Lawang Sewu
Destinasi wisata di Jawa Tengah
Lawang Sewu | |
---|---|
Het administratiegebouw van de Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij, N.V. te Samarang | |
Informasi umum | |
Jenis | Museum |
Gaya arsitektur | Gaya Hindia Baru |
Lokasi | Jalan Pemuda , Kota Semarang , Jawa Tengah |
Alamat | Jalan Pemuda |
Kota | Semarang |
Negara | Indonesia |
Koordinat | 6°59′2.13″S 110°24′38.28″E / 6.9839250°S 110.4106333°E |
Peletakan batu pertama | 1904 |
Rampung | 1919 |
Dibuka | 1907 |
Pemilik | PT Kereta Api Indonesia (Persero) |
Tuan tanah | KAI Wisata |
Data teknis | |
Jumlah lantai | 3 |
Desain dan konstruksi | |
Arsitek | C. Citroen |
Firma arsitektur | J. F. Klinkhamer dan B. J. Ouëndag |
Cagar budaya Indonesia Lawang Sewu | |
Peringkat | Nasional |
Kategori | Bangunan |
No. Regnas | CB.30 |
Lokasi keberadaan | Semarang, Jawa Tengah |
Tanggal SK | 1992, 2010 & 2014 |
Pemilik | PT Kereta Api Indonesia (Persero) |
Pengelola | KAI Wisata |
Nama sebagaimana tercantum dalam Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya |
Lawang Sewu (bahasa Belanda: Het administratiegebouw van de Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij, N.V. te Samarang) (Bahasa Jawa: ꧋ꦭꦮꦁꦱꦺꦮꦸ artinya Seribu Pintu) adalah bangunan perkantoran yang terletak di seberang Tugu Muda, Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, yang dibangun sebagai kantor pusat Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Bangunan ini berstatus sebagai aset Kereta Api Indonesia (KAI) karena merupakan buah dari perebutan NIS oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) pada masa Perang Kemerdekaan. Saat ini bangunan tersebut dijadikan sebagai museum dan galeri sejarah perkeretaapian oleh Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur dan KAI Wisata.[1][2]
Etimologi
Nama lawang sewu aslinya merupakan julukan gedung itu dalam bahasa Jawa yang berarti "(bangunan ber)pintu seribu".[3] Desain bangunan ini memiliki banyak ruang,[4] serta memiliki sekitar 1.000 jendela yang tinggi-tinggi dan besar-besar sehingga dikira sebagai "pintu".[5] Pintu-pintu di bangunan tersebut hanya berjumlah 429 buah.[6]
Jendela ukuran besar sering ditemukan pada bangunan Belanda di Indonesia. Banyak bangunan, rumah, atau struktur lain pada masa itu memiliki jendela dengan ukuran yang mirip. Hal itu dilakukan untuk beradaptasi dengan iklim lembap dan panas di Indonesia. Dengan banyaknya jendela ini, akan lebih banyak masuknya udara dan membuatnya menjadi dingin[7]
Tata letak
Kompleks Lawang Sewu terdiri dari dua bangunan; yaitu gedung A dan B serta C dan D, menghadap Jalan Pemuda. [8] [4] Bangunan A menghadap bundaran Tugu Muda.[8][4] Terdapat dua menara kembar di gedung A yang awalnya digunakan untuk menyimpan air, masing-masing dengan kapasitas 7.000 liter (1.800 US gal).[8] Bangunan ini memiliki jendela kaca patri besar dan tangga besar di tengahnya.[9] Di bawah bangunan terdapat sebuah lorong bawah tanah.[8]
Gedung B terletak di belakang gedung A,[8] setinggi tiga lantai dengan dua lantai pertama terdiri dari perkantoran dan yang ketiga adalah loteng.[8] Bangunan dengan jendela-jendela besar ini juga memiliki lorong bawah tanah yang berfungsi sebagai saluran air.[8]
Di depan gedung berdiri Tugu Muda untuk memperingati Pertempuran Lima Hari.[10]
Sejarah
