Lompat ke isi

Nahdlatul Ulama

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 28 November 2021 10.05 oleh Syahidan Haq (bicara | kontrib) (Penambahan Sejarah dan Latar Belakang)
Nahdlatul Ulama
Berkas:NU LOGO HD.jpg
Lambang & Bendera Nahdlatul Ulama
SingkatanNU
Tanggal pendirian31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 H
PendiriHadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari
Didirikan diKota Surabaya
TipeOrganisasi
TujuanBerlakunya ajaran Islam yang menganut paham Ahlusunah wal Jama'ah untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang moderat dan berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteraan ummat Islam, negara, serta demi terciptanya rahmat bagi semesta.
Kantor pusatJl. Kramat Raya, No. 164, Jakarta Pusat
Jumlah anggota
91,2 juta (2019)
Rais 'Aam (Pimpinan Tertinggi)
K. H. Miftachul Akhyar
Ketua Umum
K. H. Said Aqil Siradj
Situs webSitus web resmi

Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama'), disingkat N.U, adalah Orgasnisasi Islam terbesar di Indonesia yang berdiri pada 31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 di Kota Surabaya dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan dan Ahlusunah wal Jama'ah. Selain itu, NU sebagaimana organisasi-organisasi pribumi lain baik yang bersifat sosial, budaya, atau keagamaan yang lahir di masa penjajahan, pada dasarnya merupakan bentuk perlawanan terhadap penjajah. Berdirinya NU ini merupakan suatu kebangkitan kesadaran bernegara dan beragama yang ditampakkan dalam wujud gerakan organisasi untuk menjawab kepentingan nasional dan dunia Islam.

Latar Belakang

Akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan terus menyebar - setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.

Merespon kebangkitan nasional tersebut, Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) dibentuk pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (Kebangkitan Kaum Saudagar).

Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Berangkat dari munculnya berbagai macam komite dan organisasi, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kyai, karena tidak terakomodir kyai dari kalangan tradisional untuk mengikuti konferensi Islam Dunia yang ada di Indonesia dan Timur Tengah, akhirnya muncul kesepakatan dari para ulama pesantren untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H / 31 Januari 1926 di Kota Surabaya. Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasjim Asy'ari sebagai Rais Akbar.

Ada banyak faktor yang melatar belakangi berdirinya NU, di antaranya adalah perkembangan dan pembaharuan pemikiran Islam yang menghendaki pelarangan segala bentuk amaliah kaum Sunni. Sebuah pemikiran agar ummat Islam kembali pada ajaran Islam yang murni, yaitu dengan cara umat Islam melepaskan diri dari sistem bermadzhab. Bagi para kiai pesantren, pembaruan pemikiran keagamaan sejatinya tetap merupakan suatu keniscayaan, namun tetap tidak dengan meninggalkan tradisi keilmuan para ulama terdahulu yang masih relevan. Untuk itulah, Jam'iyah Nahdlatul Ulama cukup mendesak untuk segera didirikan.

Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasjim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (Anggaran Dasar), kemudian juga merumuskan kitab "Itikad Ahlussunnah wal Jama'ah". Kedua kitab tersebut kemudian dijadikan rujukan dalam Khittah NU dan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir serta bertindak dalam bidang sosial, keagamaan, dan politik kebangsaan.

Sejarah

Terbentuknya Nahdlatul Ulama sebagai wadah Ahlussunnah wal Jama’ah bukan semata-mata karena KH. Hasyim Asy’ari dan ulama-ulama lainnya ingin melakukan inovasi, namun memang kondisi pada waktu itu sudah sampai pada kondisi genting dan wajib mendirikan sebuah wadah.

Saat itu, di Timur Tengah terjadi sebuah peristiwa besar yang mengancam eksistensi Ahlussunnah wal Jama’ah terkait penghapusan sistem khalifah oleh Republik Turki Modern dan berkuasanya rezim Mazhab Wahabi di Arab Saudi yang sama sekali tidak membuka ruang bagi berkembangnya madzhab lain di tanah Arab saat itu. Menjelang berdirinya NU, beberapa ulama besar berkumpul di Masjidil Haram dan sangat mendesak berdirinya wadah bagi tumbuh kembang dan terjaganya ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah.

Setelah melakukan istikharah, maka para ulama-ulama di Arab Saudi mengirim pesan kepada KH. Hasyim Asy’ari untuk segera menemui dua ulama di Indonesia, dan jika dua orang tersebut menyetujui maka segera dilakukan tindak lanjut, yakni Habib Hasyim bin Umar bin Toha  bin Yahya Pekalongan dan Syaikhona Kholil Bangkalan. KH Hasyim Asy’ari dengan didampingi Kiai Yasin, Kiai Sanusi, dan KH. R. Asnawi Kudus dengan diantar Kiai Irfan segera datang ke kediamannya Habib Hasyim.

