Lompat ke isi

Jalur kereta api Tangerang–Duri

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jalur kereta api Tangerang–Duri
Jalur kereta api Tangerang–Duri pada tahun 1979.
Ikhtisar
JenisJalur kereta api lintas cabang
SistemJalur kereta api komuter
StatusBeroperasi
TerminusTangerang
Duri
Stasiun11
Operasi
Dibangun olehStaatsspoorwegen
Legalitas pembangunanWet 15 Juli 1896 Stb. No. 180[1]
Mulai konstruksi5 Juli 1896
Dibuka1899
PemilikDirektorat Jenderal Perkeretaapian
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek
OperatorKAI Commuter
KAI Bandara
Data teknis
Panjang lintas19 km (12 mi)
Jenis relR54, R42
Lebar sepur1.067 mm
Elektrifikasi1997
Kecepatan operasi60 s.d. 100 km/jam
Peta rute
DU-KPB
DU-THB
Duri
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
Grogol
Pesing
Taman Kota
Bojong Indah
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta
Rawa Buaya
Kalideres
DKI Jakarta
Banten
Bus interchange
BPR-BST
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta 2
ke Sungai Cisadane

Jalur kereta api Tangerang–Duri adalah jalur kereta api yang menghubungkan Jakarta ke Tangerang. Dimulai dari Stasiun Duri, jalur kereta api ini adalah jalur yang membedakan arah Serpong dengan Tangerang Kota. Hanya KRL yang beroperasi di jalur ini.

Saat ini jalur ini sudah ditingkatkan menjadi jalur ganda dan dioperasikan penuh pada 8 Juni 2014 lalu. Hal ini dilakukan untuk menambah perjalanan KRL. Selain itu Stasiun Tanah Tinggi, Stasiun Taman Kota, dan Stasiun Grogol yang sudah lama tidak aktif, resmi diaktifkan kembali mulai tanggal 16 Juni 2015.[2]

Direncanakan jalur ini akan diperpanjang menuju Perumahan Karawaci, Tangerang. Hal ini dilakukan agar warga Karawaci yang bekerja di Jakarta lebih mudah terjangkau.[3]

Jalur terhubung

Lintas aktif

Lintas nonaktif

  • Kelanjutan menuju Ci Sadane
  • Percabangan Duri–Pabrik Gas Ketapang

Layanan kereta api

Kereta api bandara

Lin Soekarno-Hatta, tujuan Bandara Soekarno-Hatta dan tujuan Duri bersambung Manggarai

KRL Commuter Line

Lin Tangerang, tujuan Tangerang dan tujuan Duri

Daftar stasiun

Nomor Nama stasiun Singkatan Alamat Letak Ketinggian Status Foto
Lintas 2 TangerangBatavia dengan percabangan dari Batuceper menuju Bandara Soekarno-Hatta
Segmen TangerangBatavia
Diresmikan pada tanggal 2 Januari 1899
oleh Staatsspoorwegen Westerlijnen
Termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta
0301 Tangerang TNG Jalan Kiasnawi, Sukarasa, Tangerang, Tangerang, Banten 15111 km 19+297 +18 m Beroperasi
Tanah Tinggi TTI Jalan Benteng Betawi, Tanah Tinggi, Tangerang, Tangerang, Banten 15119 km 17+710 +11 m Beroperasi
0302 Batuceper BPR Jalan Benteng Betawi, Poris Plawad, Cipondoh, Tangerang, Banten 15141 km 15+668 +11 m Beroperasi
0303 Poris PI Jalan Maulana Hasanuddin, Poris Gaga, Batuceper, Tangerang, Banten 15122 km 13+888 +7 m Beroperasi
0304 Kalideres KDS Jalan Semanan Raya, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat 11850 km 11+390 +7 m Beroperasi
0305 Rawa Buaya RW Jalan Stasiun Rawa Buaya, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat 11750 km 9+120 +6 m Beroperasi
Bojong Indah BOI Jalan Bojong Raya, Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat 11740 km 7+684[4] +6 m Beroperasi
Taman Kota TKO Jalan Taman Kota, Kedaung Kali Angke, Cengkareng, Jakarta Barat 11710 km 5+250[4] +12 m Beroperasi
0306 Pesing PSG Nasional 1 Jalan Daan Mogot, Wijaya Kusuma, Grogol Petamburan, Jakarta Barat 11460 km 3+736 +5 m Beroperasi
Grogol GRG Nasional 1 Jalan Prof. Dr. Latumeten, Jelambar, Grogol Petamburan, Jakarta Barat 11460 km 1+700[4] +4 m Beroperasi
0404 Duri DU Jalan Stasiun Duri, Duri Utara, Tambora, Jakarta Barat 11310 km 3+293 lintas Angke-Tanah Abang-Rangkasbitung-Merak
km 0+000 lintas Duri-Tangerang
+9 m Beroperasi

