Lompat ke isi

Pengguna:Otniel Nyaua/Bak pasir

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 30 September 2022 18.04 oleh Otniel Nyaua (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kabupaten Tolitoli (bahasa Inggris : Tolitoli Regency) adalah salah satu Kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Yang terletak di sebelah utara garis khatulistiwa dengan koordinat 0,35°-1,20° Lintang Utara dan 120°-122,09° Bujur Timur. Letak ibukota kabupaten ini di Kota Tolitoli. Kabupaten ini memiliki luas 4.079,77 km² dengan jumlah penduduknya 225.875 jiwa (2015). Kabupaten ini awalnya bernama Kabupaten Buol Toli-Toli. Kemudian dimekarkan menjadi dua kabupaten menurut UU No. 51 tahun 1999, yaitu Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol. Kabupaten ini memiliki julukan sebagai "Kota Cengkeh", di mana tanaman ini menghiasi sebagian besar gunung-gunung yang ada di kabupaten ini.

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Nama Tolitoli menurut legenda masyarakat setempat berasal dari kata Totolu yang artinya tiga. Pengertian "tiga" memiliki maksud bahwa masyarakat Tolitoli berasal dari 3 manusia kayangan yang menjelma dan turun ke bumi melalui : Olisan Bulan (Bambu Emas), Bumbung Lanjat (Puncak Pohon Langsat), dan Ue Saka (sejenis Rotan).
Dalam kepercayaan masyarakat Tolitoli, Olisan Bulan dikenal sebagai Tau Dei Baolan atau Tamadika Baolan, Ue Saka dikenal sebagai Tau Dei Galang atau Tamadika Dei Galang. Sedangkan Bumbung Lanjat dikenal sebagai Tau Dei Bumbung Lanjat atau Boki Bulan. Dalam masa pemerintahan Belanda di Tolitoli, nama Totolu atau Tau Tolu berubah menjadi Tontoli, sebagaimana tertulis dalam "Lange-Contrack" tanggal 5 Juli 1858 yang ditandatangani oleh Dirk Francois dari pihak Hindia Belanda dengan Raja Bantilan Syafiuddin dari pihak masyarakat Tolitoli. Kemudian di tahun 1918 berubah lagi menjadi Tolitoli yang tertulis dalam "Korte verklaring" yang ditandatangani oleh Raja Haji Mohammad Ali dengan pemerintah Hindia Belanda yang ketika itu Nalu menjadi pusat kerajaan.[1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Sebelum Pemerintahan Hindia Belanda[2][sunting | sunting sumber]

Menurut sejarah, Tolitoli mempunyai bentuk pemerintahan sendiri yang bersifat kerajaan dan dipimpin oleh seorang raja yang kemudian berganti menjadi sultan. Yang mana kejayaan kerajaan ini bersamaan dengan masuknya agama Islam yang disebarkan oleh para mubaligh dari Kesultanan Ternate sekitar abad ke-17. Sejak kedatangan para mubaligh tersebut hubungan antara kerajaan Tolitoli dengan Kesultanan Ternate terjalin dengan baik, sehingga berdampak pada wilayah kekuasaan yang dikuasai oleh Kesultanan Ternate serta penobatan raja yang berkuasa di Tolitoli harus dinobatkan di Ternate. Sejak pengakuan Kerajaan Tolitoli terhadap Kesultanan Ternate, maka raja di Tolitoli bergelar "Tamadikanilantik" yang selanjutnya diberi gelar Sultan. Yang sekaligus berubah bentuk dari bersifat Kerajaan berganti menjadi Kesultanan, dengan nama Kesultanan Tolitoli.
Raja pertama yang mendapat kehormatan untuk dilantik dan dinobatkan di Ternate adalah Raja Imbaisug. Raja Imbaisug dan saudaranya Djamalul Alam dipilih bersama-sama di Ternate tahun 1773, dengan ketentuan apabila Raja Imbaisug meninggal maka harus digantikan oleh Djamalul Alam.
Berikut raja atau sultan yang memerintah Kerajaan Tolitoli atau Kesultanan Tolitoli sebelum kedatangan Belanda:

