Soemitro Djojohadikoesoemo
Soemitro Djojohadikoesoemo | |
---|---|
Menteri Negara Riset Indonesia ke-3 | |
Masa jabatan 28 Maret 1973 – 28 Maret 1978 | |
Presiden | Soeharto |
Pendahulu Suhadi Reksowardojo (Kabinet Dwikora III, 1966) | |
Menteri Keuangan Indonesia ke-8 | |
Masa jabatan 3 April 1952 – 30 Juli 1953 | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Wilopo |
Masa jabatan 12 Agustus 1955 – 24 Maret 1956 | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Burhanuddin Harahap |
Menteri Perdagangan Indonesia 7 | |
Masa jabatan 6 Juni 1968 – 28 Maret 1973 | |
Presiden | Soeharto |
Menteri Perdagangan dan Perindustrian Indonesia | |
Masa jabatan 6 September 1950 – 27 April 1951 | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Mohammad Natsir |
Informasi pribadi | |
Lahir | Kebumen, Jawa Tengah, Hindia Belanda | 29 Mei 1917
Meninggal | 9 Maret 2001 Jakarta, Indonesia | (umur 83)
Partai politik | Partai Sosialis Indonesia |
Suami/istri | Dora Marie Sigar |
Anak | Biantiningsih Miderawati Djiwandono Marjani Ekowati le Maistre Prabowo Subianto Hashim Djojohadikusumo |
Alma mater | Universitas Sorbonne |
Pekerjaan | Ekonom, politikus |
Sunting kotak info • L • B |
Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo (29 Mei 1917 – 9 Maret 2001) adalah salah seorang ekonom Indonesia yang terkenal. Murid-muridnya banyak yang berhasil menjadi menteri pada era Suharto seperti J.B. Sumarlin, Ali Wardhana, dan Widjojo Nitisastro. Selain itu, Soemitro juga merupakan ayah dari mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) ke-15 dan Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto, ayah mertua dari mantan Gubernur Bank Indonesia, Soedradjad Djiwandono, dan juga besan dari Presiden Indonesia Ke-2, Soeharto.
Soemitro adalah anak dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia dan Ketua DPAS pertama dan anggota BPUPKI.
Dalam pemerintahan, posisi yang pernah diembannya adalah sebagai Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Riset atau Menristek saat ini.
Karier
Soemitro meraih gelar doktor ekonomi dari Nederlandsche Economische Hogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, Belanda pada tahun 1943 dengan disertasi berjudul Het Volkscredietwezen in de Depressie (Kredit Rakyat di Masa Depresi).[1] Ia termasuk beruntung karena tidak semua pemuda keturunan priyayi bisa kuliah ekonomi disana, pada zaman sulit pasca depresi ekonomi dunia.[1] Selepas kuliah, ia tidak langsung kembali ke Indonesia karena kondisi perang saat itu dan bekerja di lembaga riset almamaternya.[1]
Soemitro pulang ke Indonesia pada tahun 1946 dan diangkat menjadi staf oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Ia bergabung ke Partai Sosialis yang dipimpin Sjahrir bersama Amir Sjarifuddin.[1] Ia pernah menjadi Direktur Utama Banking Trading Center (BTC) yang berdagang di luar negeri dan sempat menjadi kuasa usaha Republik Indonesia di Washington D.C. dan Perserikatan Bangsa Bangsa, Amerika Serikat. Soemitro juga menjadi dosen ekonomi di Universitas Indonesia. Ia adalah pendiri sekaligus dekan pertama Fakultas Ekonomi UI.[2]
Sumitro dikenal aktif menulis, dengan cakupan khusus masalah ekonomi. Buku terakhir ia tulis adalah Jejak Perlawanan Begawan Pejuang, diterbitkan Pustaka Sinar Harapan, April 2000. Selama 1942-1994, Sumitro menulis sebanyak 130 buku dan makalah dalam bahasa Inggris.
Sumitro memperoleh banyak penghargaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Misalnya, Bintang Mahaputra Adipradana (II), Panglima Mangku Negara, Kerajaan Malaysia, Grand Cross of Most Exalted Order of the White Elephant, First Class dari Kerajaan Thailand, Grand Cross of the Crown dari Kerajaan Belgia, serta yang lainnya dari Republik Tunisia dan Prancis.
Era Perang Kemerdekaan Indonesia
Saat menjadi kuasa usaha Republik Indonesia di Perserikatan Bangsa Bangsa, Sumitro mendorong Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Robert A. Lovett untuk menghentikan bantuan pembangunan Rencana Marshall yang diberikan oleh Amerika ke Belanda. Sebab, bantuan pembangunan ini diselewengkan oleh Belanda untuk membiayai Agresi Militer Belanda di Indonesia.
Memorandum Sumitro ke Robert A. Lovett yang diterbitkan harian New York Times pada 21 Desember 1948 berhasil mencapai tujuannya. Karena kehabisan uang, Belanda terpaksa mengadakan Konferensi Meja Bundar dan mengakui kedaulatan Indonesia.
