Fauzi Bowo
Fauzi Bowo | |
---|---|
Duta Besar Indonesia untuk Jerman | |
Masa jabatan 24 Desember 2013 – 20 Februari 2018 | |
Presiden | Susilo Bambang Yudhoyono Joko Widodo |
Pendahulu Eddy Pratomo | |
Gubernur DKI Jakarta ke-13 | |
Masa jabatan 15 Oktober 2007 – 15 Oktober 2012 | |
Wakil | Prijanto |
Wakil Gubernur DKI Jakarta ke-10 | |
Masa jabatan 15 Oktober 2002 – 15 Oktober 2007 | |
Gubernur | Sutiyoso |
Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta | |
Masa jabatan 1998–2002 | |
Gubernur | Sutiyoso |
Informasi pribadi | |
Lahir | 10 April 1948 Jakarta |
Partai politik | Demokrat |
Suami/istri | Hj. Sri Hartati |
Anak | Humar Ambiya Esti Amanda Dyah Namira |
Profesi | Birokrat, politikus |
Tanda tangan | |
Sunting kotak info • L • B |
Dr.-Ing. H. Fauzi Bowo (lahir 10 April 1948) adalah Duta Besar RI untuk Republik Federal Jerman antara 24 Desember 2013 dan 20 Februari 2018. Ia menjabat Gubernur DKI Jakarta dari 15 Oktober 2007 hingga 15 Oktober 2012. Ia terpilih pada pemilu kepala daerah DKI Jakarta tahun 2007 berpasangan dengan Prijanto. Pasangan ini mengalahkan pasangan Adang Daradjatun dan Dani Anwar, yang pada waktu itu didukung oleh satu partai saja. Sebelum menjadi gubernur, Fauzi Bowo menjabat wakil gubernur selama lima tahun mendampingi Sutiyoso. Fauzi Bowo digantikan oleh Joko Widodo yang terpilih pada pemilu kepala daerah DKI Jakarta tahun 2012.
Riwayat hidup
Pria berdarah Jawa-Betawi putra dari pasangan Djohari Adiputro Bowo asal Yogyakarta dan Nuraini binti Abdul Manaf asal Jakarta ini menamatkan pendidikan tingkat sekolah dasar di SD St. Bellarminus. Kemudian ia melanjutkan jenjang pendidikan tingkat menengah dan atas di Kolese Kanisius Jakarta. Setelah menamatkan pendidikan SMA, ia mengambil studi Arsitektur bidang Perencanaan Kota dan Wilayah dari Technische Universität Braunschweig Jerman dan tamat 1976 sebagai Diplom-Ingenieur. Program Doktor-Ingenieur dari Technische Universität Kaiserslautern bidang perencanaan diselesaikannya pada tahun 2000.
Fauzi Bowo memulai kariernya dengan mengajar di Fakultas Teknik UI. Ia bekerja sebagai pegawai negeri sejak tahun 1977. Beberapa posisi yang pernah dijabatnya antara lain adalah sebagai Kepala Biro Protokol dan Hubungan Internasional dan Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta.
Sebagai birokrat, Fauzi telah menempuh Sepadya (1987), Sespanas (1989), dan Lemhannas KSA VIII (2000). Ia adalah Wakil Gubernur DKI Jakarta pada masa kepemimpinan kedua Gubernur Sutiyoso.
Fauzi Bowo menikah dengan Hj. Sri Hartati pada tanggal 10 April 1974. Hj. Sri Hartati adalah putri dari Sudjono Humardani, kelahiran Semarang, 29 Agustus 1953. Dari pernikahan ini, pasangan Fauzi Bowo dan Sri Hartati dikaruniai 3 orang anak: Humar Ambiya (20 Juli 1976), Esti Amanda (5 April 1979) dan Dyah Namira (1 Februari 1983).
Pilkada 2007 dan masa kegubernuran
Dalam penjaringan calon gubernur oleh Partai Persatuan Pembangunan, Fauzi Bowo mengungguli Agum Gumelar dan Mahfud Djailani dalam perolehan suara. Fauzi memperoleh 14 suara, Agum (5 suara) dan Djailani mendapat dua suara. Dua suara lain menyatakan abstain.
Namun, dalam skoring terhadap enam kandidat calon gubernur yang mengajukan diri ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, ia menempati urutan paling terakhir. Dalam skoring itu, ia meraih 80 suara. Sedang, urutan teratas ditempati oleh Sarwono Kusumaatmadja.
Fauzi Bowo dan Gubernur Sutiyoso dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas terjadinya Banjir besar di Jakarta di hampir seluruh wilayah ibu kota DKI Jakarta, dan memengaruhi popularitas Fauzi Bowo.
Pada 22 Januari 2007, Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyampaikan hasil jajak pendapat terhadap 700 responden pada minggu ketiga Desember 2006 dengan cara tatap muka. Hasil jajak pendapat LSI untuk calon Gubernur DKI adalah Fauzi Bowo, Rano Karno, Agum Gumelar, Sarwono Kusumaatmadja, Adang Daradjatun, dan Bibit Waluyo.