  1. Raja Imbaisug;
  2. Sultan Djamalul Alam (saudara dari Raja Imbaisug);
  3. Sultan Mirfaka (putra sulung dari Sultan Djamalul Alam), memerintah di wilayah Dondo;
  4. Raja Muhiddin (putra kedua dari Sultan Djamalul Alam), memerintah di Tolitoli dengan julukan Tau Dei Beanna;
  5. Raja Mohammad Yusuf Syaiful Muluk Muidjuddin bergelar Malatuang yang berarti "yang patut disembah" dengan julukan Tau Dei Buntuna. Raja ini memerintah dari tahun 1781-1812 dan dimakamkan di Buntuna, Desa Tambun. Raja Mohammad Yusuf Malatuang berkedudukan di Kalangkangan dan mendirikan istana di Nalu. Istana tersebut diberi nama Bale Dako (istana besar) atau Bale Masigi (istana yang puncaknya seperti kubah masjid).
  6. Raja Bantilan Syafiuddin (putra dari Raja Mohammad Yusuf Syaiful Muluk Muidjuddin), pada masanyalah Belanda masuk ke Tolitoli.

Masa Pemerintahan Hindia Belanda[sunting | sunting sumber]

Raja Bantilan Syafiuddin (1859-1867)[sunting | sunting sumber]

Raja Haji Abdul Hamid Bantilan (1869-1901)[sunting | sunting sumber]

Raja Haji Ismail Bantilan (1908-1918)[sunting | sunting sumber]

Raja Haji Muhammad Ali Bantilan (1918-1919)[sunting | sunting sumber]

Raja Haji Mohammad Saleh Bantilan (1920-1922)[sunting | sunting sumber]

Pemberontakan Salumpaga[sunting | sunting sumber]

Masa Pemerintahan Jepang[sunting | sunting sumber]

Pemberontakan Malomba[sunting | sunting sumber]

Masa Setelah Kemerdekaan[sunting | sunting sumber]

Geografi[sunting | sunting sumber]

Batas Administrasi[sunting | sunting sumber]

Kabupaten ini memiliki batas-batas wilayah di bagian Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi. Di bagian sebelah timur kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Buol. Di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Donggala, sedangkan di sebelah barat dengan Selat Makassar.

Iklim[sunting | sunting sumber]

Iklim di Kabupaten Tolitoli dipengaruhi dua musim yaitu musim Barat yang basah dan musim Utara yasng kering. Dimana angin barat bertiup antara bulan Oktober sampai bulan Maret yang ditandai dengan musim penghujan. Sedang angin utara bertiup antara bulan April sampai bulan September yang ditandai dengan musim kemarau.
Pada tahun 2015, suhu udara berkisar pada rata-rata minimum 23,65° C sampai dengan rata-rata maksimum mencapai 31.65° C. Kelembaban udara rata-rata mencapai 78,03%. Curah hujan tahun 2015 sebesar 968 mm, dengan rata-rata sebesar 80,67 mm. [3]

Demografi[sunting | sunting sumber]

Kependudukan[sunting | sunting sumber]

Jumlah penduduk Kabupaten Tolitoli pada tahun 2015 mencapai 225.875 jiwa. Kecamatan penyumbang jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Baolan dan paling rendah berada di Kecamatan Dako Pamean. Daerah transmigrasi di kabupaten ini berada di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Lampasio, Kecamatan Basidondo, dan Kecamatan Ogodeide. [4] [5]

Bahasa[sunting | sunting sumber]

Masyarakat kabupaten Tolitoli pada umumnya menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi sehari-hari. Selain itu juga bahasa daerahpun ikut digunakan oleh penduduk asli yang disebut bahasa Geiga. Menurut ahli bahasa Belanda A.C. Kruyt dan Dr. N. Adriani bahasa ini termasuk dalam kelompok bahasa Tomini.[6]

Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Pembagian Administrasi[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Tolitoli memiliki 10 kecamatan sebagai berikut :