Era Orde Lama
Sumitro pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian (1950-1951) dan Menteri Keuangan (1952-1953).[1] Namun, keterlibatannya dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatra berpengaruh pada kariernya. Ketika bergabung dengan PRRI, pemerintahan Sukarno menuduhnya terlibat tindak korupsi. Keterlibatan Sumitro dalam PRRI berdampak bagi PSI yang kemudian dibubarkan tahun 1960.[1] Akhirnya, ia menumpang tinggal dari satu negara ke negara lainnya bersama istri dan anak-anaknya dan baru kembali ke Indonesia pada era Orde Baru.[1]
Era Orde Baru
Di era Soeharto, Soemitro diangkat sebagai Menteri Perdagangan (1968-1972) dan Menteri Negara Riset (1972-1978).[1]
Keluarga
Soemitro menikah dengan Dora Marie Sigar ketika belajar di Belanda. Dora adalah mahasiswa ilmu keperawatan pasca bedah di Utrecht berdarah Minahasa yang ditemuinya dalam sebuah acara yang diadakan oleh Indonesia Christen Jongeren (Mahasiswa Kristen Indonesia). Orangtua Dora saat itu adalah pejabat kelas tinggi sehingga berstatus layaknya warga negara Belanda.[1]
Mereka menikah pada 7 Januari 1947 meski berbeda agama, kemudian tinggal di daerah Matraman, Jakarta.[1] Anak pertamanya bernama Biantiningsih Miderawati, merupakan sarjana pendidikan dari Harvard. Anak keduanya bernama Mariani Ekowati, seorang ahli mikrobiologi. Anak ketiganya Prabowo Subianto yang saat ini menjadi Ketua Umum Partai Gerindra dan Menteri Pertahanan. Anak bungsunya Hashim Sujono saat ini menjadi pebisnis grup Arsari.[1]
Wafat
Soemitro meninggal dunia di Rumah Sakit Dharma Nugraha, Jalan Balai Pustaka, Rawamangun, Jakarta Timur pada 9 Maret 2001 dalam usia 84 tahun setelah cukup lama menderita penyakit jantung dan penyempitan pembuluh darah.[3] Jenazah disemayamkan di rumah duka, Jalan Metro Kencana IV/22, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Banyak sekali pelayat yang hadir, di antaranya pengusaha Dali Tahir, pasangan pengusaha keturunan India Marimutu Manimaren dan Marimutu Sinivasan, Prof. Widjojo Nitikusumo beserta istrinya, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Eddy Nalapraya, tokoh Petisi 50 Kemal Idris, pengusaha Ciputra dan tokoh Poros Tengah, Fuad Bawazier, Menteri Pendidikan Fuad Hasan dan mantan Wakil Presiden Try Sutrisno. Sesuai wasiatnya agar dimakamkan dengan cara dan di tempat sederhana, pihak keluarga pun memilih Taman Pemakaman Umum Karet Bivak Blok A III sebagai tempat persemayaman terakhir begawan ekonomi ini.[4]
Referensi
Catatan kaki
- ^ a b c d e f g h i j k "Kisah Sumitro Djojohadikusumo dalam Menghadapi Para Penguasa". tirto.id. Diakses tanggal 2020-03-22.
- ^ Apa & siapa sejumlah orang Indonesia 1981-1982. Jakarta: Graffiti Pers. 1981. hlm. 134.
- ^ https://m.liputan6.com/news/read/9221/sumitro-djojohadikusumo-meninggal-dunia
- ^ "Sumitro Minta Dimakamkan Secara Sederhana". Tempo.co. 29 Oktober 2003. Diakses tanggal 16 Desember 2018.
Sumber
- Rupiah di tengah rentang sejarah: 45 tahun uang Republik Indonesia, 1946–1991. Kementerian Keuangan. 1991.
- Feith, Herbert (2006). The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia (dalam bahasa Inggris). Equinox Publishing. ISBN 978-979-3780-45-0.
- Gardner, Paul F. (2019). Shared Hopes, Separate Fears: Fifty Years Of U.S.-Indonesian Relations (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-0-429-97697-1.
- Hill, David T. (2011). Jurnalisme dan Politik di Indonesia: Biografi Kritis Mochtar Lubis (1922-2004) sebagai Pemimpin Redaksi dan Pengarang. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 978-979-461-788-5.
- Kahin, Audrey (1999). Rebellion to Integration: West Sumatra and the Indonesian Polity, 1926-1998 (dalam bahasa Inggris). Amsterdam University Press. ISBN 978-90-5356-395-3.
- Kahin, Audrey; Kahin, George McTurnan (1997). Subversion as Foreign Policy: The Secret Eisenhower and Dulles Debacle in Indonesia (dalam bahasa Inggris). University of Washington Press. ISBN 978-0-295-97618-1.
