Persik Kediri
Nama lengkap | Persatuan Sepak Bola Indonesia Kediri | ||
---|---|---|---|
Julukan | Macan Putih, Laskar Jayabaya | ||
Berdiri | 19 Mei 1950 | ||
Stadion | Brawijaya Kediri (Kapasitas: 20.000) | ||
Pemilik | PT. Astar Asia Global | ||
Presiden | Wijaya Hadi Susanto | ||
Manajer | Mochamad Syahid Nur Ichsan | ||
Pelatih | Divaldo Alves | ||
Liga | Liga 1 | ||
2021/22 | 11 dari 18 | ||
Situs web | Situs web resmi klub | ||
Kelompok suporter | Persikmania | ||
| |||
Musim ini |
Persik Kediri | ||
---|---|---|
Tim utama |
Persik Youth Academy (EPA) |
Tim Esports (IFeL) |
Persatuan Sepak Bola Indonesia Kediri (disingkat Persik) merupakan klub sepak bola profesional Indonesia yang berbasis di kota Kediri, Jawa Timur. Klub didirikan tahun 1950 dan bermarkas di Stadion Brawijaya kota Kediri. Klub saat ini berkompetisi di Liga 1 yang merupakan kasta tertinggi sepak bola di liga Indonesia.
Persik Kediri dipromosikan ke tingkat atas pada tahun 2002 dan mulai bermain di Divisi Utama Liga Indonesia 2003. Sejak liga Indonesia dimulai di tahun 1994, Persik telah memenangkan masing-masing edisi 2003 dan 2006. Tim dengan julukan Macan Putih serta memiliki semboyan kebanggaan yaitu Djajati, atau Panjalu Jayati yang berarti Kadiri Menang diambil dari prasasti Hantang. Mengisahkan kemenangan kerajaan Kadiri dengan rajanya yang terkenal saat itu Sri Jayabhaya atas Janggala, menjadi pemantik semangat dan sebuah harapan agar Persik selalu berjuang meraih kemenangan di setiap laga. Persik Kediri identik dengan jersey kebesaran berwarna ungu.
Sejarah
Awal Terbentuk
Dalam hal sepak bola Kediri memiliki sejarah yang cukup panjang. Awal mula munculnya olahraga sepak bola di Kediri dimulai dari dibukanya pabrik-pabrik Belanda yang memperkerjakan orang-orang Belanda, merekalah yang membawa sepak bola hingga jauh ke pedalaman seperti Kediri.[1] Pada masa kolonial, kondisi ekonomi di Kediri dikuasai oleh Belanda, untuk sektor ekonominya Kediri memang terkenal dengan produksi gulanya. Banyak pabrik-pabrik gula yang didirikan oleh bangsa Belanda di daerah Kediri, dengan dibukanya pabrik gula tersebut Belanda turut membawa pengaruh dalam berbagai aspek, salah satunya adalah olahraga. Salah satu olahraga yang paling berkembang di Kediri adalah olahraga sepak bola. Setelah dibangunnya pabrik gula PG. Meritjan pada 1918, maka masuklah pula para pegawai berkebangsaan Belanda di Kediri. Pada awalnya masyarakat Kediri hanya menjadi penonton saat olahraga sepak bola ini dimainkan oleh para karyawan PG. Meritjan. Para karyawan ini sering melakukan latih tanding dan saat anggota timnya kurang mereka sering meminta penonton untuk ikut bermain. Inilah awal masyarakat Kediri mengenal permainan sepak bola.
Sejak masuknya sepak bola di Kediri, masyarakat sekitar mulai menggemari olahraga ini. Awalnya masyarakat Kediri memainkan sepak bola hanya saat Belanda mengadakan pertandingan sepak bola, akan tetapi seiring berjalannya waktu masyarakat Kediri mulai memainkannya sendiri tanpa adanya orang Belanda. Sepak bola menjadi olahraga yang mudah diterima oleh masyarakat Kediri karena olahraga yang satu ini mudah untuk dimainkan dan dalam olahraga ini mengutamakan kekompakan dalam suatu tim. Sepak bola seakan menjadi budaya di kalangan masyarakat, sepakbola di Kediri mulai berkembang dengan munculnya klub-klub sepak bola yang ada di daerah Kediri. Tidak hanya klub kecil yang muncul di beberapa wilayah Kediri saja, akan tetapi di tahun 1950 berdirilah klub persatuan sepak bola di Kediri, yaitu Persik.[2]
Dalam catatan kearsipan pengurus Persatuan Sepak Bola Indonesia Kediri didirikan pada 19 Mei 1950, oleh Bupati Kediri saat itu R. Muhammad Machin. Pada waktu itu Kediri masih berupa kabupaten belum ada pemisahan wilayah kabupaten dan kota. R. Muhammad Machin dibantu Kusni dan Liem Giok Djie, ia pertama kali merancang bendera tim yang tersusun dari dua warna yang berbeda. Bagian atas berwarna merah dan bawahnya hitam dengan tulisan Persik di tengah-tengah kedua warna berbeda tersebut.
