Lompat ke isi

Marawa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Alam Minangkabau
Nama Basa Alam Minangkabau
Pemakaian Luak Nan Tigo dan rantau Simbol vexillologis kecil atau piktogram berwarna hitam putih yang menunjukkan perbedaan penggunaan bendera
Dipakai 1347 (oleh Pagaruyung Darul Qarar); 675 tahun yang lalu
Rancangan Vertikal tiga warna hitam, merah, dan emas.
Varian bendera Alam Minangkabau
Nama Negeri Sembilan
Pemakaian Negeri Sembilan Darul Khusus Simbol vexillologis kecil atau piktogram berwarna hitam putih yang menunjukkan perbedaan penggunaan bendera
Dipakai 1895
Rancangan Basa Alam dengan emas sebagai warna dasar, merah melintang serong di sebelah atas, dan hitam di sebelah bawah.

Marawa atau Marawa Minangkabau (Bahasa Indonesia: Bendera Minangkabau) adalah bendera tiga warna yang terdiri dari tiga bagan vertikal yang menampilkan warna Alam Minangkabau: hitam, merah, dan emas (Bahasa Minangkabau: itam-sirah-ameh). Tidak diketahui dengan pasti kapan pertama kali bendera ini digunakan di Konfederasi Minangkabau; secara resmi diadopsi sebagai bendera Kerajaan Pagaruyung sejak berdirinya kerajaan ini pada tahun 1347.

Sejak berdirinya Konfederasi Minangkabau, Minangkabau memiliki dua tradisi warna basa, hitam-merah-emas dan hitam-emas-putih-merah. Hitam-merah-emas adalah bendera Basa Alam Minangkabau, Konfederasi Minangkabau, Kerajaan Pagaruyung, dan kerajaan-kerajaan pendahulu yang berasal dari Tambo Alam Minangkabau. Bendera ini juga diadopsi oleh kerajaan-kerajaan rantau Minangkabau lainnya seperti Kerajaan Inderapura.

Warna hitam-emas-putih-merah berasal dari pemikiran cerdik-cerdik pandai terdahulu, setara Tan Malaka atau "Lord" Yamin. Warna ini merupakan bendera Basa Adat Minangkabau. Warna hitam melambangkan pangulu, emas melambangkan manti, putih melambangkan malin, dan merah melambangkan dubalang.

Asal mula

Asosiasi Minangkabau dengan warna hitam, merah, dan emas (atau kuning)[1] asal mulanya tidak diketahui dengan pasti, bendera hitam-merah-emas secara tradisi digunakan untuk melambangkan Luak Nan Tigo (Konfederasi Minangkabau), yang didirikan di Dataran Tinggi Minangkabau oleh nenek moyang mereka, sekaligus sebagai daerah asal-usul orang Minang sebelum mereka merantau ke daerah-daerah di luarnya.[2] Warna hitam melambangkan Luak Limo Puluh (daerah Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh), merah melambangkan Luak Agam (Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman, dan Kota Padang), dan warna emas melambangkan Luak Tanah Data (Kabupaten Tanah Datar dan sekitarnya).[3]

Selain melambangkan alam, setiap warna juga melambangkan nilai-nilai budaya utama.[4] Warna hitam bagi masyarakat Minangkabau memiliki makna keabadian, atau disebut tahan tampo (tahan tempa), merah melambangkan berani dan tahan uji, sementara warna emas melambangkan keagungan, cemerlang, dan bersinar. Dalam adat Minangkabau, ketiga warna ini juga melambangkan Tali Tigo Sapilin, Tungku Tigo Sajarangan (Triumvirat Alam Minangkabau),[5] yaitu ninik mamak, cerdik pandai, dan alim ulama. Ninik mamak dilambangkan dengan warna hitam, cerdik pandai dengan warna merah, dan alim ulama dengan warna emas.[6]

Variasi bendera

Bendera Basa Alam Minangkabau

Susunan warna hitam-emas-merah di Gedung Pascasarjana Universitas Andalas Padang.
Susunan warna hitam-merah-emas di Istana Basa Pagaruyung.

Sejak berdirinya Konfederasi Minangkabau, Minangkabau memiliki dua tradisi warna basa (besar), hitam-merah-emas[7] dan hitam-emas-putih-merah. Hitam-merah-emas adalah warna Basa Alam Minangkabau, Konfederasi Minangkabau, Kerajaan Pagaruyung, dan kerajaan-kerajaan pendahulu yang berasal dari Tambo Alam Minangkabau.[7][2][3] Susunan warnanya bervariasi menurut wilayah atau daerah asal yang mengunakan bendera tersebut. Susunan warna merah-emas-hitam digunakan di wilayah Luak Limo Puluh atau yang mengunakannya berasal dari Limo Puluh, hitam-emas-merah di wilayah Luak Agam, dan hitam-merah-emas untuk Luak Tanah Data.[2] Bendera atau warna-warna bendera ini juga menjadi warna-warna adat di Minangkabau, warna dasar hiasan atau motif Rumah adat, warna-warna dominan pada pelaminan dan panji kebesaran adat, yang digunakan pada setiap upacara resmi adat kenegaraan di Minangkabau.[8]

Bendera Basa Adat Minangkabau

Bendera Basa Adat Minangkabau adalah bendera empat warna yang terdiri dari empat bagan vertikal: hitam-emas-putih-merah. Bendera ini melambangkan Urang Nan Ampek Jinih (Ninik Mamak Pemangku Adat) dan berasal dari pemikiran cerdik-cerdik pandai terdahulu, setara Tan Malaka atau Mohammad Yamin. Warna hitam melambangkan pangulu, emas melambangkan manti, putih melambangkan malin, dan merah melambangkan dubalang.[2] Bendera ini hanya digunakan pada upacara resmi adat basa Ninik Mamak Pemangku Adat, seperti pada upacara pengambilan sumpah jabatan mereka.

Selain dari Urang Nan Ampek Jinih, dalam adat Minangkabau, ada jabatan penting lainnya yaitu bundo kanduang, yang merupakan ibu yang menjadi guru di rumah gadang dan bergelar Limpapeh Rumah Nan Gadang.[9]

Bendera Negeri Sembilan

Deretan mars berwarna hitam, merah, dan emas di Istana Basa Sari Mananti Negeri Sembilan.

Bendera Negeri Sembilan adalah bendera tiga warna yang terdiri dari emas warna dasar bendera, merah melintang serong di sebelah atas, dan warna hitam di sebelah bawah, keduanya membentuk empat persegi. Bendera ini diresmikan pada tahun 1895, ketika Datuk-Datuk Undang yang Empat dengan Yamtuan Muhammad berhasil dipersatukan kembali oleh Britania Raya sehingga kerajaan ini kembali utuh.[8][10][11]

Sejarah

Secara resmi diadopsi sebagai bendera Kerajaan Pagaruyung sejak berdirinya kerajaan ini pada tahun 1347.[3] Bendera ini juga diadopsi oleh kerajaan-kerajaan rantau Minangkabau lainnya seperti Kerajaan Inderapura.

Referensi

Sitasi

Sumber

Bacaan lanjutan

Jurnal

Pranala luar