- Kahin, George McTurnan (2003). Nationalism and Revolution in Indonesia (dalam bahasa Inggris). SEAP Publications. ISBN 978-0-87727-734-7.
- Katoppo, Aristides (2000). Sumitro Djojohadikusumo, jejak perlawanan begawan pejuang. Pustaka Sinar Harapan. ISBN 978-979-416-632-1.
- Lindblad, J. Th (2008). Bridges to New Business: The Economic Decolonization of Indonesia (dalam bahasa Inggris). BRILL. ISBN 978-90-04-25397-1.
- Mrázek, Rudolf (2018). Sjahrir: Politics and Exile in Indonesia (dalam bahasa Inggris). Cornell University Press. ISBN 978-1-5017-1881-6.
- Poeze, Harry A.; Dijk, Cornelis; van der Meulen, Inge (2008). Di negeri penjajah: orang Indonesia di negeri Belanda, 1600-1950. Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-979-9101-23-5.
- Rice, Robert (1969). "Sumitro's Role in Foreign Trade Policy". Indonesia (8): 183–211. doi:10.2307/3350674. hdl:1813/53469. ISSN 0019-7289. JSTOR 3350674.
- Schrikker, Alicia; Touwen, Jeroen (2015). Promises and Predicaments: Trade and Entrepreneurship in Colonial and Independent Indonesia in the 19th and 20th Centuries (dalam bahasa Inggris). NUS Press. ISBN 978-9971-69-851-5.
- Setiono, Benny G. (2008). Tionghoa Dalam Pusaran Politik. TransMedia. ISBN 978-979-799-052-7.
- Thee Kian Wie (2001). "In Memoriam: Professor Sumitro Djojohadikusumo, 1917-2001". Bulletin of Indonesian Economic Studies. 37 (2): 173–181. doi:10.1080/00074910152390865.
- Thee Kian Wie (2012). Indonesia's Economy Since Independence (dalam bahasa Inggris). Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 978-981-4379-63-2.
- Thuỷ, Phạm Văn (2019). Beyond Political Skin: Colonial to National Economies in Indonesia and Vietnam (1910s-1960s) (dalam bahasa Inggris). Springer. ISBN 978-981-13-3711-6.
Tulisan
- (Belanda) Raden Mas Soemitro Djojohadikoesoemo (1943) Het volkscredietwezen in de depressie, Harlem: Bohn
- (Indonesia) Sumitro Joyohadikusumo (1947) Beberapa soal keuangan, Djakarta: Poestaka Rakjat
- (Indonesia) Soemitro Djojohadikoesoemo (1946) Soal bank di Indonesia, Djakarta: Poestaka Rakjat
- (Indonesia) Soemitro Djojohadikoesoemo (1952) Laporan devisen tahun 1950 dan 1951, Djakarta: Kementerian Keuangan
- (Indonesia) Soemitro Djojohadikoesoemo (1954) Pandangan tjara2 menghadapi kesukaran2 ekonomi di Indonesia, Kementerian penerangan Republik Indonesia
- (Indonesia) Soemitro Djojohadikoesoemo (1954) Koperasi-koperasi di luar Indonesia, Djakarta: Kementerian PP dan K
- (Indonesia) Soemitro Djojohadikoesoemo (1977) Pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk mendukung pembangunan hankanmas
- (Indonesia) Rezi M Putra (2022) Manusia fana
Pranala luar
- (Indonesia) Profil di TokohIndonesia.com Diarsipkan 2010-07-02 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Biodata Sumitro Djojohadikusumo
- (Indonesia) Biodata pada Kepustakaan Presiden RI[pranala nonaktif permanen]
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Suhadi Reksowardojo (Kabinet Dwikora III, 1966) |
Menteri Negara Riset Indonesia 1973–1978 |
Diteruskan oleh: Bacharuddin Jusuf Habibie |
Didahului oleh: M. Jusuf |
Menteri Perdagangan Indonesia 1968–1973 |
Diteruskan oleh: Radius Prawiro |
Didahului oleh: Ong Eng Die |
Menteri Keuangan Indonesia 1955–1956 |
Diteruskan oleh: Jusuf Wibisono |
Didahului oleh: Jusuf Wibisono |
Menteri Keuangan Indonesia 1951–1952 |
Diteruskan oleh: Ong Eng Die |
Didahului oleh: Tandiono Manu |
Menteri Perdagangan dan Perindustrian Indonesia 1950–1951 |
Diteruskan oleh: Sujono Hadinoto |
- Kelahiran 1917
- Kematian 2001
- Meninggal usia 84
- Ekonom Indonesia
- Tokoh Jawa
- Tokoh Jawa Tengah
- Tokoh dari Kebumen
- Politikus Indonesia
- Politikus Partai Sosialis Indonesia
- Menteri Indonesia
- Menteri Keuangan Indonesia
- Menteri Perindustrian Indonesia
- Menteri Riset dan Teknologi Indonesia
- Tokoh Orde Lama
- Tokoh Orde Baru