Lambang
Logo Persik Kediri dirancang oleh seorang guru sekaligus seniman dari Kediri bernama Harsono. Logo ini dipakai hingga sekarang dan belum pernah mengalami perubahan.[3]
Logo Persik Kediri berbentuk segi lima dengan warna latar merah dan hitam. Di dalam segi lima itu terdapat dua gapura berwarna kuning. Ini melambangkan kejayaan kerajaan Kadiri di masa lampau, dijelaskan bahwa kerajaan Kadiri kekuasaannya sangat luas dan kaya raya, pada masa tersebut negeri paling kaya selain Tiongkok di dunia secara berurutan adalah; kekhalifahan Abbasiyah yang berkuasa di Arab, kerajaan Panjalu yang menguasai bagian timur Nusantara dan Sriwijaya yang menguasai bagian barat Nusantara.[4] Di antara dua gapura dalam logo tersebut terdapat simbol bunga yang diambil dari logo PSSI, menunjukkan bahwa Persik Kediri adalah anggota dari organisasi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia. Di atas gambar gapura terdapat tulisan PERSIK, sebagai nama kesebelasan dan tulisan KEDIRI di bawah gambar gapura, menunjukkan kota asal klub ini.
Julukan
Julukan Macan Putih yang disematkan merujuk pada lambang pemerintah kota Kediri.
Julukan ini melekat ketika Persik promosi ke Divisi I di masa kepemimpinan Drs. H. A. Maschut yang juga menjabat sebagai Wali Kota saat itu. Julukan tersebut diambil dari salah satu tiga simbol kota Kediri. Macan Putih diyakini sebagai penjelmaan Prabu Jayabaya yang hingga saat ini menjadi simbol kemasyhuran tanah Kediri. Prabu Jayabaya merupakan raja kelima dari kerajaan Panjalu atau Kadiri sekaligus menjadi raja paling berpengaruh dalam peradaban masyarakat Jawa.
Riwayat
Persik Kediri berhasil mendapatkan tiket untuk berlaga di Liga Champions Asia 2007 setelah mampu mengukuhkan dirinya untuk kedua kali menjadi juara Liga Indonesia 2006. Di ajang tertinggi kompetisi klub Asia tersebut Persik harus berhadapan dengan tiga tim kuat dari Asia. Tiga tim itu adalah Urawa Red Diamonds (Jepang), Sydney FC (Australia), dan Shanghai Shenhua (China). Persik mampu menyulitkan klub berlabel raksasa Asia tersebut dengan memberi perlawanan hingga mengalahkan Sydney FC (2-1) dan Shanghai Shenhua (1-0) di kandang yang waktu itu dimainkan di Stadion Manahan Solo. Pada laga kandang terakhir menghadapi Urawa Red Diamonds Persik Kediri mampu memaksa imbang wakil Jepang tersebut Persik Kediri benar-benar memberi perlawanan sengit dengan sempat unggul 2-1 di babak pertama melalui dua gol yang dicetak Cristian Gonzales namun akhirnya dapat disamakan dan berakhir dengan skor 3-3. Hasil itu sempat memberikan peluang Persik Kediri untuk lolos ke babak selanjutnya dengan syarat harus menang saat menghadapi Shanghai Shenhua. Namun sayang akhirnya Persik Kediri tersingkir karena kalah telak di Shanghai (0-6), sementara itu wakil Jepang Urawa Red Diamonds lolos hingga menjadi juara Liga Champions Asia 2007. Kegagalan Persik Kediri yang saat itu diperkuat tiga legiun asingnya Cristian Gonazales, Ronald Fagundez, dan Danilo Fernando untuk lolos dari babak grup karena selalu menelan kekalahan di laga tandang. Meski begitu, Persik Kediri sudah mencatatkan prestasi dengan tak terkalahkan di laga kandang dan memaksa imbang calon juara Liga Champions Asia.