Daftar Kecamatan di Kabupaten Tolitoli
No Nama Kecamatan Ibukota Luas
(km²)
Desa/
Kelurahan
Penduduk
(jiwa)
Kepadatan
(jiwa/km²)
1 Baolan Tolitoli 258,03 10 68.875 267
2 Basidondo Kayulompa 441,30 10 11.623 26
3 Dako Pamean Galumpang 221,00 4 9.180 42
4 Dampal Selatan Bangkir 392,67 13 22.133 56
5 Dampal Utara Ogotua 182,88 12 14.869 81
6 Dondo Tinabogan 542,50 16 22.469 41
7 Galang Lalos 597,76 14 33.228 56
8 Lampasio Sibea 626,00 9 12.157 19
9 Ogo Deide Bilo 412,13 11 12.816 31
10 Tolitoli Utara Laulalang 405,50 10 18.525 46

Pemerintah Daerah[sunting | sunting sumber]

Berikut daftar nama Kepala Daerah (Bupati) yang pernah menjabat sejak pembentukannya, mulai sejak masih bernama Kabupaten Buol Toli-toli sampai sekarang.[7]

Nama Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Buol Toli-toli
Nama Bupati Gambar Masa Jabatan Nama Wakil Bupati Keterangan
H. Rajawali Muhammad Pusadan 1964 - 1970
H. Moh. Kasim Razak 1970 - 1975
Kolonel (Inf.) Eddy Soeroso 1975 - 1985
Kolonel (Inf.) M. Sulaiman 1985 - 1989
Kolonel (Inf.) Dede Hatta Permana 1989 - 1994
Kolonel (Inf.) H. Gumyadi, SH 1994 - 1999
Nama Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tolitoli
Nama Bupati Gambar Masa Jabatan Nama Wakil Bupati Keterangan
Kolonel (Inf.) H. Gumyadi, SH Januari 1999 – 11 Desember 1999
Drs. H. Moh. Ma’ruf Bantilan, MM 11 Desember 1999 – 11 Desember 2004
Drs. H. M. Syahril Alatas, SH, MH 12 Desember 2004 – 4 September 2005 Pejabat Bupati
Drs. H. Moh. Ma’ruf Bantilan, MM 4 September 2005 – 4 September 2010
Moh. Saleh Bantilan, SH 2010 - 2015 Periode 1
Dr. Adid Joyo Dauda, M.Si 14 September 2015 – 17 Februari 2016 Pejabat Bupati
Moh. Saleh Bantilan, SH 2016 - 2021 Periode 2

DPRD[sunting | sunting sumber]

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tolitoli untuk Periode 2016 - 2021 terbagi dalam 6 susunan anggota, yaitu 8 fraksi, dimana 2 fraksi memiliki 2 partai politik. Kemudian 3 Komisi (Komisi A, Komisi B, dan Komisi C), dan 4 Badan (Badan Anggaran, Badan Legislasi, Badan Musyawarah dan Badan Kehormatan). [8] [9] [10]

Pimpinan DPRD Kabupaten Tolitoli
Nama Jabatan Gambar Partai Fraksi
Andi Ahmad Syarif Ketua - Gerindra Indonesia Raya Sejahtera
Mustarim Ketua II - Demokrat Demokrat Amanat Nasional
Ir. Hj. Nursidah K. Bantilan, MM Ketua III - Golkar Golongan Karya
Fraksi DPRD Kabupaten Tolitoli
Nama Fraksi Jumlah
Anggota
Partai
Fraksi Indonesia Raya Sejahtera 7 Partai Indonesia Raya (Gerindra)
Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Fraksi Nasional Demokrat 3 Partai Nasdem
Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa 3 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Fraksi Hati Nurani Rakyat 3 Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)
Fraksi Golongan Karya 3 Partai Golongan Karya
Fraksi Partai Persatuan Pembangunan 3 Partai Persatuan Pembangunan
Fraksi Demokrat Amanat Nasional 5 Partai Demokrat
Partai Amanat Nasional (PAN)
Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 3 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
Daftar Komisi DPRD Kabupaten Tolitoli
Nama Komisi Ketua Komisi Wakil Ketua /
Sekretaris
Jumlah
Anggota
Komisi A Jonly Uirianto, SH Nurdin Nadjamuddin, S.Sos /
Drs. Yusuf Rante Ta'dung, A.Pt
6
Komisi B Moh. Faisal Bantilan Ramli Doho, SH /
Hj. Resnawati Pabelu, S.Sos
6
Komisi C Erwintoso, SH Faisal Alatas, SH /
Irban, ST
6