Lawang Sewu diarsiteki oleh Cosman Citroen, dari firma yang dibentuk arsitek senior J. F. Klinkhamer dan B. J. Ouëndag.[4] Bangunan ini dirancang dalam Gaya Hindia Baru, istilah yang diterima secara akademis untuk Rasionalisme Belanda di Hindia.[11] Mirip dengan Rasionalisme Belanda, gaya adalah hasil dari upaya untuk mengembangkan solusi baru untuk mengintegrasikan preseden tradisional (klasisisme) dengan kemungkinan teknologi baru. Ini dapat digambarkan sebagai gaya transisi antara Tradisionalis dan Modernis serta dipengaruhi oleh desain Berlage.[12]
Konstruksi dimulai pada tahun 1904 dengan bangunan A yang selesai pada tahun 1907.[8] Sisanya rampung pada tahun 1919.[8] Awalnya digunakan oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij, perusahaan kereta api pertama di Hindia Belanda.[8]
Setelah Jepang menduduki Hindia Belanda pada tahun 1942, tentara Jepang mengambil alih Lawang Sewu.[8] Ruang bawah tanah gedung B diubah menjadi penjara dengan eksekusi mati dilakukan di dalamnya.[8] Ketika Semarang direbut kembali oleh Belanda dalam pertempuran di Semarang pada Oktober 1945, pasukan Belanda menggunakan terowongan yang mengarah ke gedung A untuk menyelinap ke kota.[8] Pertempuran terjadi dengan banyak pejuang Indonesia gugur.[4] Lima pegawai yang bekerja di sana juga gugur.[10]
Setelah perang, tentara Indonesia mengambil alih kompleks.[10] Bangunan tersebut kemudian dioperasikan oleh Djawatan Kereta Republik Indonesia (DKARI).[10] Lawang Sewu dialihfungsikan sebagai Kantor PT Kereta Api Indonesia (KAI), kemudian beralih menjadi Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer dan Kantor Wilayah Kementerian Perhubungan Jawa Tengah hingga akhirnya dikosongkan pada akhir tahun 90-an.[13]
Pada tahun 1992 bangunan ini ditetapkan sebagai cagar budaya.[5]
Pelestarian
Pada 2009, kompleks Lawang Sewu berada dalam keadaan mengenaskan.[9] Simon Marcus Gower, dalam kolomnya di The Jakarta Post, menuliskan bahwa bangunan tersebut "gelap dan tak terawat. Dinding putihnya dihitamkan oleh polusi dan penelantaran. Dindingnya terkelupas dan dipenuhi coretan-coretan vandal. Lumut pun tumbuh di sebagian besar bangunan dan tikus menjadi penghuni celah-celah bangunan." [9]
Bangunan ini kelak menjalani renovasi dalam rangka meningkatkan daya tarik wisata.[3][14] Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo mengerahkan prajurit TNI untuk membantu renovasi; khususnya pada bagian luar gedung.[3] Namun warga setempat kecewa dengan hasil renovasi tersebut karena dianggap menghilangkan keasliannya.[14]
Pada tanggal 5 Juli 2011 gedung tersebut diresmikan oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono.[3] Namun, pada saat itu hanya bangunan B yang dapat dikunjungi.[8] Ia berharap bahwa peresmian ini menjadi daya tarik utama dalam menyukseskan program pariwisata pemerintah Jawa Tengah pada tahun 2013. [3]
Gedung B kelak direncanakan untuk dijadikan perkantoran, pujasera, dan pusat kebugaran.[15] Pada akhir 2013, Pemerintah Kota Semarang mengumumkan rencana untuk menghilangkan "citra seram" bangunan itu untuk menarik lebih banyak pengunjung. Hal ini dilakukan dengan cara menata kembali kawasan untuk kegiatan sosial dan budaya, beserta renovasi lanjutan bangunan. Pada saat itu, Lawang Sewu menarik rata-rata 1.000 pengunjung setiap hari.[5]
Legenda Urban
