Lompat ke isi

Maulid Nabi Muhammad

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
المولد النبوي
Maulid Nabi
النبي‎ مولد
Mawlid an-Nabī
Perayaan Maulid Nabi di Minar-e-Pakistan, Lahore, Pakistan
Nama resmiعيد المولد النبوي
Eid Mawlid an-Nabī
Nama lain
Dirayakan olehPenganut agama Islam utamanya Islam Sunni, Islam Syiah, dan variasi Islam denominasi lainnya
JenisIslam
MaknaPeringatan (tradisional) kelahiran Nabi Muhammad
Kegiatan
Tanggal12 Rabiul Awal
FrekuensiTahunan/bulan (setiap 12 bulan)

Maulid Nabi Muhammad kadang-kadang Maulid Nabi atau Maulud saja (Arab: مولد النبي‎, Mawlid an-Nabī), adalah peringatan hari lahir Nabi Islam Muhammad, yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah kematian Muhammad. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Muhammad.

Sejarah

Menurut keterangan dari al-Maqrizy dalam kitabnya yang berjudul al Khathat, perayaan Maulid dimulai ketika zaman Daulah Fatimiyah syiah di Mesir. Mereka membuat banyak acara perayaan Maulid, seperti Maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Maulid 'Ali bin Abi Thalib, maulid Fatimah binti 'Ali, hingga maulid Hasan bin 'Ali dan Husain bin 'Ali. Bani Fatimiyah ini berkuasa sekitar abad 4 H.[2] Hal inilah yang menyebabkan kalangan Ulama seperti Tajuddin al Fakihani dan as Sakhawi, murid Imam Nawawi, berfatwa bahwa perayaan Maulid adalah bid'ah tercela[3]

Sedangkan menurut sumber lain Maulid dikembangkan oleh Abul al-Abbas al-Azafi[4]

Para ahli sejarah, seperti Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn Kathir, Al-Hafizh Al-Sakhawi, Al-Hafizh Al-Suyuthi dan lainnya telah sepakat menyatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar. Namun juga terdapat pihak lain yang mengatakan bahwa Sultan Salahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi. Sultan Salahuddin pada kala itu membuat perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat islam yang telah padam untuk kembali berjihad dalam membela islam pada masa Perang Salib.

Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni mengatakan,

Sholahuddin-lah yang menaklukkan Mesir. Dia menghapus dakwah ‘Ubaidiyyun yang menganut aliran Qoromithoh Bathiniyyah (aliran yang jelas sesatnya, pen). Shalahuddin-lah yang menghidupkan syari’at Islam di kala itu.[5]

Dalam perkataan lainnya, Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni mengatakan,

Negeri Mesir kemudian ditaklukkan oleh raja yang berpegang teguh dengan Sunnah yaitu Shalahuddin. Dia yang menampakkan ajaran Nabi yang shahih di kala itu, berseberangan dengan ajaran Rafidhah (Syi’ah). Pada masa dia, akhirnya ilmu dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin terbesar luas.[6]

Sumber lain mengatakan perayaan Maulid yang sebenarnya diprakarsai oleh Dinasti Fatimiyyun sebagaimana dinyatakan oleh banyak ahli sejarah. Berikut perkataan ahli sejarah mengenai Maulid Nabi.

Al Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan, “Para khalifah Fatimiyyun memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari ‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah az-Zahra, maulid khalifah yang sedang berkuasa, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Ramadhan, perayaan malam penutup Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha, perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan malam Al Kholij, hari Nowruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari Rukubaat.”[7]

Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam perayaan maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Al Hasan, maulid Al Husain –radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti Fatimiyyun) pada tahun 362 H.[8]

Begitu pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustaz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al Fikriyah (hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun).[9]

