. OCLC 29844006.
- ^ ar-Razy, Tafsir al-Kabir/Mafatih al-Ghayb, juz 8, hlm 74-78
- ^ al-Muharar al-Wajiz, 1:429
- ^ Fatawa Lajnah, 3:305-306
- ^ Syawahid al-Haq, hlm. 198-200
- ^ a b c Tafsir al-Qurthubi XI:41
- ^ Syarah Muslim XVIII:275
- ^ Adhwa'ul Bayan IV:163
- ^ a b Al-Manar Al-Munif hlm 68-69
- ^ Al-Ikhtiyarat hlm 93
- ^ Al-Manar Al-Munif hlm 68
- ^ Al-Bidayah wan Nihayah (1:326)
- ^ Adwaul Bayan (4:184)
- ^ Kejadian 19: 30–38
- ^ Keluaran 32: 1–35
- ^ 2 Samuel 11: 1–17
- ^ 1 Raja–raja 11: 1–13
- ^ A Dictionary of Islam, T.P. Hughes, Ashraf Printing Press, repr. 1989, pg. 192
- ^ Zaid H. Assfy Islam and Christianity: connections and contrasts, together with the stories of the prophets and imams Sessions, 1977: 122
- ^ Kejadian 5: 24
- ^ Tafsir Ibn Kathir; commentary 19:56-57
- ^ Kevin Van Bladel, The Arabic Hermes. From pagan sage to prophet of science, Oxford University Press, 2009, hlm. 168 "Abu Mas'har’s biography of Hermes, written approximately between 840 and 860, would establish it as common knowledge."
- ^ "The Tombs of Prophets Seth and Idris: The Great Pyramids of Giza". Sayyid Amiruddin (dalam bahasa Inggris). 2013-01-02. Diakses tanggal 2018-03-19.
- ^ Wensinck, A. J., “Hūd”, in: Encyclopaedia of Islam, First Edition (1913-1936), Edited by M. Th. Houtsma, T.W. Arnold, R. Basset, R. Hartmann.
- ^ Wheeler 2006, hlm. 182.
- ^ Ya’juj Ma’juj & Dzulqornain ditulis oleh Budi Yahya di Oaseimani.com.
- ^ a b Jejak Yakjuj dan Makjuj hlm. 85
- ^ Azad 1990, hlm. 205.
- ^ Tafsir Ibnu Katsir, 6/228-229.
- ^ Al-Qasas (24): 27-28
- ^ Encyclopedia of Islam, G. Vajda, Dhul-Kifl
- ^ Abdullah Yusuf Ali, The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, Note. 2743
- ^ Valentine, Simon Ross (2008), Islam and the Ahmadiyya Jamaʻat: History, Belief, Practice, hlm. 26, ISBN 9780231700948 – via Google books
- ^ "Ezra". Encyclopaedia Judaica. 6. hlm. 1106–1107.
Muhammad claims (sura 9:30) that in the opinion of the Jews, 'Uzair is the son of God. These words are an enigma because no such opinion is to be found among the Jews, even though Uzair was singled out for special appreciation.
- ^ Firestone, Rabbi Reuven (2001). Children of Abraham: An Introduction to Judaism for Muslims. American Jewish Committee. hlm. 35–36. ISBN 978-0881257205.
- ^ a b Mun'im Sirry (2014). Scriptural Polemics: The Qur'an and Other Religions. Oxford University Press. hlm. 48.
- ^ Comerro, Viviane (2005). "Esdras est-il le fils de Dieu?". Arabica. 52 (2): 165–181. doi:10.1163/1570058053640321. JSTOR 4057793.
- ^ Al-Baqarah (2): 35–36
- ^ Maryam (19):56
- ^ Nuh (71): 23
- ^ Hud (11): 42
- ^ Hud (11): 43
- ^ At-Tahrim (66): 10
- ^ Hud (11): 50
- ^ a b c d "Dan empat orang Nabi yang berasal dari Arab, yakni Hud, Syuaib, Shalih, dan nabimu, Muhammad saw." (Shahih Ibnu Hibban no 361)
- ^ Al-Haqqah (69): 6–7
- ^ a b Al-A'raf (7): 73
- ^ Hud (11): 61
- ^ Hud (11): 67
- ^ An-Najm (53): 37
- ^ a b Al-A'la (87): 19
- ^ Al-Anbiya (21): 69
- ^ Al-Anbiya (21): 58
- ^ Al-Hajj (22): 78
- ^ a b Al-Baqarah (2): 127
- ^ Al-Hajj (22): 26–27
- ^ Asy-Syu'ara (26): 173
- ^ Al-Kahfi (18): 95–98
- ^ Al-Kahfi (18): 65–82
- ^ Maryam (19) : 54
- ^ Ibrahim (14): 37
- ^ Caroline Johnson Hodge,If Sons, Then Heirs: A Study of Kinship and Ethnicity in the Letters of Paul, Oxford University Press, 2007 hlm. 52–55.