Sebagai tim perserikatan yang terdaftar di PSSI, Persik memiliki beberapa klub anggota, diantaranya PSAD, POP, Dhoho, Radio, dan Indonesia Muda (IM). Dalam tiga dekade (1960 hingga 1990-an), prestasi Persik tidak menonjol bahkan di tingkat nasional pun masih kalah dibandingkan dengan Persedikab Kabupaten Kediri yang era 1990-an tercatat dua kali mengikuti kompetisi Ligina. Namun sejak ditangani Wali Kota Kediri, Drs. H. A. Maschut, Persik menunjukkan perubahan.
Mengawali debutnya di pentas nasional, Persik merekrut mantan pelatih Tim Nasional PSSI Pra Piala Dunia (PPD) 1986, Sinyo Aliandoe, untuk menangani klub kebanggaan warga Kota Kediri itu dalam Kompetisi Divisi II periode 2000-2001. Di bawah tangan dingin Om Sinyo, para pemain Persik yang merupakan pemain-pemain dari Kediri dan sekitarnya mulai diperkenalkan dengan sistem sepak bola modern. Namun hanya satu tahun Om Sinyo berlabuh di Kota Kediri. Setelah itu, Persik pun resmi ditangani mantan pemain Timnas PSSI, Jaya Hartono, yang sebelumnya hanyalah asisten Om Sinyo.
Sementara untuk semua urusan baik di dalam maupun di luar stadion, Drs. H. A. Maschut meminta bantuan putra menantunya, Iwan Budianto, yang beberapa tahun sebelumnya menangani Arema Malang. Di tangan Iwan-Jaya itulah, tim berjuluk “Macan Putih” itu unjuk gigi dengan berhasil menyabet gelar JUARA Kompetisi Divisi I PSSI tahun 2002. Gelar tersebut sekaligus mengantarkan tim kebanggaan warga Kota Kediri itu naik kelas sebagai kontestan Divisi Utama dalam Ligina untuk musim kompetisi IX/2003.
Sejak kompetisi itu digelar pada bulan Januari 2003, Persik sudah mengklaim dirinya sebagai tim dari daerah yang tak sekadar numpang lewat. Tekad itu terpatri di dalam lubuk sanubari para pemain, sehingga dengan usaha keras dan penuh dramatis, Persik mampu mencuri perhatian publik bola di Tanah Air setelah berhasil memboyong Piala Presiden setelah mengukuhkan dirinya sebagai Juara kompetisi Divisi Utama Ligina IX Tahun 2003.
Persik mampu memupuskan harapan tim-tim besar, seperti PSM Makassar, Persija Jakarta, dan Persita Tangerang yang saat itu sangat berambisi menjadi kampiun dalam kompetisi paling bergengsi di Jagad Nusantara ini. Piala Presiden itu kembali berlabuh di Kota Kediri setelah Persik berhasil lagi menjadi Juara kompetisi Divisi Utama Ligina XII Tahun 2006 setelah menyudahi perlawanan sengit PSIS Semarang dengan skor 1-0 di partai final yang digelar di Stadion Manahan Solo.
Di awal kompetisi LBM IX berjalan, Persik terseok-seok bahkan pernah menduduki peringkat ke-13 klasemen sementara. Perlahan tetapi pasti, kemenangan demi kemenangan diraih hingga pada putaran pertama Persik sempat menempati puncak klasemen sementara. Pada putaran kedua prestasi Persik semakin stabil hingga kompetisi berakhir Persik sukses menjadi juara.
Dengan diperkuat tiga legiun asing asal Chili, yakni Fernando, Juan Carlos dan Alejandro Bernald, pada tahun 2002 Persik menorehkan tinta emas setelah berhasil menyabet Juara Divisi I PSSI, di mana pertandingan empat besarnya diselenggarakan di Manado. Prestasi itu memastikan Persik masuk Divisi Utama Ligina IX/2003. Namun sebelum ikut kompetisi paling bergengsi di Tanah Air itu, Persik mencatat prestasi gemilang setelah sukses merengkuh gelar Juara Piala Gubernur Jatim I/2004 di Stadion 10 November Surabaya . Persik kembali menjadi Yang Terbaik pada Piala Gubernur III/2005 di Gelora Delta Sidoarjo setelah menyudahi perlawanan tim debutan Persekabpas Kabupaten Pasuruan. September 2006 lalu.