Ia mengikuti Konvensi Partai Golkar 2007. Ia adalah satu-satunya peserta konvensi yang mengembalikan formulir pendaftaran dan satu-satunya peserta yang diusung untuk jabatan gubernur. Ia juga menjadi salah satu calon gubernur yang dicalonkan Partai Bintang Reformasi. Selain menerima dukungan secara khusus dari Din Syamsudin dan Partai Damai Sejahtera.
Pada tanggal 16 Agustus 2007, pasangan Fauzi Bowo - Prijanto unggul dalam pilkada pertama langsung di Jakarta ini dengan 57,87% suara pemilih.[2] Fauzi Bowo menggantikan Sutiyoso sebagai Gubernur Jakarta periode 2007–2012 pada tanggal 7 Oktober 2007.[3]
Menurut Majalah TRUST Fauzi Bowo mengeluarkan ratusan miliar untuk mencari dukungan partai politik dan bernilai lebih dari Rp 200 miliar untuk tiap partai besar, namun pernyataan ini tidak ditanggapi oleh Fauzi Bowo. Ia juga dianggap sebagai koruptor sejati, karena dana APBD kota jakarta diselewengkannya.[4]
Pilkada 2012
Pada pemilu kepala daerah DKI Jakarta tahun 2012, ia berpasangan dengan Mayjen (Purn) Nachrowi Ramli untuk memperebutkan periode jabatan kedua. Pada putaran pertama, pasangan ini didukung koalisi tujuh partai politik termasuk Partai Demokrat, Partai Hati Nurani Rakyat, Partai Amanat Nasional, dan Partai Kebangkitan Bangsa. Pada putaran kedua, Partai Persatuan Pembangunan dan DPD I Partai Golkar DKI Jakarta merapatkan dukungan kepada mereka.
Hasil penelitian sejumlah lembaga survei memprediksi pemilu kepala daerah DKI Jakarta tahun 2012, pasangan nomor urut 1 memenangi pemilu kepala daerah DKI Jakarta tahun 2012 dengan hanya satu putaran dan unggul cukup jauh dibandingkan pasangan cagub lainnya. Tetapi, hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei yang sebelumnya memprediksikan kemenangan pasangan bernomor urut satu justru menempatkan pasangan Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli (Foke-Nara) di urutan kedua dengan kisaran 33% suara, tertinggal dibandingkan pasangan nomor urut 3, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok).
Berdasarkan hasil hitung cepat beberapa lembaga survei seperti Lingkaran Survei Indonesia dan Lembaga Survei Indonesia, pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli yang diusung Partai Demokrat dan beberapa partai pendukung lain hanya bisa menempati urutan kedua dengan suara hanya sekitar 34,18 persen setelah pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama yang meraih 43,04 persen suara. Menurut tim sukses pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, kekalahan pasangan cagub Foke-Nara disebabkan oleh karena banyak warga DKI yang sedang berlibur.[5]
Riwayat jabatan
- 1976: Asisten Ahli Tech. Univ. Braunschweig
- 1977–1984: Staf pengajar di Universitas Indonesia
- 1979–1982: Plt. Kepala Biro Kepala Daerah DKI
- 1979–1982: Kepala Dinas Pariwisata DKI
- 1982–1986: Pjs. Kabiro Kepala Daerah DKI
- 1986–1988: Pj. Kabiro Kepala Daerah DKI
- 1993–1998: Kepala Dinas Pariwisata DKI
- 1998–2002: Sekretaris Wilayah Daerah DKI Jakarta
- 2002–2007: Wakil Gubernur DKI Jakarta
- 2007–2012: Gubernur DKI Jakarta
- 2013–2018: Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Federasi Jerman
Referensi
- ^ "Pelantikan Jokowi diundur, Mendagri tunjuk Sekda DKI jadi Plt". Merdeka.com. 4 Oktober 2012. Diakses tanggal 29 Maret 2014.
- ^ "Hasil Final Pilkada DKI: Si Kumis 57,87%, Si Klimis 42,13%", DetikCom, diakses Agustus 2007
- ^ "Bang Yos Minta '1 hari tanpa kendaraan per bulan", DetikCom, diakses eptember 2007
- ^ (Indonesia) Majalah TRUST: Rupiah bertaburan di Jakarta Diarsipkan 2009-01-03 di Wayback Machine.
- ^ (Indonesia)Demokrat: Foke Kalah Karena Warga Berlibur Diarsipkan 2012-07-15 di Wayback Machine.
Pranala luar
Jabatan diplomatik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Eddy Pratomo |
Duta Besar Indonesia untuk Jerman 2013–2018 |
Diteruskan oleh: Arief Havas Oegroseno |
Jabatan pemerintahan | ||
Didahului oleh: Tidak diketahui |
Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta 1998–2002 |
Diteruskan oleh: Ritola Tasmaya |
Jabatan politik | ||
Didahului oleh: Sutiyoso |
Gubernur DKI Jakarta 2007–2012 |
Diteruskan oleh: Fadjar Panjaitan (Pelaksana Tugas) Joko Widodo |
Didahului oleh: Abdul Kahfi Boedihardjo Soekmadi Djailani Fauzie Alvi |
Wakil Gubernur DKI Jakarta 2002–2007 |
Diteruskan oleh: Prijanto |