Keterangan:

  • Stasiun yang ditulis tebal merupakan stasiun kelas besar dan kelas I.
  • Stasiun yang ditulis biasa merupakan stasiun kelas II/menengah, III/kecil, dan halte.
  • Stasiun yang ditulis miring merupakan halte atau stasiun kecil yang nonaktif.

Referensi:

  • Stasiun aktif: [5]
  • Stasiun nonaktif: [6][7]
  • Pengidentifikasi stasiun: [8]
  • Penomoran lintas:
  • Tanggal pembukaan jalur: [9]:106-124


Percabangan menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta

Percabangan menuju Ci Sadane

Dutch Colonial Maps 'Tangerang'

Pada zaman kolonial Belanda, Stasiun Tangerang memiliki percabangan ke Sungai Cisadane untuk mengangkut pasir dan hasil pertanian.[10] Kabarnya, material bahan pembangunan Gelora Bung Karno juga diambil melalui jalur ini dengan lokomotif C300 sebagai penarik. Berdasarkan peta kolonial tahun 1941, jalur ini masih terlihat hingga Babakan Ujung di tepi Sungai Cisadane.[11] Hanya saja, karena lama tak dikembangkan dan tidak ada lagi kereta api yang melintas, maka koridor perlintasan rel kereta api itu dibangun menjadi jalan lingkungan.

Posisi rel ini berdekatan dengan bangunan GOR Kota Tangerang, menyusur jalan lingkungan Kampung Sukamulya, Babakan Ujung hingga tepi Sungai Cisadane. Saat ini jalur tersebut tidak beroperasi dan sisa-sisa dari rel tersebut telah tertimbun bangunan padat penduduk dan beberapa rel masih terlihat menancap tak terpakai. Sepur badug dan aspek perkeretaapian di Sungai Cisadane juga telah hilang tak berbekas.

Percabangan menuju Pabrik Gas Ketapang

Peta Trayek Kereta Api Batavia pada 1919

Percabangan ini menghubungkan Stasiun Duri dengan pabrik gas milik Nederlandsch-Indische Gasmaatschappij dengan panjang lintas kurang lebih 2,5 km yang dikelola oleh Staatssporwegen. Aset pabrik gas ini telah telah berpindah tangan ke PT PGN Tbk.

Sejarah

1880–1890-an

Jalur ini dibangun bersamaan dengan pembangunan jalur KA Tangerang–Duri dan ditutup pasca-kemerdekaan karena tidak ada kereta api yang melintas dan melayani jalur ini. Jalur kereta api ini merupakan jalur lintas cabang dari Stasiun Duri.[12] Tidak diketahui secara pasti kapan jalur ini dibangun, tetapi peta kolonial tahun 1928 menunjukkan jalur ini telah dibangun dan percabangannya berada disebelah selatan Stasiun Duri.[12] Wesel percabangan jalur ini mengarah ke kiri dari jalur Duri-Tanah Abang-Merak yang kini daerahnya menjadi kios Pasar Duri.

Sekitar tahun 1890, Batavia sama sekali belum mendapatkan penerangan jalan dan tempat umum. Lampu gas menyala untuk pertama kali di Batavia pada tahun 1862 dan menerangi lingkungan kediaman resmi Gubernur Jenderal yang kini menjadi Istana Negara.[13] Sedangkan rumah penduduk dan jalanan di Batavia masih gelap gulita. Pada November 1859, Pemerintahan Hindia Belanda memberi izin kepada perusahaan L. J. Enthoven & Co. asal Den Haag untuk menyediakan penerangan di Batavia. Perusahaan ini mulai beroperasi pada 1861. Hingga pada tahun 1864 perusahaan ini diambil alih oleh perusahaan gas milik Belanda, Nederlandsch-Indische Gasmaatschappij (NIGM).[14] Pabrik gas ini berlokasi di sisi utara Gang Ketapang yang kini menjadi Jalan KH Zainul Arifin yang ada di sisi barat Jalan Gajah Mada dan bangunan aslinya masih terdapat dibagian depan kompleks Pabrik Gas Ketapang.