Prestasi demi prestasi yang ditorehkan Persik, tak bisa lepas dari perjuangan dan kegigihan beberapa tokoh sepak bola Kota Kediri. Sejak tahun 1999 Wali Kota Drs H.A. Maschut memegang jabatan sebagai Ketua Umum. Ia dibantu J.V. Antonius Rahman yang saat itu menjabat Ketua DPRD Kota Kediri sebagai Ketua Harian Persik dan tokoh sepak bola, Alm. Barnadi sebagai Sekretaris Umum.
Namun tak bisa dilupakan pula perjuangan Iwan Budianto sebagai manajer tim untuk mengangkat citra Kota Kediri di bidang sepak bola bersama Eko Soebekti dan Suryadi, masing-masing menempati posisi asisten manajer operasional dan asisten manajer keuangan.
Untuk aristek di lapangan baik pengurus maupun manajemen saat itu mengangkat mantan pemain Niac Mitra Surabaya, Jaya Hartono dibantu mantan pemain Arema Malang, Mecky Tata bertindak selaku asisten pelatih. Nama Iwan Budianto dan Jaya Hartono sudah cukup lama dikenal oleh publik bola di tanah air. Sebelum bergabung dengan Persik, Iwan Budianto pernah menjadi manajer tim Arema Malang pada Ligina V 1998/1999. Saat itu Arema menempati peringkat ketiga grup tengah II.
Sementara Jaya Hartono sudah tidak asing lagi. Selain malang melintang sebagai pemain di beberapa klub Galatama mulai dari Niac Mitra, Petrokimia Putra, BPD Jateng, Assyabaab Salim Group Surabaya, PKT Bontang hingga kariernya di timnas PSSI selama sepuluh tahun mulai 1986 sampai 1996. Sebagai orang yang bertangan dingin Jaya Hartono membawa Persik sebagai Juara Ligina IX/2003. Namun sayang Jaya Hartono tahun 2006 meninggalkan Persik Kediri dan digantikan Daniel Roekito hingga tahun 2007. Meski hanya dua tahun membesut Daniel Roekito juga menorehkan sejarah bagi Persik yakni membawa Persik Juara Ligina XII/2006.
Menghadapi Super Liga Persik mencoba pelatih asing asal Muldova yang cukup dikenal yakni Arcan Iurie (mantan pelatih Persib Bandung dan Persija) itupun hanya setengah kompetisi, selanjutnya Persik dibawah kendali Aji Santoso hingga akhir ISL 2008 dan menjadikan Persik dalam 5 besar (peringkat 4 ISL 2008). Memasuki ISL 2009/2010 Persik diarsiteki oleh Gusnul Yakin seiring pergantian Ketua Umum yang baru yang menggantikan Drs. H. A. Maschut kepada Dr Samsul Ashar Sp.PD yang juga wali kota terpilih dalam Pilkada 2008 lalu.
Degradasi ke kasta dua
Sejak dibawah kepemimpinan Dr.H Samsul Ashar, Persik terus mengalami penurunan prestasi hingga terdegradasi pada akhir kompetisi Liga Super Indonesia 2009/2010 dan harus rela bermain di kasta kedua liga Indonesia, hingga di akhir kompetisi Divisi Utama tahun 2013, Persik baru bisa kembali dipromosikan ke Liga Super Indonesia setelah menempati peringkat ke tiga klasemen Divisi Utama.
Didiskualifikasi dari peserta ISL 2015
Pada 12 Desember 2014, Persik Kediri mengalami masa keterpurukan hingga harus didiskualifikasi dari peserta Liga Super Indonesia 2015 karena dinilai tidak memenuhi persyaratan baik dari segi keuangan dan infrastruktur bersama dengan Persiwa Wamena selama proses verifikasi pada bulan Desember 2014. Persik harus kembali turun kasta bermain di Divisi Utama liga Indonesia 2015. Di tahun 2016 Ultras Cyberxtreme Dentama Ardiratna mencoba menghidupkan kembali Persik Kediri dengan serangkaian laga ujicoba.
Untuk pertandingan kandang Persik menggunakan Stadion Brawijaya Kediri yang berkapasitas sekitar 20 ribu orang. Sementara untuk kegiatan manajerial Persik dipusatkan di sekretariat Persik di Jl. Diponegoro No. 7, Kediri. No. telp. dan faksimilinya adalah 0354-686690.