Begitu KH. Hasyim Asy’ari duduk, Habib Hasyim langsung berkata, “Kiai Hasyim Asy’ari, silahkan laksanakan niatmu jika akan membentuk wadah Ahlussunnah wal Jama’ah, saya rela, tapi tolong saya jangan ditulis”. Selanjutnya ketika berkunjung ke tempat Syaikhona Kholil Bangkalan, beliau memperoleh wasiat untuk segera melaksanakan niatnya dan beliau merestuinya. Akan tetapi Kiai Kholil juga berpesan “Tolong, nama saya jangan ditulis”. KH. Hasyim Asy’ari tertegun karena kedua ulama tersebut tidak mau ditulis namanya. Namun, akhirnya Kiai Kholil membolehkan ditulis tetapi meminta sedikit saja.

Meskipun demikian, KH Hasyim Asy’ari dalam perjalanannya sangat berhati-hati dan kadang muncul keraguan. Kemudian pada tahun 1924, Syaikhona Kholil segera memanggil muridnya, KH. As’ad Syamsul Arifin, yang saat itu berumur 27 tahun untuk menghadap Syaikhona Kholil.

“As’ad, tolong antarkan tongkat ini ke Tebuireng dan sampaikan langsung kepada Kiai Hasyim Asy’ari, tetapi ada syaratnya, kamu harus hafal Surat Thaha ayat 17-23 dan bacakanlah di hadapan Kiai Hasyim”. Demikian pesan Kiai Kholil sambil menyerahkan tongkat kepad Kiai As'ad.

Lalu Kiai As'ad segera berangkat dengan mengayuh sepeda angin, beliau telah dibekali uang oleh Syaikhona Kholil untuk di perjalanan, namun Kiai As'ad justru berpuasa selama di dalam perjalanan. Kemudian setibanya di Tebuireng, As’ad segera menghadap Kiai Hasyim Asy'ari dan berkata “Kiai, saya diutus oleh Syaikhona Kholil untuk mengantarkan dan menyerahkan tongkat ini kepada Kiai”. Tongkat itu diterima dengan penuh perasaan haru dan Kiai Hasyim bertanya kepada Kiai As’ad, “Apa tidak ada pesan dari Syaikhona Kholil ?” Lalu Kiai As’ad membaca hafalanya (Surat Thaha ayat 17-23) yang artinya “Apakah yang ada di tangan kananmu, wahai Musa ? Dia (Musa) berkata, “Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain.” Allah berfirman, “Lemparkanlah ia, wahai Musa!” Lalu (Musa) melemparkan tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Dia (Allah) berfirman, “Peganglah ia dan jangan takut, Kami (Allah) akan mengembalikannya kepada keadaannya semula, Dan kepitkanlah tanganmu keketiakmu, niscaya ia keluar menjadi putih (bercahaya) tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain, untuk Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar”.

Berselang beberapa hari, Syaikhona Kholil kembali mengutus Kiai As'ad untuk mengantarkan sebuah tasbih kepada KH. Hasyim Asy'ari, dengan penuh rasa tawadhu' dan sikap hormat, Kiai As'ad segera menghadap Syaikhona Kholil untuk menerima tasbih dari beliau. Pada saat Syaikhona Kholil menyerahkan tasbih itu, Kiai As'ad enggan untuk menerima dengan kedua tangannya, beliau memohon kepada Syaikhona untuk mengalungkan tasbih itu ke lehernya dengan maksud agar tidak terjatuh saat di perjalanan dan karena tasbih itu adalah tasbih yang dipakai Syaikhona Kholil setiap harinya, maka Kiai As'ad sama sekali tidak berani memegang dengan tangannya.

Seraya mengalungkan tasbih itu ke leher Kiai As'ad, Syaikhona Kholil berpesan kepada Kiai As'ad untuk mewiridkan Asmaul Husna "Yaa Jabbar Yaa Qahhar" hingga sampai Tebuireng, dan beliau juga mengutus untuk membaca bacaan itu di hadapan Kiai Hasyim sebanyak tiga kali.

Selama di perjalanan, Kiai As'ad juga sama sekali tidak memiliki keberanian untuk menyentuh tasbih itu, hingga sesampainya di Tebuireng, Kiai As'ad segera menghadap Kiai Hasyim dan memohon kepada Kiai Hasyim untuk mengambil tasbih itu dari lehernya dan Kiai As'ad membaca "Yaa Jabbar Ya Qahhar". Setelah tasbih itu diterima oleh Kiai Hasyim, beliau sangat terharu dan menangis sebab niatnya untuk mendirikan wadah Ahlussunnah wal Jama'ah semakin bulat.

KH. Hasyim Asy'ari menangkap isyarat-isyarat tersebut bahwa gurunya memantapkan hati beliau untuk merestui didirikannya Jam'iyah Nahdlatul Ulama yang telah dipersiapkan juga oleh KH. A. Wahab Hasbullah dan ulama-ulama lainnya. Langkah demi langkah dilakukan dengan sangat hati-hati karena tidak ingin terjebak dalam nafsu kekuasaan belaka, namun belum juga terwujud.

Setahun kemudian, pada tanggal 31 Desember 1926 M / 16 Rajab 1344 H di Surabaya berkumpul para ulama se-Jawa-Madura. Mereka bermusyawarah dan sepakat mendirikan organisasi Islam Nahdlatul Ulama.

Paham Keagamaan

Nahdlatul Ulama menganut paham Ahlussunah wal Jama'ah, yaitu sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara Nash (Al Qur'an dan Hadits) dengan Akal (Ijma' dan Qiyas). Oleh sebab itu sumber hukum Islam bagi warga NU tidak hanya Al Qur'an, dan As Sunnah saja, melainkan juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empiris.

