Sultan Agung dari Banjar
Tuan Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Agung bin Sultan Inayatullah | |
---|---|
Berkuasa | 1663 - 1679 |
Sultan | Lihat daftar |
Kelahiran | Raden Kasuma Lalana |
Keturunan | Pangeran Dipati |
Wangsa | Dinasti Banjarmasin |
Ayah | Sultan Inayatullah |
Ibu | Gusti Timbuk binti Raden Aria Papati bin Sultan Hidayatullah I |
Agama | Islam Sunni |
Raden Kasuma Lalana,[1] Pangeran Dipati Anom (ke-2)[1] bergelar Sultan Dipati Anom[2] alias Sultan Agung atau Pangeran Suria Nata (ke-2) adalah Pemangku Sultan Banjar yang memerintah antara 1663-1679[3][4].[1][2]
Raja ini sebelumnya dikenal dengan nama Pangeran Dipati Anom (ke-2), sedangkan nama lahirnya adalah Raden Kasuma Lalana. Pangeran Dipati Anom II ini dengan bantuan suku Biaju berhasil merebut tahta Sultan Rakyatullah yang merupakan Wali Sultan Banjar yang belum dewasa yaitu Raden Bagus bin Sultan Saidullah bin Sultan Inayatullah. Padahal sebelum peristiwa tersebut Raden Bagus sempat dilantik oleh Sultan Rakyatullah dengan gelar Sultan Amrullah Bagus Kasuma, karena Sultan Rakyatullah sudah menduga adanya ambisi Pangeran Dipati Anom II yang hendak menjadi raja Banjar. Setelah berhasil merebut tahta Kesultanan Banjar, Pangeran Dipati Anom II kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke Sungai Pangeran, Banjarmasin, dan kemudian mengangkat dirinya sebagai Sultan Banjar dengan gelar Sultan Agung, sedangkan gelar yang dimasyhurkan/dipopulerkan adalah Pangeran Suryanata [ke-2], seperti gelar pendiri dinasti kerajaan ini pada masa kerajaan Hindu, Pangeran Suryanata/Maharaja Suryanata. Sementara itu Sultan Amrullah Bagus Kasuma menyingkir ke daerah Alai sambil menyusun kekuatan untuk merebut tahta kembali dari pamannya yaitu Sultan Agung/Pangeran Suryanata II/Pangeran Dipati Anom (ke-2)/Sultan Dipati Anom.
Sultan Agung merupakan Sultan Banjar yang memiliki banyak pengikut dan dukungan politik di kalangan Dayak Biaju ketika terjadi kemelut politik di dalam istana Kesultanan Banjar, dan ia sering dianggap sebagai keturunan Dayak [keturunan Dayak kemungkinan dari pihak neneknya sebab menurut Hikayat Banjar, kakek-kakeknya dari kedua belah pihak merupakan bangsawan Banjar].
Silsilah
Sultan Agung merupakan keturunan ke-11 dari Lambung Mangkurat (Lembu Amangkurat) dan juga keturunan ke-11 dari pasangan Puteri Junjung Buih dan Maharaja Suryanata. Maharaja Suryanata (nama lahir Raden Putra) dijemput dari Majapahit sebagai jodoh Puteri Junjung Buih (saudara angkat Lambung Mangkurat).