Stadion
Stadion Brawijaya adalah kandang bagi tim Persik Kediri. Terletak di tengah Kota Kediri, Jawa Timur. Stadion ini dibangun pada tahun 1983, dan mengalami pembenahan pada tahun 2000. Stadion Brawijaya memiliki kapasitas 20.000 tempat duduk. Stadion Brawijaya merupakan kebanggaan masyarakat Kediri karena di stadion inilah Persik Kediri menjamu lawan-lawannya.
Pendukung
Persik Kediri didukung oleh suporternya yang fanatik dan militan yaitu Persikmania, yang terbentuk pada bulan Februari 2001. Di masa kini telah banyak bermunculan Persikmania dari generasi berikutnya yang selanjutnya membuat sebuah kelompok tersendiri seperti Brigata Cyberxtreme yang biasa menempati tribun sisi utara Stadion Brawijaya. Selain itu terdapat juga suporter yang menamai diri mereka sebagai Militan Persik dan Gerakan Cinta Persik (GCP) yang biasa menempati sisi tribun timur, namun dalam sebutannya mereka semua masih tetap menyebut kelompoknya sebagai Persikmania.
Rekor musim ke musim
Musim | Liga | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Komp. | Main | M | S | K | GM | GA | Poin | Pos | |
2016 | ISC B (6) | 10 | 8 | 2 | 0 | 20 | 5 | 26 | 1 |
Musim | Liga | |||||||||
Kompetisi | Menang | Kalah | Seri | Main | GM | GA | Poin | Posisi | Degradasi | |
2017 | Liga 2 | 6 | 4 | 2 | 12 | 18 | 15 | 20 | 3 | Liga 3 |
Musim | Liga | Topskor Tim | ||||||||||
Kompetisi | Menang | Kalah | Seri | Main | GM | GA | Poin | Gelar | Promosi | Nama | Gol | |
2018 | Liga 3 | 12 | 1 | 4 | 17 | 37 | 9 | 40 | Juara 1 | Liga 2 | Septian Satria Bagaskara | 28 |
Musim | Liga | |||||||||
Kompetisi | Menang | Kalah | Seri | Main | GM | GA | Poin | Gelar | Promosi | |
2019 | Liga 2 | 9 | 5 | 6 | 20 | 26 | 15 | 33 | Juara 1 | Liga 1 |
Musim | Liga | Topskor Tim | |||||||||
Kompetisi | Menang | Kalah | Seri | Main | GM | GA | Poin | Posisi | Nama | Gol | |
2021 | Liga 1 | 9 | 13 | 12 | 34 | 33 | 39 | 39 | 11 | Youssef Ezzejjari Lhasnaoui | 17 |
Kompetisi Asia
2 kali penyertaan
Musim | Kompetisi | Babak | Klub | Kandang | Tandang | Posisi | |
---|---|---|---|---|---|---|---|
2004 | Liga Champions AFC | Group | Seongnam Ilhwa Chunma | 1-2 | 15-0 | Peringkat 3 | |
Group | Yokohama F. Marinos | 1-4 | 4-0 | ||||
Group | Bình Ðịnh F.C. | 1-0 | 2-2 | ||||
2007 | Liga Champions AFC | Group | Urawa Red Diamonds | 3-3 | 3-0 | Peringkat 3 | |
Group | Shanghai Shenhua F.C. | 1-0 | 6-0 | ||||
Group | Sydney FC | 2-1 | 3-0 |
Pemain
Untuk 25 Mei 2022.
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.
