Kabupaten Aceh Tamiang
4°14′N 97°58′E / 4.233°N 97.967°E
Kabupaten Aceh Tamiang كابوڤاتين اچيه تميانڠ | |
---|---|
| |
Motto: Kaseh Pape Setie Mati | |
Koordinat: 4°16′30″N 97°52′20″E / 4.2749°N 97.8722°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Aceh |
Tanggal berdiri | 10 April 2002 |
Dasar hukum | UURI Nomor 4 Tahun 2002 |
Ibu kota | Karang Baru |
Jumlah satuan pemerintahan | |
Pemerintahan | |
• Bupati | H. Mursil, S.H., M.Kn.[2] |
• Wakil Bupati | Tengku Insyafuddin, S.T. |
• Sekretaris Daerah | Basyaruddin, S.H. |
• Ketua DPRD | Suprianto, S.T. |
Luas | |
• Total | 1.956,72 km2 (755,49 sq mi) |
Populasi (2017)[1] | |
• Total | 287.733 |
• Kepadatan | 147/km2 (380/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam 98,98% Buddha 0,50% Kristen 0,28% - Protestan 0,25% - Katolik 0,03% Lain-lain 0,24%[3] |
• Bahasa | Tamiang, Aceh |
• IPM | 69,24 (2020) ( Sedang )[4] |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode pos | 24471-24478 |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0641 |
Kode Kemendagri | 11.16 |
APBD | Rp.1.175.611.272.018,-[5] |
PAD | Rp. 141.815.373.710,-[5] |
DAU | Rp. 547.975.351.000,00- |
Semboyan daerah | - |
Situs web | www |
Kabupaten Aceh Tamiang (Melayu Jawi: كابوڤاتين اچيه تميانڠ) adalah salah satu kabupaten di provinsi Aceh, Indonesia.[1][6] Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur dan terletak di perbatasan Aceh-Sumatra Utara.
Kabupaten ini berada di jalur timur Sumatra yang strategis dan hanya berjarak lebih kurang 250 km dari Kota Medan sehingga akses serta harga barang di kawasan ini relatif lebih murah daripada daerah Aceh lainnya. Di samping itu, kawasan ini relatif lebih aman semasa GAM berjaya dahulu. Ketika seruan mogok oleh GAM diberlakukan di seluruh Aceh, hanya kawasan ini khususnya Kota Kuala Simpang yang aktivitas ekonominya tetap berjalan.
Sejarah
Sebelum kemerdekaan
Kerajaan Tamiang pernah mencapai puncak kejayaannya dibawah pimpinan seorang Raja Muda Setia yang memerintah selama tahun 1330 - 1366 M.[2] Pada masa itu kerajaan tersebut dibatasi:
- Sungai Raya/Selat Malaka di bagian Utara
- Besitang di bagian Selatan
- Selat Malaka di bagian Timur
- Gunung Segama (Gunung Bendahara/Wilhelmina Gebergte) di bagian Barat.
Pada masa Kesultanan Aceh, Kerajaan Tamiang telah mendapat cap Sikureung dan hak Tumpang Gantung (Zainuddin, 1961: 136-137) dari Sultan Aceh Darussalam atas wilayah Negeri Karang dan Negeri Kejuruan Muda. Sementara negeri Sultan Muda Seruway, Negeri Sungai Iyu, Negeri Kaloy, dan Negeri Telaga Meuku merupakan wilayah-wilayah yang belum mendapat cap SIkureung. Karena itu negeri-negeri tersebut dijadikan sebagai wilayah pelindung bagi wilayah yang telah mendapat cap SIkureung.[2]
Pada tahun 1908, dengan berlakunya Staatblad No.112 tahun 1878, maka wilayah Tamiang dimasukkan ke dalam Geuverment Aceh en Onderhoorigheden. Maksudnya adalah, Tamiang berada dibawah status hukum Onderafdelling.[2] Dalam Afdeling Oostkust Van Atjeh (Aceh Timur) beberapa wilayah Landschaps berdasarkan Korte Verklaring diakui sebagai Zelfbestuurder, dengan status hukum Onderafdelling Tamiang, termasuk wilayah-wilayah:
- Landschap Karang
- Landschap Seruway/Sultan Muda
- Landschap Kejuruan Muda
- Landschap Bendahara
- Landschap Sungai Iyu, dan
- Gouvermentagebied Vierkantepaal Kualasimpang.
