Jalur kereta api Tangerang–Duri
Jalur kereta api Tangerang–Duri | |
---|---|
Ikhtisar | |
Jenis | Jalur kereta api lintas cabang |
Sistem | Jalur kereta api komuter |
Status | Beroperasi |
Terminus | Tangerang Duri |
Stasiun | 11 |
Operasi | |
Dibangun oleh | Staatsspoorwegen |
Legalitas pembangunan | Wet 15 Juli 1896 Stb. No. 180[1] |
Mulai konstruksi | 5 Juli 1896 |
Dibuka | 1899 |
Pemilik | Direktorat Jenderal Perkeretaapian Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek |
Operator | KAI Commuter KAI Bandara |
Data teknis | |
Panjang lintas | 19 km (12 mi) |
Jenis rel | R54, R42 |
Lebar sepur | 1.067 mm |
Elektrifikasi | 1997 |
Kecepatan operasi | 60 s.d. 100 km/jam |
Jalur kereta api Tangerang–Duri adalah jalur kereta api yang menghubungkan Jakarta ke Tangerang. Dimulai dari Stasiun Duri, jalur kereta api ini adalah jalur yang membedakan arah Serpong dengan Tangerang Kota. Hanya KRL yang beroperasi di jalur ini.
Saat ini jalur ini sudah ditingkatkan menjadi jalur ganda dan dioperasikan penuh pada 8 Juni 2014 lalu. Hal ini dilakukan untuk menambah perjalanan KRL. Selain itu Stasiun Tanah Tinggi, Stasiun Taman Kota, dan Stasiun Grogol yang sudah lama tidak aktif, resmi diaktifkan kembali mulai tanggal 16 Juni 2015.[2]
Direncanakan jalur ini akan diperpanjang menuju Perumahan Karawaci, Tangerang. Hal ini dilakukan agar warga Karawaci yang bekerja di Jakarta lebih mudah terjangkau.[3]
Jalur terhubung
Lintas aktif
Lintas nonaktif
- Kelanjutan menuju Ci Sadane
- Percabangan Duri–Pabrik Gas Ketapang
Layanan kereta api
Kereta api bandara
Lin Soekarno-Hatta, tujuan Bandara Soekarno-Hatta dan tujuan Duri bersambung Manggarai
KRL Commuter Line
Lin Tangerang, tujuan Tangerang dan tujuan Duri
Daftar stasiun
Nomor | Nama stasiun | Singkatan | Alamat | Letak | Ketinggian | Status | Foto |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Lintas 2 Tangerang–Batavia dengan percabangan dari Batuceper menuju Bandara Soekarno-Hatta Segmen Tangerang–Batavia |
Diresmikan pada tanggal 2 Januari 1899 oleh Staatsspoorwegen Westerlijnen Termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta | ||||||
0301 | Tangerang | TNG | Jalan Kiasnawi, Sukarasa, Tangerang, Tangerang, Banten 15111 | km 19+297 | +18 m | Beroperasi | |
Tanah Tinggi | TTI | Jalan Benteng Betawi, Tanah Tinggi, Tangerang, Tangerang, Banten 15119 | km 17+710 | +11 m | Beroperasi | ||
0302 | Batuceper | BPR | Jalan Benteng Betawi, Poris Plawad, Cipondoh, Tangerang, Banten 15141 | km 15+668 | +11 m | Beroperasi | |
0303 | Poris | PI | Jalan Maulana Hasanuddin, Poris Gaga, Batuceper, Tangerang, Banten 15122 | km 13+888 | +7 m | Beroperasi | |
0304 | Kalideres | KDS | Jalan Semanan Raya, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat 11850 | km 11+390 | +7 m | Beroperasi | |
0305 | Rawa Buaya | RW | Jalan Stasiun Rawa Buaya, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat 11750 | km 9+120 | +6 m | Beroperasi | |
Bojong Indah | BOI | Jalan Bojong Raya, Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat 11740 | km 7+684[4] | +6 m | Beroperasi | ||
Taman Kota | TKO | Jalan Taman Kota, Kedaung Kali Angke, Cengkareng, Jakarta Barat 11710 | km 5+250[4] | +12 m | Beroperasi | ||
0306 | Pesing | PSG | Jalan Daan Mogot, Wijaya Kusuma, Grogol Petamburan, Jakarta Barat 11460 | km 3+736 | +5 m | Beroperasi | |
Grogol | GRG | Jalan Prof. Dr. Latumeten, Jelambar, Grogol Petamburan, Jakarta Barat 11460 | km 1+700[4] | +4 m | Beroperasi | ||
0404 | Duri | DU | Jalan Stasiun Duri, Duri Utara, Tambora, Jakarta Barat 11310 | km 3+293 lintas Angke-Tanah Abang-Rangkasbitung-Merak km 0+000 lintas Duri-Tangerang |
+9 m | Beroperasi | |
Keterangan:
Referensi:
|
Percabangan menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta
Percabangan menuju Ci Sadane
Pada zaman kolonial Belanda, Stasiun Tangerang memiliki percabangan ke Sungai Cisadane untuk mengangkut pasir dan hasil pertanian.[10] Kabarnya, material bahan pembangunan Gelora Bung Karno juga diambil melalui jalur ini dengan lokomotif C300 sebagai penarik. Berdasarkan peta kolonial tahun 1941, jalur ini masih terlihat hingga Babakan Ujung di tepi Sungai Cisadane.[11] Hanya saja, karena lama tak dikembangkan dan tidak ada lagi kereta api yang melintas, maka koridor perlintasan rel kereta api itu dibangun menjadi jalan lingkungan.
Posisi rel ini berdekatan dengan bangunan GOR Kota Tangerang, menyusur jalan lingkungan Kampung Sukamulya, Babakan Ujung hingga tepi Sungai Cisadane. Saat ini jalur tersebut tidak beroperasi dan sisa-sisa dari rel tersebut telah tertimbun bangunan padat penduduk dan beberapa rel masih terlihat menancap tak terpakai. Sepur badug dan aspek perkeretaapian di Sungai Cisadane juga telah hilang tak berbekas.
Percabangan menuju Pabrik Gas Ketapang
Percabangan ini menghubungkan Stasiun Duri dengan pabrik gas milik Nederlandsch-Indische Gasmaatschappij dengan panjang lintas kurang lebih 2,5 km yang dikelola oleh Staatssporwegen. Aset pabrik gas ini telah telah berpindah tangan ke PT PGN Tbk.
Sejarah
1880–1890-an
Jalur ini dibangun bersamaan dengan pembangunan jalur KA Tangerang–Duri dan ditutup pasca-kemerdekaan karena tidak ada kereta api yang melintas dan melayani jalur ini. Jalur kereta api ini merupakan jalur lintas cabang dari Stasiun Duri.[12] Tidak diketahui secara pasti kapan jalur ini dibangun, tetapi peta kolonial tahun 1928 menunjukkan jalur ini telah dibangun dan percabangannya berada disebelah selatan Stasiun Duri.[12] Wesel percabangan jalur ini mengarah ke kiri dari jalur Duri-Tanah Abang-Merak yang kini daerahnya menjadi kios Pasar Duri.
Sekitar tahun 1890, Batavia sama sekali belum mendapatkan penerangan jalan dan tempat umum. Lampu gas menyala untuk pertama kali di Batavia pada tahun 1862 dan menerangi lingkungan kediaman resmi Gubernur Jenderal yang kini menjadi Istana Negara.[13] Sedangkan rumah penduduk dan jalanan di Batavia masih gelap gulita. Pada November 1859, Pemerintahan Hindia Belanda memberi izin kepada perusahaan L. J. Enthoven & Co. asal Den Haag untuk menyediakan penerangan di Batavia. Perusahaan ini mulai beroperasi pada 1861. Hingga pada tahun 1864 perusahaan ini diambil alih oleh perusahaan gas milik Belanda, Nederlandsch-Indische Gasmaatschappij (NIGM).[14] Pabrik gas ini berlokasi di sisi utara Gang Ketapang yang kini menjadi Jalan KH Zainul Arifin yang ada di sisi barat Jalan Gajah Mada dan bangunan aslinya masih terdapat dibagian depan kompleks Pabrik Gas Ketapang.
