Lompat ke isi

Brunei

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Brunei Darussalam adalah sebuah negeri kecil yang sangat makmur di sebelah utara pulau Kalimantan atau Borneo dan berbatasan dengan Malaysia. Brunei terdiri dari dua bahagian yang yang dipisahkan di daratan oleh Malaysia.

Nama Borneo berdasarkan nama negara ini, sebab jaman dahulu kala, negeri ini sangat berkuasa di pulau ini.

Negara Brunei Darussalam
برني دارالسلام
Berkas:Brunei flag medium.png Berkas:Bx-coat.gif
(Bendera Brunei) (Lambang Brunei)
Motto:?
http://en.wiki-indonesia.club/upload/4/41/LocationBrunei.png
Bahasa ResmiBahasa Melayu
IbukotaBandar Seri Begawan
SultanHaji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah
Wilayah
 - Total
 - % Air
Urutan ke-163
5.770 km²
8,6%
Penduduk


 - Total (2001)


 - Kepadatan
Urutan ke-162


343.653


61/km²
Kemerdekaan1 Januari 1984
Mata UangBrunei dollar
Zona WaktuUTC + 8
Lagu KebangsaanAllah Peliharakan Sultan
TLD.BN
Kode Negara673

Asal Usul Brunei

Silsilah kerajaan Brunei didapatkan pada Batu Tarsilah yang menuliskan Silsilah Raja-Raja Brunei yang dimulai dari Awang Alak Betatar .Raja yang mula-mula memeluk agama Islam (1368) sampai kepada Sultan Muhammad Tajuddin (Sultan Brunei Ke-19, memerintah antara 1795-1804 dan 1804-1807).

Brunei adalah sebuah negara tua di diantara kerajaan-kerajaan ditanah Melayu.Keberadaan Brunei Tua ini diperoleh berdasarkan kepada catatan Arab, China dan tradisi lisan. Dalam catatan Sejarah China dikenal dengan nama Po-li, Po-lo, Poni atau Puni dan Bunlai. Dalam catatan Arab dikenali dengan Dzabaj atau Randj.

Catatan tradisi lisan diperoleh dari Syair Awang Semaun yang menyebutkan Brunei berasal dari perkataan baru nah yaitu setelah rombongan klan atau suku Sakai yang dipimpin Pateh Berbai pergi ke Sungai Brunei mencari tempat untuk mendirikan negeri baru. Setelah mendapatkan kawasan tersebut yang memiliki kedudukan sangat strategis yaitu diapit oleh bukit, air , mudah untuk dikenali serta untuk transportasi dan kaya ikan sebagai sumber pangan yang banyak di sungai, maka mereka pun mengucapkan perkataan baru nah yang berarti tempat itu sangat baik, berkenan dan sesuai di hati mereka untuk mendirikan negeri seperti yang mereka inginkan. Kemudian perkataan baru nah itu lama kelamaan berubah menjadi Brunei.

Replika stupa yang didapatkan di Pusat Sejarah Brunei menjelaskan bahwa agama Hindu-Buddha pada suatu masa dahulu pernah dianut oleh penduduk Brunei. Sebab telah menjadi kebiasaan dari para musafir agama tersebut, apabila mereka sampai di sesuatu tempat, mereka akan mendirikan stupa sebagai tanda serta pemberitahuan mengenai kedatangan mereka untuk mengembangkan agama tersebut di tempat itu. Replika batu nisan P'u Kung Chih Mu, batu nisan Rokayah binti Sultan Abdul Majid ibni Hasan ibni Muhammad Shah Al-Sultan, dan batu nisan Sayid Alwi Ba-Faqih (Mufaqih) pula menggambarkan mengenai kedatangan agama Islam di Brunei yang dibawa oleh musafir, pedangang dan mubaligh-mubaliqh Islam, sehingga agama Islam itu berpengaruh dan mendapat tempat baik penduduk lokal maupun keluarga kerajaan Brunei.

Sejarah dan Wilayah Kesultanan Brunei

Kesultanan Brunai pada abad ke 6 itu memiliki wilayah yang cukup luas meliputi Sabah, Brunei dan Sarawak yang berpusat pada kerajaan Brunei dan kerajaan Brunei juga merupakan pusat perdagangan dengan China. Wilayah ini sebaliknya dipengaruhi oleh dua kuasa besar pada waktu itu, iaitu Sriwijaya di Sumatera dan kemudian Majapahit di Jawa.

Pada awal abad ke-15, Kerajaan Malaka di bawah pemerintahan Parameswara telah menyebarkan pengaruhnya dan seterusnya mengambil alih perdagangan Brunei. Perubahan ini menyebabkan agama Islam tersebar di wilayah Brunei oleh pedagangnya pada akhir abad ke-15. Kejatuhan Melaka ke tangan Portugis pada tahun 1511 telah menyebabkan Sultan Brunei mengambil alih kepimpinan Islam dari Melaka. Semasa pemerintahan Sultan Bolkiah, kerajaan Brunei telah memperluaskan pengaruhnya ke utara sehingga ke Luzon dan Sulu serta di sebelah selatan dan barat Kalimantan.

pada tahun 1658 Sultan Brunei menghadiahkan kawasan timur laut Kalimantan kepada Sultan Sulu di Filipina Selatan sebagai penghargaan terhadap Sultan Sulu dalam menyelesaikan perang saudara di antara Sultan Abdul Mubin dengan Pengeran Mohidin. Persengketaan dalaman kerajaan Brunei merupakan satu faktor yang menyebabkan kejatuhan kerajaan tersebut.