Maka, di dalam persoalan aqidah, NU merujuk kepada Imam Abul Hasan Al Asy'ari, sedangkan dalam persoalan fiqih, NU merujuk kepada Imam Syafi'i, dan dalam bidang tashawwuf, NU merujuk kepada Imam Al Ghazali. Namun NU tetap mengakui dan bersikap tasamuh kepada para mujtahid lainnya, seperti dalam bidang aqidah dikenal seorang mujtahid bernama Abu Mansur Al Maturidi, kemudian dalam bidang fiqih terdapat tiga mujtahid besar selain Imam Syafi'i, yakni Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Hanbali, serta dalam bidang tashawwuf dikenal pula Imam Junaid al-Baghdadi

Adapun gagasan "Kembali ke Khittah NU" pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran Ahlussunnah wal Jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fiqih maupun sosial, serta merumuskan kembali hubungan NU dengan Negara. Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.

Tingkatan dan Struktur Organisasi

No. Nama Kepanjangan Tingkatan
1 PB Pengurus Besar Nasional (Jakarta)
2 PW Pengurus Wilayah Provinsi
3 PC Pengurus Cabang Kabupaten/Kota
4 MWC Majelis Wakil Cabang Kecamatan
5 PR Pegurus Ranting Desa/Kelurahan
6 PCI Pengurus Cabang Istimewa Luar Negeri

Pada tingkatan PB (Pengurus Besar), terdiri atas :

  1. Mustasyar (Penasehat)
  2. Syuriah (Dewan Legislatif)
    • Rais 'Aam (Pimpinan Tertinggi NU)
    • Wakil Rais 'Aam
    • Katib 'Aam (Manajemen)
    • Wakil Katib 'Aam
    • A'wan (Pembantu Tugas Rais 'Aam)
  3. Tanfidziyah (Dewan Eksekutif)
    • Ketua Umum
    • Wakil Ketua Umum
    • Ketua
    • Sekretaris Jenderal
    • Wakil Sekretaris Jenderal
    • Bendahara Umum
    • Bendahara

Pada tingkatan PW (Pengurus Wilayah), PC (Pengurus Cabang), dan MWC (Majelis Wakil Cabang), terdiri atas :

  1. Mustasyar (Penasehat)
  2. Syuriah (Dewan Legislatif)
    • Rais Syuriah (Pimpinan PW)
    • Wakil Rais Syuriah
    • Katib Syuriah
    • Wakil Katib Syuriah
    • A'wan (Pembantu Tugas Rais Syuriah)
  3. Tanfidziyah (Dewan Eksekutif)
    • Ketua
    • Wakil Ketua
    • Sekretaris
    • Wakil Sekretaris
    • Bendahara
    • Wakil Bendahara

Daftar Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Dari Masa ke Masa

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Lambang Nahdlatul UIama

K.H. Miftachul Akhyar
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama



Dr. (H.C.) K.H. Yahya Cholil Staquf
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
SingkatanNU
Dibentuk31 Januari 1926[1]
Pejabat pertamaK.H. M. Hasyim Asy’ari (Rais Akbar)
H. Hasan Gipo (Ketua Umum)
Situs webwww.nu.or.id

Kepengurusan Nahdlatul Ulama terdiri dari dua jajaran, yakni Syuriah (senat) dan Tanfidziyah (eksekutif). Jabatan tertinggi Syuriah disebut Rais' Aam, sedangkan jabatan tertinggi Tanfidziyah disebut Ketua Umum. Kedudukan pimpinan tertinggi berada di posisi Rais ‘Aam dan membawahi Ketua Umum. Aktivitas organisasi dan segala program yang dilakukan oleh Ketua Umum harus atas izin dan restu dari Rais ‘Aam selaku pimpinan tertinggi dan sesepuh di dalam organisasi Nahdlatul Ulama.

Daftar Rais 'Aam

Rais 'Aam adalah jabatan paling tertinggi di dalam kepengurusan Nahdlatul Ulama’ yang berposisi sebagai senat dan berada di dalam jajaran syuriah. Rais ‘Aam dibantu oleh Wakil, Katib (sekretaris), dan A'wan (pembantu). Jabatan Rais 'Aam pertama kali adalah K.H. M. Hasyim Asy'ari dengan gelar Rais Akbar sebab beliau sebagai pendiri sekaligus pimpinan tertinggi pertama kali di dalam Nahdlatul Ulama. Sepeninggal K.H. M. Hasyim Asy’ari, jabatan tertinggi ini tidak lagi disebut Rais Akbar, melainkan Rais ‘Aam. Saat ini pejabat Rais 'Aam masa khidmat 2022-2027 adalah K.H. Miftachul Akhyar.