Namanya semasa muda adalah Raden Kasuma Lalana. Ketika abang tirinya Pangeran Kasuma Alam (= Ratu Anom/Sultan Saidullah) dilantik sebagai Sultan Banjar oleh pamannya Pangeran Dipati Anta-Kasuma(= Ratu Kota-Waringin/Ratu Bagawan), bersamaan dengan pelantikan itu Raden Kasuma Lalana juga dilantik sebagai Dipati dengan gelar Pangeran Dipati Anom [ke-2] karena itu ia sering dipanggil Dipati Anom/Pangeran Anom. Tetapi pada masa sebelumnya seorang pamannya juga pernah memakai gelar Pangeran Dipati Anom (= Panembahan di Darat), karena itu ia disebut Pangeran Dipati Anom II. Ayahandanya adalah Sultan Inayatullah (= Ratu Agung/Pangeran Dipati Tuha I). Ibundanya seorang bangsawan/permaisuri yaitu Gusti Timbuk binti Raden Aria Papati bin Sultan Hidayatullah I.[1] Raden Kasuma Lalana merupakan putera gahara sebab ibundanya berdarah bangsawan, tetapi ia bukanlah putera tertua. Sultan Agung juga dijuluki Ratu Lamak. Putera dari Sultan Agung (= Raden Kasuma Lalana) adalah Pangeran Dipati. Pangeran Dipati juga sering disebut Ratu Agung yang memiliki tanah badatu/tanah apanase/tanah lungguh berada di daerah Negara, sehingga ia menjadi Raja di Negara.
Raden Kasuma Lalana merupakan saudara sesusu/saudara angkat dari Raden Raden Marabut/Pangeran Taliwang (nama lahir Raden Subangsa). Pangeran Dipati Anom II yang memerintahkan Raden Subantaka bin Pangeran Mangkunagara untuk memperisterikan Raden Subangsa bin Pangeran Dipati Marta Saharie dengan puteri dari Raja Kerajaan Selaparang.
Kompromi Politik
Pangeran Suryanata II ini mengangkut 10 pucuk meriam dan 600 prajurit dari keraton Kayu Tangi, Martapura. Ia mengangkat adik kandungnya, Raden Kasuma Wijaya (= Raden Huju) menjadi Raja Muda dengan gelar Pangeran Purbanagara. Setelah dikudeta Pangeran Suryanata II, Sultan Amrullah Bagus Kasuma (Raden bagus) kemudian lari ke daerah Alay dan mengumpulkan kekuatan di sana.
Pangeran Suryanata II berkompromi politik dengan pamannya yaitu Dipati Halit (Pangeran Ratu) bin Sultan Mustain Billah, untuk memegang kembali kekuasaan pemerintahan di Martapura sampai mangkatnya pada tahun 1666. Pangeran Aria Wiraraja putera Pangeran Ratu diangkat sebagai mangkubumi (kepala pemerintahan) mendampingi Sultan Agung (kepala negara).
Sebelumnya Adipati Halit (Rakyatullah) sempat menjabat Sultan Banjar (kepala negara) sebagai temporary king dengan gelar Pangeran Ratu, tetapi atas desakan golongan suku Biaju, dia menyerahkan tahta kepada keponakannya Raden Bagus Kasuma (Amrullah) yang merupakan Putra Mahkota, anak almarhum Sultan Saidullah (= Ratu Anom).
Pada masa pemerintahannya, Sultan Agung banyak memiliki perkebunan lada di daerah pedalaman sehingga Dijk menyebut Pangeran Anom atau Pangeran Surya-Nata II sebagai Koning yan het pepergebergte (raja dari pegunungan lada). Pada masa itu Kesultanan Banjar sedang mengalami zaman keemasannya sebagai penghasil komoditas lada yang diekspor ke luar negeri. Pada masa itu para bangsawan yang juga sebagai saudagar dan pedagang lada mempunyai pasukan sendiri dan budak-budak yang dipersenjatai.
Tahun 1666 Adipati Halit (Pangeran Tapasena) meninggal, menyebabkan golongan legitimitas bertambah kuat, sehingga Amrullah Bagus Kasuma mendapat dukungan yang kuat pula. Pada tahun 1679, Amrullah Bagus Kasuma menyerang Banjarmasin dan ia dan adiknya (Raden Basus) berhasil membinasakan Sultan Agung dan putera sulungnya dan sejak itulah Amrullah kembali dapat mengambil haknya sebagai Sultan di Banjarmasin (1680-1700) sampai akhir abad ke-17. Amrullah keluar sebagai pemenang dalam perebutan tahta Banjar melawan pamannya Sultan Agung (Ratu Lamak) dan anaknya Pangeran Dipati (Ratu Agung).[5]
Sikap Anti VOC pada Masa Sultan Agung
Perebutan kekuasaan di Kesultanan Banjar pada abad ke-17 menghasilkan kompromi politik, Pangeran Ratu/Sultan Rakyatullah/Raden Halit tetap berkuasa di Martapura, sedangkan Sultan Agung/Pangeran Surya Nata II/Raden Kasuma Lalana berkuasa di Banjarmasin. Martapura yang merupakan daerah tambang emas dan hasil kebun lada terletak di sebelah hulu dari Banjarmasin, sehingga cara ini dapat mematikan perdagangan Pangeran Ratu/Sultan Rakyatullah saingannya.[6]
Sehubungan dengan ini Pangeran Suryanata II/Sultan Agung mengirim dutanya ke Betawi yaitu Souta Nella dan Nala tahun 1665. Kepada VOC disampaikan surat Pangeran Suryanata II yang isinya:
- Supaya VOC memanggil kembali orang orangnya yang berada di Martapura dan menutup lojinya.
- Mengenai lada VOC tidak perlu khawatir, karena akan dikirim Sultan sendiri dengan kapal ke Batavia.
- Meminta agar isi kapal Sultan yang dirampas VOC sekembalinya dari Aceh diberikan kembali dengan perantaraan dutanya.
- Surat ini menyebutkan pula pemberian Sultan Agung/Pangeran Suryanata kepada VOC sebanyak 2.000 gantang lada dan dua lembar tikar rotan.[7]
Utusan yang membawa surat Pangeran Suryanata ini terjadi pada tahun 1665, dan hal ini berarti perjanjian sebelumnya yang dibuat tahun 1664 hanya merupakan kertas kosong belaka.
Sikap Sultan Agung ini (Pangeran Suryanata) yang meminta VOC-Belanda keluar dari Banjarmasin, diduga atas motivasi dari Kesultanan Mataram, agar Banjarmasin membuka front terbuka sikap anti-VOC. Sikap ini diperlukan sebab kerajaan lainnya terutama Kesultanan Mataram mengalami kemunduran dalam bidang perdagangan akibat sepak terjang Belanda yang selalu memegang monopoli perdagangan.[6]
Pada bulan Juli 1665 menurut laporan Residen Gerret Lemmes, tiba-tiba Pangeran Suryanata II pergi ke daerah Negara untuk membeli lada secara monopoli dari rakyat penghasil lada dan menjualnya kepada pedagang-pedagang Makassar, Inggris, Portugis dan Cina, sedangkan utusan VOC-Belanda sama sekali tidak diberinya kesempatan memperoleh lada. Bahkan pelabuhan Banjarmasin dipenuhi dengan pedagang-pedagang dari segala bangsa dan perdagangan dilakukan secara bebas. Untuk mempertahankan perdagangan bebas ini dan menghapus keinginan VOC-Belanda untuk memperoleh monopoli, Pangeran Suryanata II mengirim utusan ke Kesultanan Banten (Sultan Ageng Tirtayasa), meminta bantuan dan mengakui kekuasan Banten atas Kesultanan Banjarmasin.[6]
Sekitar tahun 1670-an terjadi perubahan besar di Indonesia Timur yang membahayakan bagi perdagangan bebas Banjarmasin, yaitu jatuhnya bandar internasional Makassar dibawah kontrol sesuai Perjanjian Bungaya (18 November 1667), ancaman inilah yang menyebabkan Sultan Agung/Pangeran Suryanata II mengirimkan utusan-utusan ke Batavia untuk memperoleh monopoli senjata dan mesiu. Kemunduran perdagangan di Indonesia Timur ini sebagai akibat dari taktik dan strategi VOC-Belanda yang selalu berusaha memperoleh monopoli perdagangan dengan menerapkan politik divide et impera-nya.[6]
Sikap Sultan Banjar yang anti VOC-Belanda pada masa tersebut karena beberapa pertimbangan:
- Hubungan dagang dengan Belanda, selalu diakhiri dengan peristiwa pembantaian dan permusuhan di kedua belah pihak.
- Dalam setiap perjanjian kontrak dagang, VOC-Belanda selalu ingin monopoli, dan tidak memberi peluang terciptanya perdagangan bebas.
- Adat istiadat orang-orang Belanda, bertentangan dengan adat istiadat orang Banjar, sehingga lambat laun akan timbul konflik budaya.[6]
Pertimbangan-pertimbangan tersebut, didasarkan atas kemungkinan dukungan dan kemufakatan Dewan Mahkota, khususnya yang anti VOC. Walau demikian, VOC-Belanda terus menerus mencari peluang dan dukungan untuk bercokol di Banjarmasin, karena perdagangan VOC-Belanda di Kesultanan Banjarmasin tidak macet.[6]
Perdagangan Bebas
Pertengahan abad ke- 17 Banjarmasin mengalami kemajuan dan kemakmuran yang pesat. Menurut Barra pada tahun 1662 ada 12 jung orang Melayu, Inggris, Portugis mengangkut lada dan emas ke Makassar. Sementara di pelabuhan Banjarmasin dipenuhi lebih dari 1000 perahu layar, baik perdagangan interinsuler maupun perdagangan inter-kontinental, karena kontrak perdagangan (monopoli) dengan VOC yang dilakukan tahun sebelumnya hanya merupakan kontrak kosong belaka.[6]
Kesultanan Banjarmasin tidak terikat terhadap bangsa manapun juga dan lebih mengacu kepada perdagangan bebas dimana semua bangsa boleh berdagang di Banjarmasin. Orang-orang Banjar akan bebas pula melakukan hubungan dagang dengan bangsa-bangsa lain dan tidak terikat kepada VOC-Belanda, EIC-Inggris atau Portugis. Kesultanan Banjar memberikan keleluasaan kepada para saudagar untuk berniaga, dan dengan sendirinya pertumbuhan ekonomi kesultanan akan meningkat, asalkan sistem yang berlaku saat itu berfungsi.[6]
Hasil dari perdagangan bebas tersebut, Banjarmasin mengalami kemakmuran yang pesat, dan akibatnya muncul kemelut politik istana seperti pergeseran dan perebutan kekuasaan, namun walau begitu, dilihat dari pihak luar negeri, kondisi Kesultanan Banjarmasin tetap utuh.[6]
Silsilah
Raden Kasuma Lelana Sultan Dipati Anom merupakan saudara sepersusuan (saudara angkat) Raden Subangsa Pangeran Taliwang.
SULTAN BANJAR I 1500-1546 ♂ Sultan Suriansyah | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Pangeran Anom Pangeran di Hangsana | SULTAN BANJAR II ♂ Sultan Rahmatullah | ♂ Pangeran di Laut | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BANJAR III ♂ Sultan Hidayatullah I | ♀ Putri Nur Alam | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Raden Aria Papati | SULTAN BANJAR IV ♂ Sultan Mustain Billah Raden Senapati | ♂ Raden Bagus Ratu Bagus (cucu Kiai di Podok) | ♂ Raden Subamanggala Pangeran Mangkunagara | RAJA SELEPARANG ♂ Prabu Panji Anom | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Gusti Timbuk | SULTAN BANJAR V ♂ Sultan Inayatullah Pangeran Dipati Tuha I | ♀ Nyai....... | ♀ Ratu Hayu Putri Busu | ♂ Raden Timbakal Pangeran Dipati Martasari | ♀ Si Jawa | RAJA SELAPARANG (m. 1648-1660) ♂ Adipati Topati Dewa Maja Paruwa[8][9] | RAJA-RAJA TALLO | ♂ Raden Mas Panji Tilar Negara | RAJA SELEPARANG ♂ Deneq Mas Pakel | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
WALI SULTAN BANJAR ♂ Sultan Dipati Anom (Pangeran Dipati Anom 2) Raden Kasuma Lelana Sultan Agung Pangeran Suria Nata 2 (saudara angkat Raden Subangsa) | SULTAN BANJAR VI ♂ Sultan Saidullah Raden Kasuma Alam | ♂ Pangeran Singamarta Raden Sutasoma | PUTRI TALIWANG ♀ Mas Surabaya | PANGERAN TALIWANG 1 ♂ Raden Subangsa Raden Marabut | PUTRI SUMBAWA ♀ Dewa Mas Panghulu | RAJA SUMBAWA ♂ Dewa Mas Goa | Raja Tallo Harun Al Rasyid | ♂ Karaeng Panaikang Daeng Niaq (adik Harun Al Rasyid Raja Tallo) | RAJA SUMBAWA ♂ Dewa Mas Pamayam Dewa Mas Cinni | RAJA SELEPARANG ♂ Dewa Mas Kertajagat | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Pangeran Dipati | SULTAN BANJAR VII ♂ Sultan Amarullah Bagus Kasuma Raden Bagus Pangeran Suria Angsa | ♀ Gusti Pandara | RAJA TALIWANG ♂ Amas Mattaram (hilang di Tallo') | SULTAN SUMBAWA III (1672/75 – 1702/05) ♂ Dewa Mas Bantan Sultan Harunnurrasyid I | ♀ St. Halimah Daeng Tomi Karaeng Tannisanga binti Harun Al Rasyid Raja Tallo | RAJA SELEPARANG ♂ Raja Kertabumi | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BANJAR ♂ Sultan Tahmidullah 1 | DATU TALIWANG ♂ Jalaluddin Datu Taliwang Datu Ling Gunung Setia | SULTAN SUMBAWA IV (1702-17..) ♂ Mas Madina Sultan Jalaluddin Muhammad Syah I | ♀ I Rakkia Karaeng Kanjenne Addatuang Sidenreng VI Arung Berru VII (m. 1720 - 1740) | DATU JEREWEH Mas Palembang ♂ Dewa Maja Jereweh | ♀ Karaeng Bontojeqneq | ♀ Dewa Isa Karaeng Barong Patola | ♂ Daeng Mamuntuli Arung Kadjoe bin Arung Teko dari Bone | DATU SERAN PEMANGKU SULTAN SUMBAWA (1723-1725) ♂ Raja Tua Datu Bala Sawo Dewa Loka Ling Sampar | DATU SERAN Dewa Mas Pakil Dewa Lengan Seran | ♂ Datu Budi | ♀ Dewa Iya Datu Balasao (janda Sultan Hasanuddin Muhammad Ali Syah Sultan Bima V) | SULTAN BIMA ♂ Sultan Hasanuddin | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BANJAR m. 1734-1759 ♂ Sultan Tamjidillah I Sultan Sepuh dari Banjar | PANGERAN BANJAR ♂ Datu Aria (Pangeran Aria Mangku Negara) | KARAENG BONTOLANGKASA 6 ♂ I Mappasempa' Daeng Mamaro Opu Mangnguluang | SULTANAH SUMBAWA VII ♀ Sultanah Siti Aisyah | SULTAN SUMBAWA VI ♂ Sultan Muhammad Kaharuddin I | PERMAISURI BINAMU ♀ Karaeng Baine Binamu We Tenri Ico Dai Karaeng Mangarabombang Datu Pampang | RAJA BINAMU (JENEPONTO) XI m. 1796-1814 ♂ I Bebasa Daeng Lalo Karaeng Lompoa Ri Binamu | DATU JEREWEH ♂ ALAUDDIN / HASANUDDIN | ♀ Ran Tambas Lala Tambas | ♂ Datu Seppe | SULTAN BIMA ♂ Manuru Daha | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN SUMBAWA IX 1762-1765 ♂ Gusti Mesir Abdurrahman Sultan Muhammad Jalaluddin Syah II | PERMAISURI SUMBAWA ♀ Karaeng Bonto Masugi Datu Bonto Paja Siti Hadijah | ♂ I Manyombali Daeng Patompo Karaeng Barang Mamase Raja Tallo Mangkubumi Gowa | ♂ I Lotting Shalahuddin Daeng Marakka TuMalompoa ri Data | ♀ Putri..... | ♂ Dea Adipati Lalu Kaidah Mele Habirah Lalu Jamelela Dea Koasa Unter Iwes | ♀ Lala Saragialu Daeng Talebang | SULTAN SUMBAWA XIV m. 1777-1791 DATU SERAN ♂ Sultan Harun Ar Rasyid II Datu Budi Lalu Mahmud | ♀ Lala ..... | Datu Musterderman Datu Bejing | SULTAN SUMBAWA VIII 1761-1752 ♂ Sultan Lalu Onye Datu Ungkap Sermin Dewa Lengit Ling Dima | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BANJAR m. 1785-1808 ♂ Sultan Tahmidillah 2 | ♀ Ratoe Laija | SULTAN SUMBAWA X 1765 ♂ Dewa Masmawa Sultan Mahmud | ♂ I Mahmud Daeng Sila Karaeng Beroanging Raja Tallo Mangkubumi Gowa | ♂ I Tamparang Daeng Taesa Karaeng Cilallang | ♂ Karaeng Manippi Datu Bonto Mangape | ♀ Lala Intan Ratu Nong Sasir | ♀ Datu Giri | SULTAN BIMA IX m. 1773-1817 ♂ Sultan Abdul Hamid Muhammad Syah Mantau Asi Saninu | SULTANAH SUMBAWA XII m. 1791-1795 ♀ Sultanah Shafiyatuddin Daeng Massiki | ♂ Lalu Abdullah Syahbandar | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BANJAR m. 1801-1825 Sulaiman Rahmatullah | SULTAN SUMBAWA XIII ♂ Sultan Muhammad Kaharuddin II | ♀ Lala Amatollah | ♀ Ratu..... | SULTAN BIMA X m. 1818-1854 ♂ Sultan Ismail Muhammad Syah, Rumata Mawa’a Alus, Mantau Dana Sigi | ♂ Lalu Cela Tureli Belo | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BANJAR m. 1825-1857 Sultan Adam al-Watsiqu Billah | ♂ Datu Bonto Mangape | SULTAN SUMBAWA XIV ♂ Sultan Lalu Mesir | SULTAN SUMBAWA XV ♂ Sultan Lalu Muhammad Amaroe'llah | ♀ Lala Rante Patola binti Anwar Abdul Nabi | ♀ Lala Dendo binti Syahbandar Lalu Abdullah | ♂ Muhammad Yakub Ruma Kapenta Wadu | SULTAN BIMA XI m. 1854-1868 ♂ Sultan Abdullah Muhammad Syah Rumata Mawa’a Adil | PERMAISURI BIMA ♀ Siti Saleha Bumi Pertiga | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
DATU TALIWANG ♂ Daeng Mesir | ♀ Datu Balasari | DATU RAJA MUDA SUMBAWA ♂ Daeng Mas Kuncir Datu Lolo Daeng Manassa | ♂ Daeng Padusung Mappasusung | ♀ Daeng Ante Datu Singasari binti M. Yakub Ruma Kapenta Wadu | MANGKUBUMI BIMA ♂ Muhammad Qurais bin Muhammad Hidir Raja Bicara Bima | PERMAISURI BIMA ♀ Sitti Fatimah binti Lalu Yusuf Ruma Sakuru | SULTAN BIMA XIII m. 1881-1915 ♂ Sultan Ibrahim Rumata Mawa’a Taho Perange | SULTAN DOMPU XX ♂ Sultan Muhammad Sirajuddin | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN SUMBAWA XVI ♂ Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III | ♀ Siti Maryam Daeng Risompa Datu Ritimu | PERMAISURI BIMA ♀ Sitti Maryam | SULTAN BIMA XIV m. 1915-1951 ♂ Sultan Muhammad Salahuddin Marrbora di Jakarta, Ma Kakidi Agama | PERMAISURI BIMA ♀ Siti Aisyah | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