Tanggal

Tanggal untuk Maulid Nabi
Hijriah Sunni Syiah
1392 26 April 1972 1 Mei 1972
1393 15 April 1973 20 April 1973
1394 5 April 1974 10 April 1974
1395 25 Maret 1975 30 Maret 1975
1396 13 Maret 1976 18 Maret 1976
1397 2 Maret 1977 7 Maret 1977
1398 20 Februari 1978 25 Februari 1978
1399 9 Februari 1979 14 Februari 1979
1400 30 Januari 1980 4 Februari 1980
1401 18 Januari 1981 23 Januari 1981
1402 8 Januari 1982 13 Januari 1982
1403 28 Desember 1982 2 Januari 1983
1404 17 Desember 1983 22 Desember 1983
1405 5 Desember 1984 10 Desember 1984
1406 25 November 1985 30 November 1985
1407 14 November 1986 19 November 1986
1408 4 November 1987 9 November 1987
1409 23 Oktober 1988 28 Oktober 1988
1410 12 Oktober 1989 17 Oktober 1989
1411 2 Oktober 1990 7 Oktober 1990
1412 21 September 1991 26 September 1991
1413 10 September 1992 15 September 1992
1414 30 Agustus 1993 4 September 1993
1415 20 Agustus 1994 25 Agustus 1994
1416 9 Agustus 1995 14 Agustus 1995
1417 28 Juli 1996 2 Agustus 1996
1418 17 Juli 1997 22 Juli 1997
1419 6 Juli 1998 11 Juli 1998
1420 26 Juni 1999 1 Juli 1999
1421 15 Juni 2000 20 Juni 2000
1422 4 Juni 2001 9 Juni 2001
1423 25 Mei 2002 30 Mei 2002
1424 14 Mei 2003 19 Mei 2003
1425 2 Mei 2004 7 Mei 2004
1426 21 April 2005 26 April 2005
1427 11 April 2006 16 April 2006
1428 31 Maret 2007 5 April 2007
1429 20 Maret 2008 25 Maret 2008
1430 9 Maret 2009 14 Maret 2009
1431 26 Februari 2010 3 Maret 2010
1432 15 Februari 2011 20 Februari 2011
1433 4 Februari 2012 9 Februari 2012
1434 24 Januari 2013 29 Januari 2013
1435 13 Januari 2014 18 Januari 2014
1436 3 Januari 2015 8 Januari 2015
1437 24 Desember 2015 29 Desember 2015
1438 12 Desember 2016 17 Desember 2016
1439 1 Desember 2017 6 Desember 2017
1440 20 November 2018 25 November 2018
1440 9 November 2019 14 November 2019
1442 29 Oktober 2020 3 November 2020
1443 19 Oktober 2021 24 Oktober 2021
1444 8 Oktober 2022 13 Oktober 2022
1445 28 September 2023 3 Oktober 2023
1446 16 September 2024 21 September 2024
1447 5 September 2025 10 September 2025
1448 25 Agustus 2026 30 Agustus 2026
1449 15 Agustus 2027 20 Agustus 2027
1450 3 Agustus 2028 8 Agustus 2028
1451 24 Juli 2029 29 Juli 2029
1452 13 Juli 2030 18 Juli 2030
1453 2 Juli 2031 7 Juli 2031
1454 20 Juni 2032 25 Juni 2032
1455 10 Juni 2033 15 Juni 2033
1456 30 Mei 2034 4 Juni 2034

Perayaan di Indonesia

Festival Garebeg merayakan Maulid di Yogyakarta
Perayaan endhog-endhogan di Banyuwangi

Masyarakat Muslim di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair Barzanji dan pengajian. Menurut penanggalan Jawa, bulan Rabiul Awal disebut bulan Mulud, dan acara Muludan juga dirayakan dengan perayaan dan permainan gamelan Sekaten. Dan tradisi endhog-endhogan yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa-Using di Banyuwangi, Jawa Timur.

Perayaan di luar negeri

Perayaan Maulid di India.
Perayaan Maulid Nabi di Putrajaya, Malaysia pada tahun 2013.