Asal kata "Tamiang"
Nama Tamiang tumbuh dari legenda "Te-Miyang" atau "Da-Miyang" yang berarti tidak kena gatal atau kebal gatal dari miang bambu. Hal tersebut berhubungan dengan cerita sejarah tentang Raja Tamiang yang bernama Pucook Sulooh. Ketika masih bayi, ia ditemukan dalam rumpun bambu betong (istilah Tamiang adalah bulooh) oleh seorang raja berjulukan "Tamiang Pehok". Menginjak dewasa, Pucook Sulooh dinobatkan menjadi Raja Tamiang bergelar "Pucook Sulooh Raja Te-Miyang", yang artinya "seorang raja yang ditemukan di rumpun rebong, tetapi tidak kena gatal atau kebal gatal".[2]
Menurut sumber lain, kata Tamiang berasal dari kata “Da Miang”. Sejarah menunjukkan tentang eksistensi wilayah Tamiang melalui prasasti Sriwijaya. Tak kurang pula sastra tulis Cina karya Wee Pei Shih mencatat pula keberadaan negeri Kan Pei Chiang (Tamiang), atau Tumihang dalam Kitab Negara Kertagama. Daerah ini juga berjuluk Bumi Muda Sedia, sesuai dengan nama Raja Muda Sedia yang memerintah wilayah ini selama 6 tahun (1330-1336). Raja ini mendapatkan cap Sikureung dan hak Tumpang Gantung dari Sultan Aceh atas wilayah Karang dan Kejuruan Muda kala itu.[2] Selengkapnya, data-data tentang Kerajaan Tamiang setidaknya termaktub dalam:
1. Prasasti Sriwijaya yang diterjemahkan oleh Prof. Nilkanta Sastri dalam The Great Tamralingga (capable of) Strong Action in dangerous Battle (Moh. Said, 1961:36).
2. Data kuno Tiongkok (dalam buku Wee Pei Shih) ditata kembali oleh I.V.Mills, 1937, halaman 24, tercatat negeri Kan Pei Chiang (Tamiang) yang berjarak 5 kilometer (35 mil) dari Diamond Point (Posri).
3. Kerajaan Islam Tamiang dalam The Rushinuddin's Geographical Notices (1310 M).
4. Tercatat sebagai "Tumihang" dalam syair 13 buku Nagara kertagama (M.Yamin, 1946: 51).
5. Benda-benda peninggalan budaya yang terdapat pada situs Tamiang (Penemuan T. Yakob, Meer Muhr, serta Sartono, dkk).
Berkaitan dengan data-data tersebut dan ditambah penelitian terhadap penemuan fosil sejarah, maka nama Tamiang dipakai menjadi usulan bagi pemekaran status wilayah Pembantu Bupati Aceh Timur Wilayah-III, yang meliputi wilayah bekas Kewedanaan Tamiang.[2]
Pemekaran
Tuntutan pemekaran daerah di Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebenarnya telah dicetuskan dan diperjuangkan sejak 1957 awal masa Propinsi Aceh ke-II, termasuk eks-Kewedanaan Tamiang diusulkan menjadi Kabupaten Daerah Otonom. Usulan tersebut lantas mendapat dorongan semangat yang lebih kuat lagi sehubungan dengan keluarnya ketetapan MPRS hasil Sidang Umum ke-IV tahun 1966 tentang pemberian otonomi seluas-luasnya. Dalam usulnya mengenai pelaksanaan otonomi secara riil dengan Memorandum Nomor B-7/DPRD-GR/66, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah-Gotong Royong (DPRD-GR) Propinsi Daerah Istimewa Aceh mengusulkan sebagai berikut:[2]
1. Bekas Kewedanaan Alas dan Gayo Lues menjadi Kabupaten Aceh Tenggara dengan ibu kotanya Kutacane.
2. Bekas daerah Kewedanaan Bireun, menjadi Kabupaten Djeumpa dengan ibu kotanya Bireun.
3. Tujuh kecamatan dari bekas Kawedanaan Blang Pidie menjadi Kabupaten Aceh Barat Daya dengan ibu kotanya Blang Pidie.
4. Bekas Daerah "Kewedanaan Tamiang" menjadi Kabupaten Aceh Tamiang dengan ibu kotanya Kualasimpang.
5. Bekas daerah Kewedanaan Singkil menjadi Kabupaten Singkil dengan ibu kotanya Singkil.
6. Bekas daerah Kewedanaan Simeulue menjadi Kabupaten Simeulue dengan ibu kotanya Sinabang.
7. Kotif Langsa menjadi Kotamadya Langsa.
Sebagian besar usulan tersebut sudah menjadi kenyataan namun usulan mengenai Tamiang belum dikabulkan. Sebagai tindak lanjut dari cita-cita masyarakat Tamiang, maka pada era reformasi, sesuai Undang-Undang No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka keinginan Tamiang untuk menjadi daerah otonomi terbuka kembali dan mendapat dukungan melalui:[2]
1. Bupati Aceh Timur dengan surat No. 2557/138/tanggal 23 Maret 2000 ke DPRD Kabupaten Aceh Timur tentang usul peningkatan status Pembantu Bupati Wilayah-III Kuala Simpang menjadi Kabupaten Aceh Tamiang.
2. DPRD Kabupaten Aceh Timur dengan surat No. 1086/100-A/2000, tanggal 9 Mei 2000, tentang persetujuan peningkatan status Kabupaten Aceh Tamiang.
3. Surat Bupati Aceh Timur, No. 12032/138 tanggal 4 Mei 2000 kepada Gubernur Daerah Istimewa Aceh tentang peningkatan status Kabupaten Aceh Tamiang.
4. Surat Gubernur Daerah Istimewa Aceh No. 138/9801 tanggal 8 Juni 2000 kepada DPRD Propinsi Daerah Istimewa Aceh tentang peningkatan status Kabupaten Aceh Tamiang.
5. Surat DPRD Daerah Istimewa Aceh No. 1378/8333 tanggal 20 Juli 2000 tentang persetujuan peningkatan status Kabupaten Aceh Tamiang.
6. Surat Gubernur Daerah Istimewa Aceh No. 135/1764 tanggal 29 Januari 2001 kepada Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Republik Indonesia Cq. Dirjen PUMD tentang usul peningkatan status Daerah Pembantu Bupati dan Kota Adminstrasi menjadi Daerah Otonom.
Geografi
Batas wilayah
Utara | Kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa |
Timur | Kabupaten Langkat (provinsi Sumatra Utara) dan Selat Malaka |
Selatan | Kabupaten Langkat (provinsi Sumatra Utara) dan Kabupaten Gayo Lues |
Barat | Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Gayo Lues |
Pemerintahan
Daftar Bupati
No | Bupati | Mulai Jabatan | Akhir Jabatan | Periode | Ket. | Wakil Bupati | |
---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Drs. H. Abdul Latief |
2006 | 2012 | 1 | H. Awalluddin S.H., S.P.N., M.H. | ||
– | Anwar Ishak (Penjabat) |
2012 | 2012 | – | – | ||
2 | H. Hamdan Sati S.T.[7] |
28 Desember 2012 | 28 Desember 2017 | 2 | Iskandar Zulkarnain | ||
3 | H. Mursil S.H., M.Kn |
29 Desember 2017 | 29 Desember 2022 | 3 | Teuku Insyafuddin S.T. | ||