𝐋𝐚𝐰𝐚𝐧𝐠 𝐒𝐞𝐰𝐮 𝐝𝐢𝐤𝐞𝐧𝐚𝐥 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐚𝐧𝐠𝐤𝐞𝐫 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐫𝐮𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐰𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐧𝐚𝐡𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡 𝐝𝐢𝐣𝐚𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐢𝐤𝐬𝐚𝐚𝐧 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐬𝐞𝐫𝐝𝐚𝐝𝐮 𝐭𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐉𝐞𝐩𝐚𝐧𝐠. 𝐁𝐚𝐧𝐲𝐚𝐤 𝐰𝐢𝐬𝐚𝐭𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐬𝐮𝐤𝐢 𝐫𝐮𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐢𝐭𝐮 𝐬𝐞𝐦𝐚𝐭𝐚-𝐦𝐚𝐭𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐡𝐚𝐧𝐭𝐮. 𝐃𝐢 𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐡𝐚𝐧𝐭𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐥𝐚𝐩𝐨𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐮𝐧𝐢 𝐭𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 𝐢𝐭𝐮 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐍𝐨𝐧𝐢 𝐁𝐞𝐥𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐮𝐧𝐮𝐡 𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐝𝐢 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐫𝐭𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐚𝐦𝐩𝐚𝐤𝐚𝐧 "𝐡𝐚𝐧𝐭𝐮 𝐭𝐚𝐧𝐩𝐚 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐥𝐚",𝐋𝐚𝐧𝐭𝐚𝐢 𝐝𝐚𝐬𝐚𝐫 𝐠𝐞𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐁 𝐝𝐢 𝐡𝐮𝐧𝐢 𝐊𝐮𝐧𝐭𝐢𝐥𝐚𝐧𝐚𝐤, 𝐝𝐚𝐧 𝐏𝐨𝐜𝐨𝐧𝐠 𝐝𝐢 𝐭𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 𝐛𝐚𝐤 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐢𝐤𝐬𝐚𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐣𝐚𝐫𝐚 𝐉𝐨𝐧𝐠𝐤𝐨𝐤.
𝐏𝐚𝐝𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝟐𝟎𝟎𝟕, 𝐬𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐟𝐢𝐥𝐦 𝐡𝐨𝐫𝐨𝐫 𝐛𝐞𝐫𝐣𝐮𝐝𝐮𝐥 𝐋𝐚𝐰𝐚𝐧𝐠 𝐒𝐞𝐰𝐮: 𝐃𝐞𝐧𝐝𝐚𝐦 𝐊𝐮𝐧𝐭𝐢𝐥𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐝𝐢𝐫𝐢𝐥𝐢𝐬 𝐛𝐞𝐫𝐝𝐚𝐬𝐚𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐥𝐞𝐠𝐞𝐧𝐝𝐚 𝐮𝐫𝐛𝐚𝐧 𝐢𝐭𝐮. 𝐅𝐢𝐥𝐦 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐤𝐞𝐥𝐨𝐦𝐩𝐨𝐤 𝐬𝐢𝐬𝐰𝐚 𝐒𝐌𝐀 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐉𝐚𝐤𝐚𝐫𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐣𝐞𝐛𝐚𝐤 𝐝𝐢 𝐋𝐚𝐰𝐚𝐧𝐠 𝐒𝐞𝐰𝐮 𝐬𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐛𝐞𝐛𝐞𝐫𝐚𝐩𝐚 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐛𝐮𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐢𝐫 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐚𝐦𝐩𝐢𝐥𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐧𝐭𝐮 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐧𝐨𝐧𝐢 𝐁𝐞𝐥𝐚𝐧𝐝𝐚, 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐫𝐢𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐠𝐞𝐫𝐚𝐤 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭𝐢 𝐛𝐨𝐥𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐧𝐭𝐚𝐢 𝐝𝐢 𝐤𝐚𝐤𝐢𝐧𝐲𝐚, 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐨𝐬𝐨𝐤 𝐤𝐮𝐧𝐭𝐢𝐥𝐚𝐧𝐚𝐤.[16]
Galeri
-
Kaca patri Lawang Sewu
-
Salah satu sudut Lawang Sewu
-
Salah satu sudut Lawang Sewu
-
Lawang Sewu di malam hari
-
Koridor atau Lorong di Lawang Sewu
-
Ruangan-ruangan terhubung dengan pintu
-
Tugu Muda Semarang dengan latar belakang Lawang Sewu
-
Kompleks Lawang Sewu
Referensi
Kutipan
- ^ Ajijah (2021-07-27). Andriyawan, Dea, ed. "Jelajah Kereta Api: Lawang Sewu, Bermula dari Kantor KA Swasta Belanda Hingga Jadi Tempat Edukasi". Bisnis.com. Diakses tanggal 2022-03-13.
- ^ Pradana, Rio Sandy (2021-08-21). Puspa, Anitana Widya, ed. "KAI Wisata Buka Kembali Museum Lawang Sewu, Ini Syarat Masuknya". Bisnis.com. Diakses tanggal 2022-03-14.
- ^ a b c d e Ariwibowo 2011, First Lady Inaugurates.
- ^ a b c d e Semarang City Government, Lawang Sewu.
- ^ a b c Rohmah 2013, Lawang Sewu.
- ^ Khairally, Elmy Tasya. "Ingin ke Semarang? Jangan Lewatkan 5 Wisata Ikonik Ini". detikcom. Diakses tanggal 2022-03-14.
- ^ "Lawang Sewu, Ikon Kota Semarang Dengan Sejarah Kelam". Kabar Wisata. 2021-04-11. Diakses tanggal 2021-12-16.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n Prihadi 2011, Lawang Sewu Kini.
- ^ a b c Gower 2009, Lawang Sewu: Ahaunted.
- ^ a b c d Tio 2011, hlm. 62.
- ^ Gunawan Tjahjono, ed. (1998). Architecture. Indonesian Heritage. 6. Singapore: Archipelago Press. hlm. 120. ISBN 981-3018-30-5.
- ^ "Rationalisme, Traditionalisme, Americanisme". Het Indische bouwen: architectuur en stedebouw in Indonesie : Dutch and Indisch architecture 1800-1950 (dalam bahasa Dutch). Helmond: Gemeentemuseum Helmond. 1990. hlm. 20–23.
- ^ Times, I. D. N.; Marliah, Siti. "Sejarah Lawang Sewu, Wisata Semarang yang Penuh Misteri". IDN Times. Diakses tanggal 2022-12-28.
- ^ a b Okezone.com 2011, Banyak Warga Kecewa.
- ^ Vann 2013, Haunted House.
- ^ KapanLagi.com 2007, 'Lawang Sewu', Film.
Daftar pustaka
- Ariwibowo, AA (5 July 2011). Ariwibowo, AA, ed. "First Lady Inaugurates Renovated Lawang Sewu Building". ANTARA News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 December 2011. Diakses tanggal 17 December 2011.
- Akbar, Aulia (13 October 2011). "Banyak Warga Kecewa Lawang Sewu Direnovasi" [Many Citizens are Disappointed that Lawang Sewu is being Renovated]. Okezone.com (dalam bahasa Indonesian). Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 December 2011. Diakses tanggal 17 December 2011.
- Gower, Simon Marcus (9 February 2009). "Lawang Sewu: Ahaunted, sad place". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 December 2011. Diakses tanggal 18 December 2011.
- "Lawang Sewu" (dalam bahasa Indonesian). Semarang City Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 December 2011. Diakses tanggal 17 December 2011.
- "Lawang Sewu : Keindahan Seni di Balik Mistis" [Lawang Sewu: Beautiful Art behind a Mystical Screen] (dalam bahasa Indonesian). Ministry of Tourism of Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 December 2011. Diakses tanggal 17 December 2011.
- "'Lawang Sewu', Film Hantu Semarang" ['Lawang Sewu': A Ghost Movie in Semarang]. KapanLagi.com (dalam bahasa Indonesian). 21 September 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 December 2011. Diakses tanggal 17 December 2011.
- Prihadi, Susetyo Dwi (24 July 2011). "Lawang Sewu Kini Tak Lagi Mistis" [Lawang Sewu is No Longer Mystical]. Okezone.com (dalam bahasa Indonesian). Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 December 2011. Diakses tanggal 17 December 2011.
- Rohmah, Ainur (28 December 2013). "Lawang Sewu's spooky image eliminated to lure more visitors". Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 December 2013.
- Tio, Jongkie (2011). Semarang CIty, A Glance into the Past.
- Vann, Michael G. (July 2013). "Haunted house, haunted history". Inside Indonesia. Diakses tanggal 29 November 2013.