1900–sekarang

Doeri[pranala nonaktif permanen] - Nederlandsch Indische Gas Maatschappij Ketapang

Pada peta kolonial tahun 1945, jalur ini masih terpampang disebelah selatan Stasiun Duri. Menurut foto dari penumpang komuter, tepat dibawah peron jalur 1 Stasiun Duri tertimbun susunan bantalan rel yang kemungkinan menjadi sepur belok dari lintas utama yang mengarah ke komplek Pabrik Gas Ketapang. Saat ini, wesel percabangan tersebut telah dicabut sejak lama dan peron jalur 1 saat ini diaktifkan kembali untuk layanan KRL Commuter Line ke Angke. Hampir keseluruhan jalur ini tertimbun oleh bangunan padat penduduk dan ditutup aspal sehingga sulit untuk menemukan jejak-jejak peninggalan dari jalur kereta api ini. Tidak ada aset lain termasuk sistem persinyalan yang tersisa pada jalur ini.

Disebelah selatan Stasiun Duri terdapat jalan yang berbelok ke timur yang berbentuk melengkung khas tikungan jalur rel kereta api. Kemudian menyusuri Jalan Duri Selatan dan lurus terus di samping Jalan K.H. Zainul Arifin hingga mencapai lokasi pabrik. Sampai awal 2000-an, masih terdapat jembatan kereta api yang melintas di atas kali Cideng. Bahkan tahun 2012, masih terlihat awal percabangan rel di selatan Stasiun Duri.[15] Tidak ada yang tahu pasti lokomotif dan rangkaian seperti apa yang digunakan di jalur ini serta kapan jalur ini ditutup, mengingat minimnya data pola operasi jalur ini dan pendeknya masa dinas perjalanan angkutan gas di Batavia.

Referensi

  1. ^ Steven Anne Reitsma (1928). Korte Geschiesdenis der Nederlands-Indische Staatsspoor- en Tramwegen. Weltevreden: G. KOLLF & Co. 
  2. ^ 3 Stasiun Baru Commuter Line Lintas Tangerang Mulai Dioperasikan
  3. ^ semboyan35.com, Info Kereta Api.
  4. ^ a b c "Peta KCI". Kereta Commuter Indonesia. Diakses tanggal 8 Desember 2017. 
  5. ^ Grafik Perjalanan Kereta Api pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional di Sumatra Bagian Selatan Tahun 2023 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 14 April 2023. Diakses tanggal 12 Mei 2023. 
  6. ^ Subdirektorat Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  7. ^ Perusahaan Umum Kereta Api (1992). Ikhtisar Lintas Jawa. 
  8. ^ Arsip milik alm. Totok Purwo mengenai Nama, Kode, dan Singkatan Stasiun Kereta Api Indonesia
  9. ^ Reitsma, S.A. (1928). Korte Geschiedenis der Nederlandsch-Indische Spoor- en Tramwegen. Weltevreden: G. Kolff & Co. 
  10. ^ Michiel de Jong (1993). Spoorwegstation op Java. Amsterdam: De Bataafsche Leeuw. 
  11. ^ Autersrecht Voorbehouden (1941). "Peta Kolonial Tangerang". Dutch Colonial Maps. Diakses tanggal 29 Mei 2020. 
  12. ^ a b "Heritage - Kereta Api Indonesia". heritage.kai.id. Diakses tanggal 2020-05-29. 
  13. ^ Scott Merrillees (2000). Batavia in Nineteenth Century Photographs. Archipelago Press 2000. 
  14. ^ Alkatiri, Zeffry (2019-04-12). "Sejarah Pabrik Gas di Jakarta". Sejarah Jakarta. Diakses tanggal 2020-05-29. 
  15. ^ "Misteri Jalur Mati Duri - Pabrik Gas Ketapang". Railway Enthusiast Digest. 2017-03-06. Diakses tanggal 2020-05-29. 

Pranala luar

Peta rute:

KML is not from Wikidata