No Potret Nama Masa Khidmat Dipilih melalui
1 K.H. Muhammad Hasyim Asy'ari 1926-1947
  • Muktamar I (1926)
  • Muktamar II (1927)
  • Muktamar III (1928)
  • Muktamar IV (1929)
  • Muktamar V (1930)
  • Muktamar VI (1931)
  • Muktamar VII (1932)
  • Muktamar VIII (1933)
  • Muktamar IX (1934)
  • Muktamar X (1935)
  • Muktamar XI (1936)
  • Muktamar XII (1937)
  • Muktamar XIII (1938)
  • Muktamar XIV (1939)
  • Muktamar XV (1940)
  • Muktamar XVI (1946)
2 K.H. Abdul Wahab Hasbullah 1947-1971
  • Muktamar XVII (1947)
  • Muktamar XVIII (1948)
  • Muktamar XIX (1951)
  • Muktamar XX (1954)
  • Muktamar XXI (1956)
  • Muktamar XXII (1959)
  • Muktamar XXIII (1962)
  • Muktamar XXIV (1967)
3 K.H. Bisri Syansuri 1971-1980 [a]
  • Muktamar XXV (1971)
  • Muktamar XXVI (1979)
4 K.H. Ali Maksum 1981-1984
  • Dipilih melalui Munas NU di Yogyakarta pada 28 Agustus 1981
5 K.H. Ahmad Shiddiq 1984-1991[b]
  • Muktamar XXVII (1984)
  • Muktamar XXVIII (1989)
6 Ag. H. Ali Yafie[c] 1991-1992
7 K.H. Ilyas Ruhiat 1992-1999
  • Muktamar XXIX (1994)
8 Dr. (H.C.) K.H. M. A. Sahal Mahfudh 1999-2014[d]
  • Muktamar XXX (1999)
  • Muktamar XXXI (2004)
  • Muktamar XXXII (2010)
9 Dr. (H.C.) K.H. Ahmad Mustofa Bisri 2014-2015
10 Prof. Dr. (H.C.) K.H. Ma'ruf Amin 2015-2018[e]
  • Muktamar XXXIII (2015)
11 K.H. Miftachul Akhyar 2018-2027
  • Terpilih secara aklamasi pada 22 September 2018 mengantikan K.H. Ma'ruf Amin
  • Muktamar XXXIV (2021)

Daftar Ketua Umum

Ketua Umum adalah jabatan tertinggi pada jajaran tanfidziyah dan berposisi sebagai pihak eksekutif, segala tindakan ataupun program yang dilaksanakan oleh Ketua Umum harus melalui izin dan restu dari Rais ‘Aam selaku pimpinan tertinggi dan senator. Ketua umum didampingi oleh Wakil, Sekretaris Jenderal, dan Bendahara. Jabatan Ketua Umum ini pertama kali adalah K.H. Hasan Gipo. Saat ini Ketua Umum NU masa khidmat 2022-2027 adalah Dr. (H.C.) K.H. Yahya Cholil Staquf.

No Potret Nama Masa Khidmat Dipilih melalui
1 K.H. Hasan Gipo 1926-1929
  • Muktamar I (1926)
  • Muktamar II (1927)
  • Muktamar III (1928)
2 K.H. Ahmad Noor 1929-1937
  • Muktamar IV (1929)
  • Muktamar V (1930)
  • Muktamar VI (1931)
  • Muktamar VII (1932)
  • Muktamar VIII (1933)
  • Muktamar IX (1934)
  • Muktamar X (1935)
  • Muktamar XI (1936)
3 K.H. Mahfudh Siddiq 1937-1944[A]
  • Muktamar XII (1937)
  • Muktamar XIII (1938)
  • Muktamar XIV (1939)
  • Muktamar XV (1940)
4 K.H. Nahrawi Tahir 1944-1951
  • Muktamar XVI (1946)
  • Muktamar XVII (1947)
  • Muktamar XVIII (1948)
5 K.H. Abdul Wahid Hasyim 1951-1954
  • Muktamar XVIX (1951)
6 K.H. Muhammad Dahlan 1954-1956
  • Muktamar XX (1954)
7 Dr. (H.C.) K.H. Idham Chalid 1956-1984
  • Muktamar XXI (1956)
  • Muktamar XXII (1959)
  • Muktamar XXIII (1962)
  • Muktamar XXIV (1967)
  • Muktamar XXV (1971)
  • Muktamar XXVI (1979)
8 Dr. (H.C.) K.H. Abdurrahman Wahid 1984-1999
  • Muktamar XXVII (1984)
  • Muktamar XXVIII (1989)
  • Muktamar XXIX (1994)
9 K.H. Ahmad Hasyim Muzadi 1999-2010
  • Muktamar XXX (1999)
  • Muktamar XXXI (2004)
10 Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj, M.A. 2010-2021
  • Muktamar XXXII (2010)
  • Muktamar XXXIII (2015)
11 Dr. (H.C.) K.H. Yahya Cholil Staquf 2022-2027
  • Muktamar XXXIV (2021)