Pada Tahun 1839, James Brooke dari Inggris datang ke Serawak dan menjadi raja disana seerta menyerang Brunei, sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atas Serawak. Pada tanggal 19 Desember 1846, Pulau Labuan dan sekitarnya diserahkan kepada James Brooke. Sedikit demi sedikit wilayah Brunei jatuh ketangan Inggris melalui kongsi kongsi dagang dan pemerintahnya sampai wilayah Brunei sendiri dibawah protektorat Inggris sampai berdiri sendiri tahun 1984.

Saat ini Brunei memiliki wilayah yang lebih kecil daripada masa lalu, dengan berbatasan dengan Serawak dari sebelah barat sampai timur wilayah itu, serta sebelah utara berbatasan dengan Laut China Selatan.

Politik

Berkas:Nurul-iman-palace.jpg
Istana Nurul Iman

Kerajaan Brunei Darussalam adalah negara yang memiliki corak pemerintahan Monarki konstitusional dengan Sultan yang menjabat sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, merangkap sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dengan dibantu oleh Dewan Penasihat Kesultanan dan beberapa Menteri. Brunei tidak memiliki dewan legislatif, namun pada bulan September 2000, Sultan bersidang untuk menentukan Parlemen yang tidak pernah diadakan sejak tahun 1984.

Pertahanan Keamanan Brunei mengandalkan perjanjian pertahanan dengan Inggris dimana terdapat pasukan Gurkha yang terutama ditempatkan di Seria. Jumlah pertahanan keamanannya lebih kecil bila dibandingkan dengan kekayaannya dan negara negara tetangga.


Berkas:Brunei-map.jpg
Brunei Darussalam

Brunei memiliki dengan hubungan luar negeri terutama dengan negara negara ASEAN dan negara negara lain serta ikut serta sebagai anggota PBB. Kesultanan ini juga terlibat konflik Spratly yang melibatkan hampir semua negara ASEAN (kecuali Indonesia, Kamboja, Laos dan Myanmar), China dan Taiwan. Selain itu terlibat konflik perbatasan laut dengan Malaysia terutama masalah daerah yang menghasilkan Minyak dan Gas Bumi

Ekonomi

Ekonomi Brunei Darussalam bertumpu pada sektor minyak bumi dan gas dengan pendapatan nasional yang termasuk tinggi di dunia satuan mata uangnya adalah Brunei Dolar yang memiliki nilai sama dengan Dolar Singapura.

Selain bertumpu pada sektor minyak bumi dan gas, pemerintah Brunei mencoba melakukan diversifikasi sumber-sumber ekonomi dalam bidang perdagangan. Namun dalam waktu dekat usaha tersebut mengalami kebuntuan karena masalah internal kerajaan yang menurut sumber sumber media internasional dihabiskan untuk kepentingan pemborosan Istana yang ketika dipegang oleh Pangeran Jeffry. Keadaan tersebut dapat menimbulkan masalah bagi perekonomian Brunei dimasa yang akan datang.


Demografi

Berkas:Carta-sultan2.jpg
Silsilah Sultan Brunei Darussalam

Penduduk Brunei mayoritas beretnis Melayu, selain terdapat etnis China dan penduduk asli kalimantan, Dayak. Mayoritas beragama Islam, selain Kristen dan Konghucu

Raja-Raja Brunei

Raja-raja Brunai Darusalam yang memerintah sejak didirkiannya kerajaan pada tahun 1363 M yakni

  1. Sultan Muhammad Shah (1363 - 1402)
  2. Sultan Abdul Majid Hasan (1402 - 1408)
  3. Sultan Ahmad (1408 - 1425)
  4. sultan Syarif Ali (1425 - 1432)
  5. Sultan Sulaiman (1432 - 1485)
  6. Sultan Bolkiah (1485 - 1524)
  7. Sultan Abdul Kahar (1524 - 1530)
  8. Sultan Saiful Rizal (1533 - 1581)
  9. Sultan Shah Brunei (1581 - 1582)
  10. Sultan Muhammad Hasan (1582 - 1598)
  11. Sultan Abdul Jalilul Akbar (1598 - 1659)
  12. Sultan Abdul Jalilul Jabbar (1669 - 1660)
  13. Sultan Haji Muhammad Ali (1660 - 1661)
  14. Sultan Abdul Hakkul Mubin (1661 - 1673)
  15. Sultan Muhyiddin (1673 - 1690)
  16. Sultan Nasruddin (1690 - 1710)
  17. Sultan Husin Kamaluddin (1710 - 1730) (1737 - 1740)
  18. Sultan Muhammad Alauddin (1730 - 1737)
  19. Sultan Omar Ali Saifuddien I (1740-1795)
  20. Sultan Muhammad Tajuddin (1795-1804) (1804-1807)
  21. Sultan Muhammad Jamalul Alam I (1804)
  22. Sultan Muhammad Kanzul Alam (1807-1826)
  23. Sultan Muhammad Alam (1826-1828)
  24. Sultan Omar Ali Saifuddin II (1828-1852)
  25. Sultan Abdul Momin (1852-1885)
  26. Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin (1885-1906)
  27. Sultan Muhammad Jamalul Alam II (1906-1924)
  28. Sultan Ahmad Tajuddin (1924-1950)
  29. Sultan Omar 'Ali Saifuddien III (1950-1967)
  30. Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah(1967-Sekarang)

Pembagian Administratif

Brunei dibagi dalam empat daerah yang dikenal sebagai distrik yakni:

Pranala Luar



Kembali ke: