Manonjaya, Tasikmalaya
Manonjaya | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Barat | ||||
Kabupaten | Tasikmalaya | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | - | ||||
Populasi | |||||
• Total | - jiwa | ||||
Kode Kemendagri | 32.06.22 | ||||
Kode BPS | 3206160 | ||||
Luas | 4.215 hektare | ||||
Kepadatan | - jiwa/km² | ||||
Desa/kelurahan | - | ||||
|
Manonjaya adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Kondisi Geografis
Keadaan alam Manonjaya datar dan berbukit dengan ketinggian rata-rata 292-297 m. Koordinat 7,20 LS serta 108,15 BT dan memiliki suhu rata-rata antara 20°C dan 30°C. Tanah Darat 3.215.21 Ha. Tanah Sawah 999.79 Ha.
Manonjaya terletak di sebelah timur Tasikmalaya berjarak kurang lebih 12 km. Dulunya pernah merupakan ibukota kabupaten Tasikmalaya yang waktu itu masih bernama Kabupaten Sukapura dilihat dari bukti-bukti peninggalan sejarahnya seperti Masjid Agung Manonjaya dan daerah kompleks makam Tanjungmalaya.
Batas Administrasi
Utara | Kabupaten Ciamis |
Selatan | Kecamatan Gunungtanjung |
Barat | Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya |
Timur | Kecamatan Cineam |
Agama
Di daerah ini, seperti halnya daerah lain di Kabupaten Tasikmalaya juga merupakan daerah santri atau pelajar agama Islam di pondok-pondok pesantren. Salah satu pondok pesantren yang terkenal di Wilayah ini adalah Pondok Pesantren Miftahul Huda. Umumnya para alumni pesantren ini umumnya bila mendirikan pondok pesantren baru di daerah asalnya selalu diberi nama helakang huda.
Ekonomi
Daerah ini merupakan daerah agraris pertanian yang subur dimana komoditi pertaniannya antara lain beras/padi, palawija, sayur-sayuran, salak dan mendong yang merupakan bahan tikar tradisional.
Selain usaha pertanian, juga terdapat usaha perikanan secara swadaya dan industri kecil diantaranya usaha bordir dan pakaian, pembuatan golok serta pembuatan tikar mendong.
Daerah Manonjaya sejak dahulu dikenal sebagai penghasil buah salak yang tumbuh secara alami baik di kebun dan di pekarangan rumah penduduk. Namun saat ini, usaha dari budidaya salak manonjaya memiliki prospek yang tidak menguntungkan terlebih karena harganya di pasaran kurang begitu baik juga karena para penduduk terbiasa dengan pola tradisional yakni membiarkan tanaman salak tumbuh secara alami.