- ^ Markus Cromhout,Jesus and Identity: Reconstructing Judean Ethnicity in Q, James Clarke & Co, 2015 hlm. 121ff.
- ^ Daniel Lynwood Smith,Into the World of the New Testament: Greco-Roman and Jewish Texts and Contexts, Bloomsbury Publishing, 2015 hlm. 124.
- ^ Stephen Sharot,Comparative Perspectives on Judaisms and Jewish Identities, Wayne State University Press 2011 hlm. 146.
- ^ Yusuf (12): 37
- ^ Yusuf (12): 54–55
- ^ Yusuf (12): 93, 99
- ^ Shad (38): 41–44
- ^ Hud (11): 84
- ^ Hud (11): 94
- ^ An-Najm (53): 36
- ^ Thaha (20): 43
- ^ Thaha (20): 20, 69
- ^ Al-Qashash (28): 31
- ^ Thaha (20): 22
- ^ Al-Qashash (28): 32
- ^ a b Al-A'raf (7): 133
- ^ Asy-Syu'ara' (26): 63
- ^ Al-Baqarah (2): 57
- ^ Al-Baqarah (2): 60
- ^ Al-Baqarah (2): 73
- ^ I Will Show You: Essays in History and Archaeology of the Ancient Near East in Honor of J. Maxwell Miller, Sheffield Academic Press, 1997, p. 261–262, ISBN 978-1-85075-650-7,[1]
- ^ Long, V. Philips; Neils Peter Lemche (2000). Israel's past in present research: essays on ancient Israelite historiography. Eisenbrauns. hlm. 398. ISBN 978-1-57506-028-6.
- ^ Rohl 1995, hlm. 341–348
- ^ Meyers, Stephen C. "IBSS – Biblical Archaeology – Date of the Exodus". www.bibleandscience.com. Institute for Biblical & Scientific Studies. Diakses tanggal 13 April 2017.
- ^ Moses and Monotheism, ISBN 0-394-70014-7
- ^ Isaac Asimov, Asimov's Guide to the Bible, Random House, 1981, hlm. 130–131, ISBN 0-517-34582-X
- ^ Igor P. Lipovsky, Early Israelites: Two Peoples, One History: Rediscovery of the Origins of Biblical Israel ISBN 0-615-59333-X
- ^ Al-Qashash (28): 34
- ^ Thaha (20): 47
- ^ Al-A'raf (7): 142
- ^ Thaha (20): 85–88
- ^ Al-Ma'idah (5): 26
- ^ Al-Ma'idah (5): 44
- ^ Al-Kahfi (18): 60
- ^ Al-Ma'idah (5): 23
- ^ Al-Baqarah (2): 247–248
- ^ Al-Isra' (17): 55
- ^ Saba' (34): 10
- ^ Saba' (34): 10–11
- ^ Al-Baqarah (2): 251
- ^ An-Naml (27): 16
- ^ Saba' (34): 12–13
- ^ Shad (38): 37–38
- ^ An-Naml (27): 17
- ^ a b Saba' (34): 12
- ^ Shad (38): 36
- ^ Ali 'Imran (3): 183
- ^ Ash-Shaffat (37): 125
- ^ Al-Anbiya' (21): 87–88
- ^ Ali 'Imran (3): 37
- ^ Ali 'Imran (3): 45–47
- ^ Al-Anbiya' (21): 91
- ^ Ali 'Imran (3): 35–36
- ^ Al-Maidah (5): 46
- ^ a b c d e Ali 'Imran (3): 49
- ^ a b c d Al-Maidah (5): 110
- ^ Al-Maidah (5): 114-115
- ^ Al-Maidah (5): 17, 72–73
- ^ At-Taubah (9): 30
- ^ Al-Maidah (5): 48
- ^ Al-Ahzab (33): 40
Daftar pustaka
- Azad, Abul Kalam (1990). India's Maulana Abul Kalam Azad. Indian Council for Cultural Relations.
- Wheeler, Brannon (2006). "Dhu Al-Qarnayn". Dalam Leaman, Oliver. The Qur'an: An Encyclopedia. Taylor & Francis.
- Zaidan, Abdul Karim (2010). Hikmah Kisah-Kisah Dalam Alquran; Dari Nabi Adam – Isa Beserta Kaumnya. DarusSunah: Jakarta.
Pranala luar
Nabi dan Rasul dalam Islam |
---|
Portal Islam |