1900–sekarang
Pada peta kolonial tahun 1945, jalur ini masih terpampang disebelah selatan Stasiun Duri. Menurut foto dari penumpang komuter, tepat dibawah peron jalur 1 Stasiun Duri tertimbun susunan bantalan rel yang kemungkinan menjadi sepur belok dari lintas utama yang mengarah ke komplek Pabrik Gas Ketapang. Saat ini, wesel percabangan tersebut telah dicabut sejak lama dan peron jalur 1 saat ini diaktifkan kembali untuk layanan KRL Commuter Line ke Angke. Hampir keseluruhan jalur ini tertimbun oleh bangunan padat penduduk dan ditutup aspal sehingga sulit untuk menemukan jejak-jejak peninggalan dari jalur kereta api ini. Tidak ada aset lain termasuk sistem persinyalan yang tersisa pada jalur ini.
Disebelah selatan Stasiun Duri terdapat jalan yang berbelok ke timur yang berbentuk melengkung khas tikungan jalur rel kereta api. Kemudian menyusuri Jalan Duri Selatan dan lurus terus di samping Jalan K.H. Zainul Arifin hingga mencapai lokasi pabrik. Sampai awal 2000-an, masih terdapat jembatan kereta api yang melintas di atas kali Cideng. Bahkan tahun 2012, masih terlihat awal percabangan rel di selatan Stasiun Duri.[15] Tidak ada yang tahu pasti lokomotif dan rangkaian seperti apa yang digunakan di jalur ini serta kapan jalur ini ditutup, mengingat minimnya data pola operasi jalur ini dan pendeknya masa dinas perjalanan angkutan gas di Batavia.
Referensi
- ^ Steven Anne Reitsma (1928). Korte Geschiesdenis der Nederlands-Indische Staatsspoor- en Tramwegen. Weltevreden: G. KOLLF & Co.
- ^ 3 Stasiun Baru Commuter Line Lintas Tangerang Mulai Dioperasikan
- ^ semboyan35.com, Info Kereta Api.
- ^ a b c "Peta KCI". Kereta Commuter Indonesia. Diakses tanggal 8 Desember 2017.
- ^ Grafik Perjalanan Kereta Api pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional di Sumatra Bagian Selatan Tahun 2023 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 14 April 2023. Diakses tanggal 12 Mei 2023.
- ^ Subdirektorat Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).
- ^ Perusahaan Umum Kereta Api (1992). Ikhtisar Lintas Jawa.
- ^ Arsip milik alm. Totok Purwo mengenai Nama, Kode, dan Singkatan Stasiun Kereta Api Indonesia
- ^ Reitsma, S.A. (1928). Korte Geschiedenis der Nederlandsch-Indische Spoor- en Tramwegen. Weltevreden: G. Kolff & Co.
- ^ Michiel de Jong (1993). Spoorwegstation op Java. Amsterdam: De Bataafsche Leeuw.
- ^ Autersrecht Voorbehouden (1941). "Peta Kolonial Tangerang". Dutch Colonial Maps. Diakses tanggal 29 Mei 2020.
- ^ a b "Heritage - Kereta Api Indonesia". heritage.kai.id. Diakses tanggal 2020-05-29.
- ^ Scott Merrillees (2000). Batavia in Nineteenth Century Photographs. Archipelago Press 2000.
- ^ Alkatiri, Zeffry (2019-04-12). "Sejarah Pabrik Gas di Jakarta". Sejarah Jakarta. Diakses tanggal 2020-05-29.
- ^ "Misteri Jalur Mati Duri - Pabrik Gas Ketapang". Railway Enthusiast Digest. 2017-03-06. Diakses tanggal 2020-05-29.
Pranala luar
Peta rute:
Berkas KML (sunting • bantuan)
|