– | Dr. Meurah Budiman S.H., M.H. (Penjabat) |
29 Desember 2022 | 29 Desember 2023 | — | — | ||
– | Asra (Penjabat) |
29 Desember 2023 | Petahana |
Dewan Perwakilan
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Aceh Tamiang dalam dua periode terakhir.[8][9]
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | |||
---|---|---|---|---|
2014-2019 | 2019-2024 | 2024-2029 | ||
Gerindra | 3 | 6 | 5 | |
PDI-P | 3 | 1 | 0 | |
Golkar | 3 | 2 | 4 | |
NasDem | 3 | 2 | 5 | |
PKS | 2 | 3 | 3 | |
PPP | 3 | 3 | 3 | |
PAN | 3 | 2 | 3 | |
Hanura | 1 | 0 | 0 | |
Demokrat | 3 | 3 | 5 | |
Partai Aceh | 6 | 4 | 5 | |
PNA | 0 | 3 | 2 | |
PBB | 0 | 1 | 0 | |
Jumlah Anggota | 30 | 30 | 30 | |
Jumlah Partai | 10 | 11 | 9 |
Kecamatan
Kabupaten Aceh Tamiang memiliki 12 kecamatan dan 213 gampong dengan kode pos 24471-24478 (dari total 243 kecamatan dan 5827 gampong di seluruh Aceh). Per tahun 2010, jumlah penduduk di wilayah ini adalah 250.992 (dari penduduk seluruh provinsi Aceh yang berjumlah 4.486.570) yang terdiri atas 126.724 pria dan 124.268 wanita (rasio 101,98). Dengan luas daerah 211.973 ha (dibanding luas seluruh provinsi Aceh 5.677.081 ha), tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini adalah 130 jiwa/km² (dibanding kepadatan provinsi 78 jiwa/km²). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya sebesar 287.733 jiwa dengan luas wilayahnya 1.956,72 km² dan sebaran penduduk 147 jiwa/km².[1][6]
Demografi
Kabupaten Aceh Tamiang merupakan pecahan dari Kabupaten Aceh Timur dan merupakan satu-satunya kawasaj di Aceh yang mayoritas dihuni oleh etnis Melayu. Suku Aceh membentuk suku kedua terbesar di kabupaten tersebut. Selain kedua etnis tersebut, Suku Jawa & Suku Batak juga banyak dijumpai di kabupaten ini. Sementara di daerah hulu terdapat Suku Gayo, Suku Alas dan Suku Karo.[10]
Ekonomi
Kabupaten Aceh Tamiang merupakan kawasan kaya minyak dan gas, meski jumlahnya tidak sebesar Kabupaten Aceh Utara, dan kawasan ini juga merupakan salah satu pusat perkebunan kelapa sawit di Aceh. Di samping itu, Aceh Tamiang juga mengandalkan sektor angkutan karena posisinya yang strategis, dan angkutan air merupakan salah satu primadona alternatif karena kabupaten ini dialiri dua sungai besar yakni Sungai Tamiang (yang terpecah menjadi Simpang Kiri dan Simpang Kanan) dan Sungai Kaloy. Kabupaten Aceh Tamiang juga mengandalkan sektor pertanian, industri pengolahan dan perdagangan.
Pariwisata
Kabupaten Aceh Tamiang memiliki beberapa tempat wisata yang hingga saat ini perlu penataan yang serius dan dikelola dengan baik. Air Terjun Tujuh Tingkat, Air Terjun Sangka Pane, Goa Sarang Burung Walet, Pantai Kupang adalah beberapa contoh tempat wisata di Aceh Tamiang yang perlu mendapatkan perhatian untuk dapat dikelola menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah.