Sosial[sunting | sunting sumber]

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Tingkat keberhasilan pendidikan di kabupaten ini sedikit mengalami kemajuan, dengan ditandainya persentase jumlah lulusan di tiap jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, dan SMA/SMK yang mencapai 100% pada tahun ajaran 2015/2016.
Pada tahun 2015, jumlah sekolah di Kabupaten Tolitoli sebanyak 85 TK/RA/BA, 245 SD/MI/SDLB, 96 SMP/MTs, 29 SMA/MA, dan 15 SMK. Kabupaten Tolitoli juga memiliki 2 Universitas, 4 Sekolah Tinggi, dan 1 Akademi. Pendidikan tinggi terbesar di daerah ini ialah Universitas Madako yang mana sampai dengan tahun 2015 jumlah mahasiswa seluruhnya adalah 3.171.[11]

Kesehatan[sunting | sunting sumber]

Fasilitas kesehatan di daerah ini tidak terlalu mengalami penambahan jumlah fasilitas. Dibuktikan dengan jumlah fasilitas yang ada sampai dengan tahun 2015 masih sama dengan tahun sebelumnya yang hanya memiliki 1 unit Rumah Sakit, 3 unit Rumah Sakit Bersalin, dan 14 unit Puskesmas. Sementara Polindes mengalami penurunan menjadi 17 unit, sedangkan posyandu dan puskesmas pembantu sebanyak 249 unit dan 74 unit.
Tingkat kesadaran masyarakat akan kesehatan ibu dan bayi tampak cukup tinggi, dengan penanganan dilakukan oleh tenaga medis mencapai 72,72%. Sedangkan persalinan yang dilakukan oleh dukun tradisional dari tahun ke tahun mengalami penurunan.[12]

Agama[sunting | sunting sumber]

Kehidupan beragama yang heterogen terjalin dalam kerukunan dan saling menghargai dapat dijumpai di Kabupaten ini. Ditandai dengan beragam agama yang dianut oleh masyarakatnya.
Agama Islam adalah agama mayoritas di daerah ini, dengan penduduk yang menganut agama Islam sejumlah 209.150 (2015). Agama lainnya yang dianut oleh masyarakat kabupaten Tolitoli adalah Kristen dan Katolik yang mayoritas dianut oleh masyarakat pendatang seperti Minahasa, Toraja, Pamona, Sangir, dan lain-lain. Kemudian ada agama Hindu yang dianut oleh masyarakat Bali, dan disusul oleh agama Budha yang umumnya dianut oleh orang-orang Tionghoa.[13]

Pertanian dan Perdagangan[sunting | sunting sumber]

Pertanian[sunting | sunting sumber]

Perdagangan[sunting | sunting sumber]

Transportasi[sunting | sunting sumber]

Darat[sunting | sunting sumber]

Air[sunting | sunting sumber]

Udara[sunting | sunting sumber]

Transportasi udara di daerah ini dioperasikan oleh Bandara Sultan Bantilan. Pesawat yang melayani di Bandara Sultan Bantilan ini adalah pesawat baling-baling milik maskapai Wings Air[14] yang melayani 6 kali seminggu, sebelumnya dilayani oleh maskapai Merpati. Pada bulan November 2016, salah satu maskapai masuk di daerah Tolitoli yaitu Kalstar yang melayani penerbangan setiap hari[15]. Jumlah penumpang yang datang dan pergi menggunakan pesawat pada tahun 2015 meningkat dari tahun sebelumnya. Dimana penumpang yang datang naik sebesar 64,26 %, sementara untuk penumpang yang berangkat naik sebesar 64,27%. [16]

Keuangan[sunting | sunting sumber]

Fasilitas[sunting | sunting sumber]

Olahraga[sunting | sunting sumber]

Kuliner[sunting | sunting sumber]

Media[sunting | sunting sumber]

Terrestrial televisi[sunting | sunting sumber]

Toli-Toli juga memiliki rencana untuk membangun stasiun televisi bersiaran nasional dan lokal Indonesia, seperti:

Kanal Signal Frekuensi Nama Jaringan Nama perusahaan ternama Pemilik Status Negara
23 512.250 MHz UHF TVRI Nasional TVRI PT Televisi Republik Indonesia Pemerintah Indonesia Nasional  Indonesia
TVRI Sulawesi Tengah Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah Lokal
33 530.250 MHz Trans TV PT Televisi Transformasi Indonesia Trans Corp Nasional
25 542.250 MHz MNCTV PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia Media Nusantara Citra
35 554.250 MHz Indosiar PT Indosiar Visual Mandiri Elang Mahkota Teknologi
37 566.250 MHz ANTV PT Cakrawala Andalas Televisi Visi Media Asia
27 578.250 MHz RCTI PT Rajawali Citra Televisi Indonesia Media Nusantara Citra
31 590.250 MHz SCTV PT Surya Citra Televisi SC Group (Surya Citra Media)
39 602.250 MHz Global TV PT Global Informasi Bermutu Media Nusantara Citra
21 614.250 MHz tvOne PT Lativi Media Karya Visi Media Asia
49 638.250 MHz MetroTV PT Media Televisi Indonesia Media Group
45 646.250 MHz Pro TV iNews TV PT Sun Televisi Network
PT Global Telekomunikasi Terpadu
Media Nusantara Citra Lokal
29 662.250 MHz Trans7 PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh Trans Corp Nasional
45 678.250 MHz SINDOtv Palu iNews TV PT SUN Television Network Media Nusantara Citra Lokal
26 703.250 MHz Kemuning TV
22 751.250 MHz RTV PT Waskita Wicaksana Visual Poso
PT Metropolitan Televisindo
Rajawali Corpora Nasional

Radio[sunting | sunting sumber]

Tolitoli juga memiliki rencana untuk membangun stasiun radio daerah Indonesia, seperti:

Nama Frekuensi
Radio Inyong AM 549
Radio Samhan AM 630
Radio Silahturahim AM 720
Radio Berita Klasik AM 828
Radio Sheba FM FM 87.8
Cherry Black Radio FM 91.0
Radio Teman FM 93.0 FM
Radio Pelita Kasih FM 96.3
Hitz FM FM 96.7
Radio Fajri FM FM 99.0
Radio Wadi FM 99.7
Radio Nedia Akbar Zhapin FM 102.0
Radio Cemerlang FM 107.1 FM
Radio Jaleveva Jayamahe FM 107.9 FM

Flora dan Fauna[sunting | sunting sumber]

Catatan Kaki[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Asal usul Tolitoli, diakses 25 September 2017
  2. ^ Asal-usul Tolitoli, diakses pada 26 September 2017
  3. ^ Statistik Daerah Kabupaten Tolitoli 2016, diakses 22 Februari 2017
  4. ^ Statistik Daerah Kabupaten Tolitoli 2016, diakses 22 September 2017
  5. ^ Kabupaten Tolitoli Dalam Angka 2016, diakses 22 September 2017
  6. ^ Makalah asal usul Tolitoli, diakses 9 Januari 2017
  7. ^ Daftar Pemimpin yang pernah Memimpin Tolitoli, diakses 9 Januari 2017
  8. ^ DPRD Kabupaten Tolitoli diakses 10 Januari 2017
  9. ^ Fraksi DPRD Kabupaten Tolitoli diakses 9 Januari 2017
  10. ^ Komisi DPRD Kabupaten Tolitoli diakses 9 Januari 2017
  11. ^ Kabupaten Tolitoli dalam Angka 2016 Pendidikan, diakses 25 September 2017
  12. ^ Statistik Kabupaten Tolitoli 2016 Kesehatan, diakses 25 September 2017
  13. ^ BPS Tolitoli untuk Agama di Kabupaten Tolitoli, diakses 16 Januari 2017
  14. ^ Bandara Sultan Bantilan, diakses 16 Januari 2017
  15. ^ Kalstar sukses mendarat perdana di Bandara Tolitoli, diakses 16 Januari 2017
  16. ^ BPS Tolitoli tentang Transportasi Udara, diakses 16 Januari 2017