Referensi

  1. ^ "Sejarah Nahdlatul Ulama". NU Online. Diakses tanggal 20 Februari 2022. 
  2. ^ Sahal, Hamzah (26 Januari 2021). Ahsan, Ivan Aulia, ed. "KH Ali Yafie, Mantan Rais Aam NU yang Berani Minta Soeharto Mundur". Tirto. Diakses tanggal 20 Februari 2022. 
  3. ^ Auliani, Palupi Annisa (3 Maret 2014). "Gus Mus Gantikan Almarhum Kiai Sahal sebagai Rais Am PBNU". Kompas.com. 
  4. ^ Nurita, Dewi (22 September 2018). Chairunnisa, Ninis, ed. "Ma'ruf Amin Resmi Mundur dari Jabatan Rais Aam PBNU". Tempo. Diakses tanggal 20 Februari 2022. 
  5. ^ Ismail, Faisal (Desember 2011). "The Nahdlatul Ulama: Its Early History and Contribution to the Establishment of Indonesian State". Journal of Indonesian Islam. The Institute for the Study of Religion and Society (LSAS) and the Postgraduate Program (PPs), the State Institute for Islamic Studies (IAIN) Sunan Ampel Surabaya - Indonesia. Vol. 5: 269. 
  1. ^ Wafat pada 25 April 1980 di tengah masa jabatan
  2. ^ Wafat pada 23 Januari 1991 di tengah masa jabatan
  3. ^ Mengundurkan diri sebagai Pejabat Sementara Rais 'Aam NU pada 21 Januari 1992[2]
  4. ^ Wafat pada 29 Januari 2014 di tengah masa jabatan
  5. ^ Mengundurkan diri pada 22 September 2018 setelah ditetapkan sebagai Calon Wakil Presiden Republik Indonesia 2019–2024[4]

Riwayat Muktamar NU Dari Masa ke Masa

Muktamar Nahdlatul Ulama
ke-34
Berkas:Muktamar NU ke 34.jpg
Logo Muktamar NU ke 34 di Bandar Lampung
Tuan rumahLampung
Tanggalbelum terlaksana
TempatPonpes Darussa'adah, Lampung Tengah

UIN Raden Intan Universitas Malahayati

Universitas Lampung
KotaLampung
Peserta2.300 Muktamirin
Muktamar

ke

Lokasi Tahun Rais 'Aam Ketua Umum
1 Surabaya 1926 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Hasan Gipo
2 Surabaya 1927 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Hasan Gipo
3 Surabaya 1928 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Hasan Gipo
4 Semarang 1929 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Ahmad Noor
5 Pekalongan 1930 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Ahmad Noor
6 Cirebon 1931 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Ahmad Noor
7 Bandung 1932 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Ahmad Noor
8 Jakarta 1933 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Ahmad Noor
9 Banyuwangi 1934 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Ahmad Noor
10 Surakarta 1935 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Ahmad Noor
11 Banjarmasin 1936 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Ahmad Noor
12 Malang 1937 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Mahfudz Siddiq
13 Banten 1938 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Mahfudz Siddiq
14 Magelang 1939 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Mahfudz Siddiq
15 Surabaya 1940 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Mahfudz Siddiq
16 Banyumas 1946 KH. Hasyim Asy'ari (Rais Akbar) KH. Nahrawi Thohir
17 Madiun 1947 KH. A. Wahhab Hasbullah KH. Nahrawi Thohir
18 DKI Jakarta 1948 KH. A. Wahhab Hasbullah KH. Nahrawi Thohir
19 Palembang 1951 KH. A. Wahhab Hasbullah KH. A. Wahid Hasyim
20 Surabaya 1954 KH. A. Wahhab Hasbullah KH. Muhammad Dahlan
21 Medan 1956 KH. A. Wahhab Hasbullah Dr. KH. Idham Chalid
22 DKI Jakarta 1959 KH. A. Wahhab Hasbullah Dr. KH. Idham Chalid
23 Surakarta 1962 KH. A. Wahhab Hasbullah Dr. KH. Idham Chalid
24 Bandung 1967 KH. A. Wahhab Hasbullah Dr. KH. Idham Chalid
25 Surabaya 1971 KH. Bisri Syansuri Dr. KH. Idham Chalid
26 Semarang 1979 KH. Bisri Syansuri Dr. KH. Idham Chalid
27 Situbondo 1984 KH. Ahmad Shidiq Dr. KH. Abdurrahman Wahid
28 Yogyakarta 1989 KH. Ahmad Shidiq Dr. KH. Abdurrahman Wahid
29 Tasikmalaya 1994 KH. Ahmad Shidiq Dr. KH. Abdurrahman Wahid
30 Kediri 1999 Dr. KH. M. A. Sahal Mahfuz KH. Ahmad Hasyim Muzadi
31 Surakarta 2004 Dr. KH. M. A. Sahal Mahfuz KH. Ahmad Hasyim Muzadi
32 Makassar 2010 Dr. KH. M. A. Sahal Mahfuz Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj, M.A.
33 Jombang 2015 Prof. Dr. K. H. Ma'ruf Amin Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj, M.A.
34 Lampung 2021 belum terlaksana belum terlaksana

Lembaga Organisasi

Lembaga adalah perangkat departementasi organisasi Nahdlatul Ulama yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan Nahdlatul Ulama sesuai dan berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan yang memerlukan penanganan khusus. Lembaga Nahdlatul Ulama meliputi:

No. Badan Otonom Kepanjangan
1 LDNU Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama
2 LBMNU Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama
3 LPMNU Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama
4 RMINU Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama
5 LPNU Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama
6 LPPNU Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama
7 LPKNU Lembaga Pelayanan Kesehatan Nahdlatul Ulama
8 LKKNU Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama
9 LAKPESDAMNU Lembaga Kajian & Pengembangan SDM Nahdlatul Ulama
10 LPBHNU Lembaga Penyuluhan & Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama
11 LESBUMI-NU Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama
12 LAZISNU Lembaga Zakat, Infaq, & Shadaqah Nahdlatul Ulama
13 LWPNU Lembaga Waqaf & Pertanahan Nahdlatul Ulama
14 LTMNU Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama
15 LKNU Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama
16 LFNU Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama
17 LPBINU Lembaga Penanggulangan Bencana &

Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama

18 LTNNU Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama
19 LPTNU Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama

Badan Otonom

Badan Otonom NU adalah perangkat organisasi Nahdlatul Ulama yang berfungsi melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan. Badan Otonom dikelompokkan dalam katagori Badan Otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat tertentu, dan Badan Otonom berbasis profesi dan kekhususan lainnya. Jenis badan otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat tertentu adalah :

No. Lembaga Kepanjangan Tanggal Berdiri
1 GP Ansor Gerakan Pemuda Ansor 24 April 1934
2 Muslimat (tidak ada kepanjangan) 29 Maret 1946
3 Fatayat (tidak ada kepanjangan) 24 April 1950
4 IPNU Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama 24 Februari 1954
5 IPPNU Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama 3 Maret 1955
6 JATMAN Jam'iyah Ahlit Thariqah Al Mu'tabarah

An Nahdliyah

10 Oktober 1957
7 JQH Jam'iyatul Qurra' wal Huffazh 1950
8 ISNU Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama 2010
9 SARBUMUSI Sarikat Buruh Muslimin Indonesia 27 September 1955
10 PSNU PAGAR NUSA Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa 3 Januari 1986
11 PERGUNU Persatuan Guru Nahdlatul Ulama 14 Januari 1959
12 SNNU Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama 15 Agustus 2015
13 ISHARI Ikatan Seni Hadrah Indonesia 1959
14 PMII Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia 17 April 1960

Pendidikan

Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) merupakan salah satu satuan pendidikan dibawah naungan LPTNU (Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama). Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama meliputi universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, dan akademi yang total berjumlah 179 unit sebagai berikut :

Universitas :

  1. Universitas Al Asy'ariah Mandar
  2. Universitas Al Khairaat Palu
  3. Universitas Alma Ata, Bantul
  4. Universitas An Nuur Purwodadi
  5. Universitas Billfath Lamongan
  6. Universitas Darul Ulum Jombang
  7. Universitas Darul Ulum Islamic Centre Sudirman Ungaran
  8. Universitas Hasyim Asy'ari Jombang
  9. Universitas Ibrahimy Situbondo
  10. Universitas Islam Balitar, Blitar
  11. Universitas Islam Darul Ulum Lamongan
  12. Universitas Islam Jember
  13. Universitas Islam Kadiri, Kediri
  14. Universitas Islam Lamongan
  15. Universitas Islam Madura Pamekasan
  16. Universitas Islam Makassar
  17. Universitas Islam Malang
  18. Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara
  19. Universitas Islam Nusantara Bandung
  20. Universitas Islam Raden Rahmat Malang
  21. Universitas Islam Zainul Hasan Probolinggo
  22. Universitas Ma'arif Hasyim Latif Sidoarjo
  23. Universitas Ma'arif Nahdlatul Ulama Kebumen
  24. Universitas Muria Kudus
  25. Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap
  26. Universitas Nahdlatul Ulama Blitar
  27. Universitas Nahdlatul Ulama Cirebon
  28. Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia
  29. Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat
  30. Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan
  31. Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Timur
  32. Universitas Nahdlatul Ulama Lampung
  33. Universitas Nahdlatul Ulama Maluku Utara
  34. Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat
  35. Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto
  36. Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo
  37. Universitas Nahdlatul Ulama Sulawesi Tenggara
  38. Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Barat
  39. Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Utara
  40. Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro
  41. Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
  42. Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta
  43. Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta
  44. Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo
  45. Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang
  46. Universitas Qomaruddin Gresik
  47. Universitas Sains Al Qur'an, Wonosobo
  48. Universitas Sultan Fatah, Demak
  49. Universitas Sunan Bonang Tuban
  50. Universitas Sunan Giri Sidoarjo
  51. Universitas Tomakaka Mamuju
  52. Universitas Wahab Hasbullah Jombang
  53. Universitas Wahid Hasyim, Semarang
  54. Universitas Wahidiyah Kediri
  55. Universitas Yudharta Pasuruan

Institut :

  1. Institut Agama Islam Al Falah As Sunniyah Jember
  2. Institut Agama Islam Al Khairat Pamekasan
  3. Institut Agama Islam Al Qodiri Jember
  4. Institut Agama Islam Al Qolam Malang
  5. Institut Agama Islam Bakti Negara Tegal
  6. Institut Agama Islam Bani Fattah Jombang
  7. Institut Agama Islam Cipasung Tasikmalaya
  8. Institut Agama Islam Cirebon
  9. Institut Agama Islam Darullughah Wadda'wah Pasuruan
  10. Institut Agama Islam Darussalam Banyuwangi
  11. Institut Agama Islam Darussalam Ciamis
  12. Institut Agama Islam Darussalam Martapura
  13. Institut Agama Islam Faqih Asy'ari Kediri
  14. Institut Agama Islam Ibrahimy Banyuwangi
  15. Institut Agama Islam Imam Ghozali Cilacap
  16. Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah Tasikmalaya
  17. Institut Agama Islam Ma'arif Nahdlatul Ulama Metro
  18. Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Kebumen
  19. Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban
  20. Institut Agama Islam Ngawi
  21. Institut Agama Islam Pangeran Diponegoro Nganjuk
  22. Institut Agama Islam Qomaruddin Gresik
  23. Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin Ponorogo
  24. Institut Agama Islam Sunan Giri Bojonegoro
  25. Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo
  26. Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang
  27. Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang
  28. Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah Lamongan
  29. Institut Agama Islam Tribakti Lirboyo Kediri
  30. Institut Agama Islam Uluwiyah Mojokerto
  31. Institut Ilmu Al Qur'an An Nuur Bantul
  32. Institut Ilmu Keislaman An Nuqayah Sumenep
  33. Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban
  34. Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung
  35. Institut Keislaman Abdullah Faqih Gresik
  36. Institut Pesantren KH Abdul Chalim Mojokerto
  37. Institut Pesantren Mathali'ul Falah Pati
  38. Institut Sains dan Teknologi An Nuqayah Sumenep
  39. Institut Sains dan Teknologi Nahdlatul Ulama Bali
  40. Institut Studi Islam Fahmina Cirebon
  41. Institut Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama Jambi
  42. Institut Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama Pasuruan
  43. Institut Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama Pekalongan
  44. Institut Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama Sriwijaya Palembang

Sekolah Tinggi :

  1. Sekolah Tinggi Agama Islam Al Husain Magelang
  2. Sekolah Tinggi Agama Islam Al Ma'arif Way Kanan
  3. Sekolah Tinggi Agama Islam Al Muhammad Cepu Blora
  4. Sekolah Tinggi Agama Islam Al Yasini Pasuruan
  5. Sekolah Tinggi Agama Islam An Nawawi Purworejo
  6. Sekolah Tinggi Agama Islam At Taqwa Bondowoso
  7. Sekolah Tinggi Agama Islam Badrus Sholeh Kediri
  8. Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Falah Bandung Barat
  9. Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Hikmah Bangkalan
  10. Sekolah Tinggi Agama Islam Darussalam Nganjuk
  11. Sekolah Tinggi Agama Islam Denpasar
  12. Sekolah Tinggi Agama Islam Hasan Jufri Bawean
  13. Sekolah Tinggi Agama Islam Hasanuddin Kediri
  14. Sekolah Tinggi Agama Islam Ihyaul Ulum Greaik
  15. Sekolah Tinggi Agama Islam Ki Ageng Pekalongan
  16. Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'arif Jambi
  17. Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'arif Kalirejo Lampung Tengah
  18. Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'arif Magetan
  19. Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'arif Ngawi
  20. Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'arif Sintang
  21. Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'arif Sorolangun
  22. Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'had Ali Cirebon
  23. Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Ula Nganjuk
  24. Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Kepulauan Riau, Tanjungpinang
  25. Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Kotabumi
  26. Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Madiun
  27. Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Malang
  28. Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Pacitan
  29. Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Purwakarta
  30. Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Purworejo
  31. Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Tasikmalaya
  32. Sekolah Tinggi Agama Islam Pancawahana Pasuruan
  33. Sekolah Tinggi Agama Islam Pangeran Dharma Kusuma Indramayu
  34. Sekolah Tinggi Agama Islam Pati
  35. Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
  36. Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Al Ayyubi Jakarta
  37. Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran Sleman
  38. Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Islam Al Muhsin Yogyakarta
  39. Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Kanjeng Sepuh Gresik
  40. Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Nahdlatul Ulama Ar Ridho Depok
  41. Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Nahdlatul Ulama Subang
  42. Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Walisongo Sampang
  43. Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur'an Walisongo Situbondo
  44. Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Sirnarasa Ciamis
  45. Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam Nahdlatul Ulama Indramayu
  46. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bhakti Bangsa Pamekasan
  47. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Bisnis Syari'ah Nahdlatul Ulama Garut
  48. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama Trate Gresik
  49. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syari'ah Nahdlatul Ulama Bengkulu
  50. Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah Miftahul Ulum Lumajang
  51. Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah Nahdlatul Ulama Aceh
  52. Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah Nahdlatul Ulama Cianjur
  53. Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah Nahdlatul Ulama Nusantara Tangerang
  54. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al Amin Indramayu
  55. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al Fattah Lamongan
  56. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al Urwatul Wutsqo Jombang
  57. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Buntet Pesantren Cirebon
  58. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Darul Ulum Kotabaru
  59. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Al Farabi Pangandaran
  60. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Al Hikmah Mojokerto
  61. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Al Mahsuni Lombok Timur
  62. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Sakinah Dharmasraya
  63. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Sumber Agung, OKU Timur
  64. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Santri Gresik
  65. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Sunan Giri Trenggalek
  66. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Al Amin Indramayu
  67. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Modern Ngawi
  68. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Nahdlatul Ulama Indramayu
  69. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Nahdlatul Ulama Tegal
  70. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pangeran Dharma Kusuma Indramayu

Politeknik :