DATU RAJA MUDA SUMBAWA ♂ Datu Raja Muda Daeng Rilangi | SULTAN SUMBAWA XVII ♂ Sultan Muhammad Kaharuddin III | PERMAISURI SUMBAWA ♀ Siti Khodijah Daeng Ante Ruma Pa'duka | SULTAN BIMA XV m. 1951-2001 ♂ Sultan Haji Abdul Kahir II, Ama Ka'u Kahi, Ruma Ma Wa'a Busi Ro Mawo | PERMAISURI BIMA ♀ Hj. RM Zubaidah | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Nindo Siti Rahayu Daeng Risompa | SULTAN SUMBAWA XVIII ♂ Sultan Muhammad Kaharuddin IV | PERMAISURI SUMBAWA ♀ Siti Khodijah Daeng Ante Ruma Pa'duka | PERMAISURI BIMA ♀ Hj. Indah Damayanti Putri | SULTAN BIMA XVI m. 4 Juli 2013-23 Desember 2013 ♂Sultan Haji Fery Zulkarnain (Dae Ferry) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PUTRI SUMBAWA ♀ Daeng Nadia Indriana Hanoum | PUTRI SUMBAWA ♀ Daeng Sarrojini Naidu | ♂ Sentot Agus Priyanto | Jena Teke SULTAN MUDA BIMA XVII ♂ Muhammad Putera Ferryandi, S.IP.[10] | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Raindra Saadya Ramadhan Priyanto | ♂ Raihan Omar Hasani Priyanto | ♂ Rayaka Ali Kareem Priyanto | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|}
Didahului oleh: Amrullah Bagus Kasuma |
Sultan Banjar 1663-1679 |
Diteruskan oleh: Amrullah Bagus Kasuma |
Referensi
- ^ a b c d Ras, Johannes Jacobus (1990). Hikayat Banjar (dalam bahasa Melayu). Diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836212405.ISBN 983-62-1240-X
- ^ a b Souza, George Brya (2004). The Survival of Empire: Portuguese Trade and Society in China and the South China Sea 1630-1754 (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. hlm. 126. ISBN 0-521-53135-7. ISBN 9780521531351
- ^ http://www.scribd.com/doc/152197751/bab-IV
- ^ "Regnal Chronolgies Southeast Asia: the Islands". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-11. Diakses tanggal 2009-12-16.
- ^ "Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah". Sejarah Daerah Kalimantan Selatan. Indonesia: Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1977. hlm. 33.
- ^ a b c d e f g h i (Indonesia) M. Gazali Usman, Kerajaan Banjar: Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi, Perdagangan dan Agama Islam, Banjarmasin: Lambung Mangkurat Press, 1994.
- ^ (Indonesia) Bandjermasin (Sultanate), Surat-surat perdjandjian antara Kesultanan Bandjarmasin dengan pemerintahan2 V.O.C.: Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia- Belanda 1635-1860, Penerbit Arsip Nasional Republik Indonesia, Kompartimen Perhubungan dengan Rakjat 1965
- ^ Hägerdal, Hans (2001). Hindu rulers, Muslim subjects: Lombok and Bali in the seventeenth and eighteenth centuries (dalam bahasa Inggris). Indonesia: White Lotus Press. hlm. 96. ISBN 9747534118. ISBN 9789747534115
- ^ Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde (dalam bahasa Inggris). 154. M. Nijhoff. 1998. hlm. 74.
- ^ https://www.suarantb.com/politik/2019/10/278729/Resmi,Anak.Bupati.Bima.Jadi.Ketua.Dewan/