Lompat ke isi

Ekspansi Timuriyah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ekspansi Timuriyah ialah serangkain peristiwa penaklukan dan invasi Kekaisaran Timuriyah dimulai pada 1363 M, setelah menaklukan Kekhanan Chagatai dan berakhir pada awal abad ke-15 dengan keruntuhan Kekaisaran Timuriyah. Timur Lenk pendiri Dinasti dan Kekaisaran Timuriyah adalah panglima dengan perang skala besar dan fakta bahwa dirinya nyaris tak terkalahkan dalam berbagai pertempuran, ia telah dianggap sebagai salah satu komandan militer paling sukses sepanjang masa. Ekspansi ini mengakibatkan supremasi Timuriyah atas Asia Tengah, Persia (Iran), Kaukasus, Levant, sebagian Asia Selatan dan Eropa Timur, dengan pembentukan Kekaisaran Timuriyah 1370 M. Para ahli memperkirakan bahwa kampanye militernya menyebabkan kematian 17 juta jiwa, berjumlah sekitar 5% dari populasi dunia pada saat itu.

Timur Lenk memperoleh kekuasaan dari sisa Kekhanan Chagatai Barat (Transoxiana) setelah mengalahkan Amir Husain, dalam Pertempuran Balkh tetapi aturan yang ditetapkan oleh Jenghis Khan mencegahnya menjadi Khagan karena dia keturunan langsung Jenghis Khan. Untuk mensiasatinya, Timur mengangkat Soyurgatmish, Khan boneka keturunan dari Ogedei. Setelah itu, ia meluncurkan kampanye militer besar-besaran ke segala arah dan mengukuhkan kekuasaannya atas sebagian besar Timur Tengah dan Asia Tengah. Timur tidak pernah mengadopsi gelar Kaisar atau Khalifah dan mempertahankan gelar Amir.

Untuk melegitimasi kekuasaan dan kampanye militernya, Timur menikahi janda Husain, Saray Mulk Khanum yang masih keturunan Jenghis Khan. Dengan begitu dia menyebut dirinya Temur Gurkhan ( menantu Khan Agung, Jenghis Khan ). Kejayaan Kekaisaran Timuriyah di Transoxiana dan Asia Tengah serta pengaruh Timur atas Kesultanan Mamluk Kairo, Kesultanan Utsmaniyah, Kesultanan Delhi dan Gerombolan Emas, mulai melemah setelah kematiannya, karena perang suksesi antara putranya dan cucu Shahrukh Mirza dan Khalil Sultan. Namun, Kesultanan Mughal yang didirikan oleh cicitnya Babur di anak benua India mewarisi Dinasti Timuriyah dan bertahan sampai pertengahan abad ke-19.

Asia Tengah

Timur menjadi kepala suku Barlas (suku Asia Tengah) dan memperoleh wilayah yang luas dengan membantu Amir Husain, seorang pangeran Qara'unas dan penguasa de facto Kekhanan Chagatai Barat. Ketika Tughlugh Timur mengangkat putranya Ilyas Khoja sebagai gubernur Mawarannahr, Timur dan Amir Husain memberontak melawan Ilyas Khoja tetapi dikalahkan oleh tentara Khoja di Tashkent. Ilyas Khoja bergerak menuju Samarkand tetapi dikalahkan oleh pasukan Timur dan dipaksa mundur kembali ke Chagatai Timur. Dengan begitu, Timur menjadi penguasa Samarkand.

Pada 1370 Timur memutuskan untuk menyerang Amir Husain di Balkh. Setelah melintasi sungai Amu Darya di Termez, mulai mengepung kota. Tentara Husain keluar dari kota untuk menyerang pasukan Timur. Pada pada hari kedua pertempuran, pasukan Timur berhasil masuk ke kota. Husain mengurung diri di dalam benteng, membiarkan pasukan Timur untuk menjarah kota. Setelah merebut kota, Timur mengeksekusi Khabul Shah, Khan boneka Chagatai Barat dan mengangkat Suurgatmish di atas takhta Khan sebagai boneka Timur. Hal ini membuat Timur menjadi kekuatan utama di Mawarannahr dan Chagatai Barat dalam supremasi Asia Tengah.

Asia Selatan

Pada tahun 1398, Timur memulai kampanyenya menuju anak benua India (Hindustan). Pada saat itu kekuatan dominan anak benua adalah dinasti Tughlaq dari Kesultanan Delhi. Timur memulai perjalanannya dari Samarkand dan menginvasi bagian utara India (sekarang Pakistan dan India Utara) dengan menyeberangi Sungai Indus pada tanggal 30 September 1398.

Pasukan Timuriyah pertama-tama menjarah Tulamba dan kemudian Multan pada Oktober 1398. Sebelum invasi Timur ke Delhi, cucunya Pir Muhammad telah memulai ekspedisinya dengan merebut benteng Bhatner dan menghadapi perlawanan dari Gubernur Meerut. Dengan begini, Timur telah mengalahkan semua pusat administrasi penting Kesultanan Delhi sebelum kedatangannya ke Delhi.

Pertempuran antara Sultan Nasir-ud-Din Tughlaq yang bersekutu dengan Mallu Iqbal dan Timur terjadi pada tanggal 17 Desember 1398. Pasukan India memiliki gajah perang dengan gading yang dipasangi tombak beracun, memberikan kesulitan bagi pasukan Timuriyah seperti yang dialami pasukan Tatar. Pada akhirnya pasukan Nasir-ud-Din Tughlaq dikalahkan dan melarikan diri dengan sisa-sisa pasukannya. Setelah pertempuran, Timur mengangkat Khizr Khan al Sayyid, Gubernur Multan sebagai Sultan baru Kesultanan Delhi di bawah kekuasaannya. Penaklukan Delhi adalah salah satu kemenangan terbesar Timur, bisa dibilang melampaui Darius Agung, Alexander Agung dan Jenghis Khan karena kondisi perjalanan yang keras dan pencapaian mengalahkan kota terkaya di dunia pada saat itu. Delhi menderita kerugian besar karena ini dan membutuhkan waktu satu abad untuk pulih.

Asia Barat

Setelah kematian Abu Sa'id, penguasa Ilkhanat pada tahun 1335, terjadi kekosongan kekuasaan di Persia. Pada akhirnya, Persia terpecah di antara Muzaffarid, Kartid, Eretnid, Chobanid, Injuid, Jalayirid, dan Sarbadar. Pada tahun 1383, Timur memulai penaklukan militernya yang panjang atas Persia, meskipun ia telah menguasai sebagian besar Khorasan Persia pada tahun 1381, setelah Khwaja Mas'ud, dari dinasti Sarbadar menyerah. Timur memulai kampanye Persianya dengan Herat ibu kota dinasti Kartid. Ketika Herat tidak menyerah, dia membuat kota itu menjadi puing-puing dan membantai sebagian besar warganya; itu tetap reruntuhan sampai Shah Rukh memerintahkan rekonstruksi sekitar 1415.  Timur kemudian mengirim seorang Jenderal untuk menangkap pemberontak Kandahar. Dengan dudukinya Herat dinasti Kartid menyerah dan menjadi bawahan Timuriyah, kemudian akan dianeksasi langsung pada tahun 1389 oleh Miran Shah.

Kaukasus

Kerajaan Georgia, sebuah kerajaan Kristen yang mendominasi sebagian besar Kaukasus,  ditaklukkan berkali-kali oleh Timur antara 1386 dan 1403. Konflik-konflik ini terkait erat dengan perang antara Timur dan Tokhtamysh, Khan terakhir dari Gerombolan Emas. Dia secara resmi menyatakan invasinya sebagai jihad melawan non-Muslim. Meskipun Timur menginvasi Georgia berkali-kali namun ia tidak pernah menjadikan Georgia sebagai negara Muslim.

Konflik pertama Timur di Kaukasus merupakan tanggapan terhadap serangan Tokhtamysh ke Iran Utara melalui tanah Kaukasia pada tahun 1385. Setelah menguasai Azerbaijan dan Kars, Timur bergerak ke Georgia. Pertama dia menyerang Samtskhe atabegate, kepangeranan di Kerajaan Georgia, kemudian mengepung Tbilisi dimana raja Georgia Bagrat V berada. Kota itu jatuh pada 21 November 1386 dan Raja Bagrat V ditangkap. Namun Bagrat V dibebaskan bersama 12.000 tentaranya untuk membangun kembali Georgia sebagai bawahan Timur.

Pada tahun-tahun berikutnya Timur menginvasi Georgia berkali-kali dan tetap menang di sebagian besar konflik. Pada musim semi 1387, ia kembali ke Georgia untuk membalas dendam atas penyergapan dan pelariannya. Pada 1394, ia kembali merebut provinsi timur yang direbut oleh Georgia selama perang Tokhtamysh–Timur .