  1. Politeknik Balekambang Jepara
  2. Politeknik Ma'arif Banyumas
  3. Politeknik Posmanu Pekalongan
  4. Politeknik UNISMA Malang

Akademisi :

  1. Akademi Analis Kesehatan An Nasher Cirebon
  2. Akademi Kebidanan Al Hikmah 1 Brebes
  3. Akademi Kebidanan Muslimat Nahdlatul Ulama Kudus
  4. Akademi Keperawatan Al Hikmah 2 Brebes
  5. Akademi Keperawatan Al Kautsar Temanggung
  6. Akademi Keperawatan Buntet Pesantren Cirebon

Basis Pendukung

Dalam menentukan basis pendukung atau warga NU ada beberapa istilah yang perlu diperjelas, yaitu: anggota, pendukung atau simpatisan, serta Muslim tradisionalis yang sepaham dengan NU. Jika istilah warga disamakan dengan istilah anggota, maka sampai hari ini tidak ada satu dokumen resmipun yang bisa dirujuk untuk itu. Hal ini karena sampai saat ini tidak ada upaya serius di tubuh NU di tingkat apapun untuk mengelola keanggotaannya.

Apabila dilihat dari segi pendukung atau simpatisan, ada dua cara melihatnya. Dari segi politik, bisa dilihat dari jumlah perolehan suara partai-partai yang berbasis atau diasosiasikan dengan NU, seperti PKB, PNU, PKU, Partai SUNI, dan sebagian dari PPP. Sedangkan dari segi paham keagamaan maka bisa dilihat dari jumlah orang yang mendukung dan mengikuti paham kegamaan NU. Maka dalam hal ini bisa dirujuk hasil penelitian Saiful Mujani (2002) yaitu berkisar 48% dari Muslim santri Indonesia. Suaidi Asyari[1] memperkirakan ada sekitar 51 juta dari Muslim santri Indonesia dapat dikatakan pendukung atau pengikut paham keagamaan NU. Jumlah keseluruhan Muslim santri yang disebut sampai 80 juta atau lebih, merupakan mereka yang sama paham keagamaannya dengan paham kegamaan NU. Namun belum tentu mereka ini semuanya warga atau mau disebut berafiliasi dengan NU.

Berdasarkan lokasi dan karaktaristiknya, mayoritas pengikut NU terdapat di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra. Pada perkembangan terakhir terlihat bahwa pengikut NU mempunyai profesi beragam, meskipun sebagian besar di antara mereka adalah rakyat jelata baik di perkotaan maupun di pedesaan. Mereka memiliki kohesivitas yang tinggi, karena secara sosial ekonomi memiliki problem yang sama, serta selain itu juga sama-sama sangat menjiwai ajaran ahlussunnah wal jamaah. Pada umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.

Basis pendukung NU ini cenderung mengalami pergeseran. Sejalan dengan pembangunan dan perkembangan industrialisasi, maka penduduk NU di desa banyak yang bermigrasi ke kota memasuki sektor industri. Maka kalau selama ini basis NU lebih kuat di sektor petani di pedesaan, maka saat ini di sektor buruh di perkotaan, juga cukup dominan. Demikian juga dengan terbukanya sistem pendidikan, basis intelektual dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan cepatnya mobilitas sosial yang terjadi selama ini. Belakangan ini NU sudah memiliki sejumlah doktor atau magister dalam berbagai bidang ilmu selain dari ilmu ke-Islam-an baik dari dalam maupun luar negeri, termasuk negara-negara Barat. Namun para doktor dan magister ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para pengurus NU hampir di setiap kepengurusan NU.

NU dan Politik

Pertama kali NU terjun pada politik praktis pada saat menyatakan memisahkan diri dengan Masyumi pada tahun 1952 dan kemudian mengikuti pemilu 1955. NU cukup berhasil dengan meraih 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante. Pada masa Demokrasi Terpimpin NU dikenal sebagai partai yang mendukung Soekarno, dan bergabung dalam NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis). Nasionalis diwakili Partai Nasional Indonesia (PNI), Murba (Musyawarah Rakyat Banyak), dll. Agama diwakili Partai Nahdhatul Ulama, Masyumi, Partai Katolik, Parkindo (Partai Kristen Indonesia), dll. Dan Komunis diwakili oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).

NU kemudian menggabungkan diri dengan Partai Persatuan Pembangunan pada tanggal 5 Januari 1973 atas desakan penguasa orde baru Mengikuti pemilu 1977 dan 1982 bersama PPP. Pada muktamar NU di Situbondo, NU menyatakan diri untuk 'Kembali ke Khittah 1926' yaitu untuk tidak berpolitik praktis lagi.

Namun setelah reformasi 1998, muncul partai-partai yang mengatasnamakan NU. Yang terpenting adalah Partai Kebangkitan Bangsa yang dideklarasikan oleh Abdurrahman Wahid. Pada pemilu 1999 PKB memperoleh 51 kursi DPR dan bahkan bisa mengantarkan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI. Pada pemilu 2004, PKB memperoleh 52 kursi DPR.

Partai Penerus

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ Nalar Politik NU & Muhammadiyah, 2009

Pranala luar


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "upper-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="upper-alpha"/> yang berkaitan