|
|
Mantan pemain terkenal
AFC |
CAF |
CONMEBOL |
Daftar pencetak skor terbaik
Tahun | Pemain | Peran | Gol |
---|---|---|---|
2005–2008 | Cristian Gonzáles | 106 | 100 |
2003–2004 | Bamidelle Frank Bob Manuel | 34 | |
2003–2008 | Musikan | 31 | |
2017–2022 | Septian Satria Bagaskara | 28 | |
2008–2010 | Saktiawan Sinaga | 26 | 23 |
2005–2009 | Budi Sudarsono | 69 | 20 |
2012 | Oliver Makor | 14 | 18 |
2021–2022 | Youssef Ezzejjari Lhasnaoui | 21 | 17 |
2007–2009 | Ronald Fagundez | 112 | 12 |
2009–2010 | Yongki Aribowo | 29 | 9 |
2006–2008 | Danilo Fernando | 7 | |
2004–2005 | Ekene Ikenwa | 17 | 7 |
2009–2010 | Zhang Shuo | 10 | 3 |
2009-2010 | Wawan Widiantoro | 55 | 3 |
2008–2011 | Legimin Raharjo | 29 | 1 |
2009–2011 | Mekan Nasyrov | 33 | 1 |
Tim Rekor
Domestik | ||||
---|---|---|---|---|
Liga/Divisi | Gelar | Musim Juara 2 | Musim Juara 1 | Musim Juara 3 |
Liga Indonesia Divisi Utama / Liga 1 | 2 | 0 | 2003, 2006 | 0 |
Liga Indonesia Divisi Satu / Liga 2 | 3 | 0 | 2002, 2019[5] | 2013 |
Liga Indonesia Divisi Dua / Liga 3 | 2 | 0 | 2000, 2018[6] | 0 |
Piala Gubenur Jawa Timur | 5 | 0 | 2002, 2004, 2006, 2008, 2014 | 0 |
Piala Indonesia | 1 | 0 | 0 | 2010 |
Prestasi
- 2000 - Juara Divisi Dua / Liga 3 (promosi ke Divisi Satu Liga Indonesia)
- 2002 - Juara Divisi Satu / Liga 2 (promosi ke Divisi Utama Liga Indonesia)
- 2003 - Juara Liga Indonesia (sekarang Liga 1)
- 2006 - Juara Liga Indonesia (sekarang Liga 1)
- 2013 - Peringkat ketiga Divisi Utama (promosi ke Liga Super Indonesia)
- Liga 3 2018 - Juara Liga 3 (Promosi ke Liga 2 2019)
- Liga 2 2019 - Juara Liga 2 (Promosi ke Liga 1 2020)
Turnamen
- Juara Piala Gubenur Jawa Timur I 2002
- Juara Piala Gubenur Jawa Timur III 2004
- Juara Piala Gubenur Jawa Timur V 2006
- Juara Piala Gubenur Jawa Timur VI 2008
- Juara Piala Gubenur Jawa Timur 2014
- Peringkat ketiga Piala Indonesia 2010
- Peringkat kedua Piala Bangyos 2005
- Tim Fairplay, Pemain Terbaik, Top Skor Liga 3 2018
- Trofeo Ronaldhinho
- Juara : 2022
(Kompetisi Asia)
Ranking Asia
- Per 15 February 2020..[7]
Ranking | Negara | Klub |
---|---|---|
253 | Ubon United | |
254 | Becamex Bình Dương | |
255 | Persik | |
256 | Al-Markhiya | |
256 | Neftchi Fergana |
Apparel
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
- Lotto (2008–2010)
- Specs (2010–2012)
- dibuat oleh klub (2013 & 2016)
- Joma (2014)
- Rabona (2017)
- Fitsee (2018)
- MBB Apparel (2015, 2019–2020)
- Noij Sportwear (2020–2022)
- DJ Sportwear (2022–)
Referensi
- ^ 17 Arif Natakusumah, “Drama Itu Bernama Sepak Bola” (Jakarta:PT Alex Media Komputindo.2008) hlm. Xvi bagian
- ^ Rahadian, Rizky (2020). "Kejayaan Klub Sepak Bola Persik Kediri Tahun 1999-2009". AVATARA. 8 (1).
- ^ Aditya, Hermawan (2010-04-02). "Sejarah PERSIK Kediri". SKRIPSI Jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan - Fakultas Ilmu Keolahragaan UM. 0 (0).
- ^ https://storymaps.arcgis.com/stories/39bce63e4e0642d3abce6c24db470760
- ^ "Persik Kediri Juara Liga 2 2019". Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 January 2020. Diakses tanggal 25 November 2019.
- ^ "Persik Kediri: Juara, Top Skor, Pemain Terbaik, Hingga Tim Fair Play". Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 September 2019. Diakses tanggal 31 December 2018.
- ^ "Persik (Kediri)". Diakses tanggal 15 February 2020.
Pranala luar
- (Indonesia) Persik.co.id - Situs resmi
- (Indonesia) Persik Kediri dalam situs web resmi Liga Indonesia Baru
- FootballDatabase: Persik Kediri
- (Indonesia) Blog Persik Kediri
- (Indonesia) ANTVSPORT Diarsipkan 2008-04-10 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Persik Kediri Juara Liga Indonesia XII @ kompas.com
- (Indonesia) Kompas.co.id
- (Indonesia) Persik Kediri News