Berikut adalah objek wisata yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang:[2]
No. | Nama objek wisata | Kecamatan |
1. | Air Terjun Alur Batu | Tenggulun |
2. | Air Terjun Aras Sembilan | Bandar Pusaka |
3. | Air Terjun Batu Gompak | Tamiang Hulu |
4. | Air Terjun Bulutan | Tamiang Hulu |
5. | Air Terjun Ekor Kuda | Tenggulun |
6. | Air Terjun Lubuk Aren | Tenggulun |
7. | Air Terjun Sangka Pane | Bandar Pusaka |
8. | Air Terjun Seribu | Tamiang Hulu |
9. | Air Terjun Sungai Bampo | Tamiang Hulu |
10. | Air Terjun Tingkat Tujuh | Tenggulun |
11. | Bukit Kerang | Kejuruan Muda |
12. | DAM | Tenggulun |
13. | Goa Angin | Tamiang Hulu |
14. | Goa Gunung Pandan | Tenggulun |
15. | Goa Pintu Angin | Tenggulun |
16. | Goa Pintu Dinding | Tenggulun |
17. | Goa Pintu Janggut | Tamiang Hulu |
18. | Goa Pintu Kuari | Tenggulun |
19. | Goa Sarang Burung Walet | Tamiang Hulu |
20. | Istana Karang | Karang Baru |
21. | Istana Sungai Iyu | Bendahara |
22. | Jati Kasih Sumber Air Panas | Tenggulun |
23. | Kelenteng Cina | Rantau |
24. | Kelenteng Gua | Seruway |
25. | Kolam Air Dingin Belerang | Tenggulun |
26. | Padang Savana | Tamiang Hulu |
27. | Pantai Kuala Ketapang | Bendahara |
28. | Pantai Kupang | Seruway |
29. | Pantai Pusung Siung | Seruway |
30. | Pemandian Batu Dinding | Tenggulun |
31. | Pemandian Batu Gantung Kemuning | Tamiang Hulu |
32. | Pemandian Gunung Pandan | Tenggulun |
33. | Pemandian Kuala Parit | Tamiang Hulu |
34. | Pemandian Mata Air Panas | Tenggulun |
35. | Pemandian Mata Air Panas | Tamiang Hulu |
36. | Pemandian Pantai Rini | Tamiang Hulu |
37. | Pemandian Titi Biru | Tenggulun |
38. | Situs Bukit Kerang | Sekerak |
39. | Situs Bukit Remis | Seruway |
40. | Tamsar Alur Biak | Bandar Pusaka |
41. | TPI | Banda Mulia |
42. | Wisata Hutan Manggrove | Seruway |
Tokoh terkenal
- Ismed Sofyan. Atlet Sepak Bola nasional
- Derli Amalia Putri. Atlet Menembak internasional [11][12][13][14][15][16]
- Fifi Young. Artis legendaris
- Helenius Henri de Cock. Mantan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta pada era Hindia Belanda
- Hunter Chalid. Master Nasional Catur [17]
- Maell Lee. Pelawak, Selebgram, slogan (Manusia Terkuat di Bumi, Bukan Kaleng-kaleng) [18]
Referensi
- ^ a b c d e f "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Désémber 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "Permendagri-137-2017" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ a b c d e f g h i j "Kabupaten Aceh Tamiang dalam Angka 2017". BPS. Diakses tanggal 30 Maret 2019.
- ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kabupaten Aceh Tamiang". www.sp2010.bps.go.id. Diakses tanggal 21 Januari 2021.
- ^ "Metode Baru Indeks Pembangunan Manusia 2019-2020". www.bps.go.id. Diakses tanggal 21 Januari 2021.
- ^ a b "APBD 2018 ringkasan update 04 Mei 2018". 2018-05-04. Diakses tanggal 2018-07-06.
- ^ a b "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020.
- ^ "PEMDA ACEH TAMIANG". www.acehtamiangkab.go.id. Diakses tanggal 2020-01-10.
- ^ Perolehan Kursi DPRK Aceh Tamiang 2014-2019
- ^ Perolehan Kursi DPRK Aceh Tamiang 2019-2024
- ^ http://www.ihssrc.com/index.php?option=com_content&task=view&id=118&Itemid=1
- ^ Profil Derli Amalia Putri di Facebook 1
- ^ Profil Derli Amalia Putri di Facebook 2
- ^ Penembak Kota Langsa Bertempur Ke Kuwait aceh.tribunnews.com
- ^ Derli Amalia Putri alias Bulan Atlet Tembak Termuda Aceh Diarsipkan 2016-06-25 di Wayback Machine. acehsport.com
- ^ Siswi Langsa ikuti Asian Youth Games 2014 di Kuwait ajnn.net
- ^ Prestasi Derli Amalia Putri pada Asian Youth Games, China, 2013 omicsgroup.org
- ^ Hunter Chalid Pecatur Aceh Tamiang, Raih Gelar Master Nasional kabar-investigasi.com
- ^ Maell Lee Selebgram Dari Aceh ”Bukan Kaleng-Kaleng” https://www.instagram.com/maell_lee/?hl=id
Lihat pula
Pranala luar
- (Indonesia) Situs Bappeda Aceh Tamiang Diarsipkan 2008-10-27 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Situs Resmi Kabupaten Aceh Tamiang