Sebagian masyarakat Sunni dan Syiah di dunia merayakan Maulid Nabi. Sunni merayakannya pada tanggal 12 Rabiul Awal sedangkan Syiah merayakannya pada tanggal 17 Rabiul Awal, yang juga bertepatan dengan ulang tahun Imam Syiah yang keenam, yaitu Ja'far ash-Shadiq.

Maulid dirayakan di banyak negara dengan penduduk mayoritas Muslim di dunia, serta di negara-negara lain di mana masyarakat Muslim banyak membentuk komunitas, contohnya antara lain di India, Britania Raya, Rusia[10] dan Kanada.[11] [12] [13] [14] [15][16] [17] [18][19]
Arab Saudi dan Qatar adalah negara dengan penduduk mayoritas Muslim yang tidak menjadikan Maulid sebagai hari libur resmi.[20] Partisipasi dalam ritual perayaan hari besar Islam ini umumnya dipandang sebagai ekspresi dari rasa keimanan dan kebangkitan keberagamaan bagi para penganutnya.[21]

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ "Mawlid in Africa". Muhammad (pbuh) – Prophet of Islam. Diakses tanggal 2016-02-02. 
  2. ^ Katz (2007), hlm. 67
  3. ^ al Fakihani, Tajuddin. "Risalah al-Maurid fi Hukmi al-Maulid, hlm. 1; al-Maurid ar-Rawi fi al-Maulid an-Nabawi". Maulid menurut 4 Mazhab. Diakses tanggal 23 September 2020. 
  4. ^ "Mawlid". Encyclopedia of Islam, Second Edition. BrillOnline Reference Works. 
  5. ^ Majmu’ Al Fatawa, 35/138
  6. ^ Majmu’ Al Fatawa, 3/281
  7. ^ Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490. Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146
  8. ^ Ahsanul Kalam, hal. 44
  9. ^ Dinukil dari Al Maulid, hal. 20
  10. ^ Maulid di Rusia
  11. ^ "q News". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-28. Diakses tanggal 2010-03-19. 
  12. ^ Arts Web Bham
  13. ^ Buildings of London
  14. ^ "Js Board". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-17. Diakses tanggal 2010-03-19. 
  15. ^ Sunni society UK
  16. ^ Montreal Religious Sites Project
  17. ^ "Muslim Media Network". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-15. Diakses tanggal 2010-03-19. 
  18. ^ "Canadian Mawlid". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-09. Diakses tanggal 2013-07-16. 
  19. ^ BBC – Religion & Ethics – Milad un Nabi
  20. ^ "Moon Sighting". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-12-25. Diakses tanggal 2010-03-19. 
  21. ^ Saudi Islam Politics

Bacaan lanjutan

  • Hagen, Gottfried (2014), "Mawlid (Ottoman)", in Muhammad in History, Thought, and Culture: An Encyclopedia of the Prophet of God (2 vols.), Edited by C. Fitzpatrick and A. Walker, Santa Barbara, ABC-CLIO.
  • Malik, Aftab Ahmed (2001). The Broken Chain: Reflections Upon the Neglect of a Tradition. Amal Press. ISBN 0-9540544-0-7. 
  • Picken, Gavin (2014), "Mawlid", in Muhammad in History, Thought, and Culture: An Encyclopedia of the Prophet of God (2 vols.), Edited by C. Fitzpatrick and A. Walker, Santa Barbara, ABC-CLIO.
  • Tahir-ul-Qadri, Muhammad (2014). Mawlid al-Nabi: Celebration and Permissibility. Minhaj-ul-Quran Publications. ISBN 978-1-908229-14-4. 
  • Ukeles, Raquel. "The Sensitive Puritan? Revisiting Ibn Taymiyya's Approach to Law and Spirituality in Light of 20th-century Debates on the Prophet's Birthday (mawlid al-nabī)." Ibn Taymiyya and His Times, ed. Youssef Rapport and Shahab Ahmed, 319–337. Karachi: Oxford University Press, 2010.
  • Katz, Marion Holmes (2007). The Birth of The Prophet Muhammad: Devotional Piety in Sunni Islam. Routledge. ISBN 978-1-135-98394-9. 

Pranala luar