Injourney
Injourney | |
Sebelumnya | PT Survai Udara Penas (Persero) |
Perusahaan perseroan (Persero) | |
Industri | Penerbangan & pariwisata |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Wilayah operasi | Indonesia |
Tokoh kunci | Dony Oskaria[1] (Direktur Utama) Triawan Munaf[1] (Komisaris Utama) |
Jasa | Pengelolaan bandar udara, hotel, obyek wisata, dan pusat perbelanjaan |
Pendapatan | Rp 9,733 triliun (2021)[2] |
Rp -7,536 triliun (2021)[2] | |
Total aset | Rp 94,538 triliun (2021)[2] |
Total ekuitas | Rp 36,200 triliun (2021)[2] |
Pemilik | Pemerintah Indonesia |
Karyawan | 9.830 (2021)[2] |
Anak usaha | PT Angkasa Pura I PT Angkasa Pura II PT Hotel Indonesia Natour PT Sarinah PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko PT Pengembangan Pariwisata Indonesia |
Situs web | injourney |
PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero), atau biasa disingkat menjadi Aviata dan berbisnis sebagai Injourney, adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak di bidang aviasi dan pariwisata.[1][3]
Perusahaan ini sebelumnya bernama PT Survai Udara Penas (Persero) dengan sejarah yang merentang sejak akhir dekade 1950-an.
Sejarah
1959–2020
Perusahaan ini memulai sejarahnya pada tanggal 24 Desember 1959 dengan nama "Yayasan Lembaga Aerial Survey". Pada tahun 1961, pemerintah Indonesia mengubah yayasan tersebut menjadi sebuah perusahaan negara dengan nama "Perusahaan Negara Aerial Survey" (Penas).[4]
Penas bergerak di bidang pemetaan, pemotretan, dan survei dari udara. Untuk menjalankan bisnisnya, hingga tahun 1968, Penas menggunakan dua unit North American B-25 Mitchell yang dipinjamkan oleh TNI Angkatan Udara. Penas kemudian menggunakan tiga unit C-130 Hercules yang juga dipinjamkan oleh TNI-AU. Pada awal dekade 1970-an, Penas mulai membeli pesawat terbang sendiri, yakni Cessna 402, Douglas C-47 Skytrain, Douglas DC-6, dan Dornier Do-28.[5] Pada tahun 1974, pemerintah mengubah status perusahaan ini menjadi perusahaan umum.[6] Pada awal dekade 1980-an, Penas kembali membeli Beechcraft Super King Air dan Beechcraft Queen Air.[5] Pada tahun 1991, pemerintah kembali mengubah status perusahaan ini menjadi persero.[7] Penas kemudian mulai menyewakan pesawat terbangnya jika tidak sedang dipakai. Pada dekade 1990-an, Penas mulai mengalami kemunduran, karena munculnya jasa pemotretan udara via satelit yang hasilnya tidak berbeda jauh dengan pemotretan udara via pesawat terbang.[5]
2021–sekarang
Pada bulan Juli 2021, pemerintah mengubah nama Penas menjadi seperti sekarang, sebagai bagian dari persiapan untuk membentuk holding BUMN yang bergerak di bidang aviasi dan pariwisata.[8] Pada bulan Oktober 2021, pemerintah resmi menunjuk perusahaan ini sebagai induk holding BUMN bidang aviasi dan pariwisata, yang beranggotakan Angkasa Pura I, Angkasa Pura II, Hotel Indonesia Natour, Sarinah, dan Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko.[3]
Pada bulan Januari 2023, pemerintah juga menyerahkan mayoritas saham Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) ke perusahaan ini.[9]
Referensi
- ^ a b c Anwar, Muhammad Choirul (2021-10-05). Anwar, Muhammad Choirul, ed. "Mengenal PT Aviasi Pariwisata Indonesia, Induk Holding BUMN Pariwisata". Kompas.com. Kompas.com. Diakses tanggal 6 Oktober 2021.
- ^ a b c d e "Laporan Tahunan 2021" (PDF). PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero). Diakses tanggal 20 Februari 2023.
- ^ a b "Peraturan Pemerintah nomor 104 tahun 2021" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 12 Oktober 2021.
- ^ "Peraturan Pemerintah nomor 197 tahun 1961". bpk.go.id. BPK RI. Diakses tanggal 8 Juli 2021.
- ^ a b c Sumbodo, Sudiro. "PENAS : Dari Survei Udara sampai Produksi Film". AviaHistoria. Diakses tanggal 6 Oktober 2021.
- ^ "Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 1974". bpk.go.id. BPK RI. Diakses tanggal 8 Juli 2021.
- ^ "Peraturan Pemerintah nomor 48 tahun 1991". bpk.go.id. BPK RI. Diakses tanggal 8 Juli 2021.
- ^ "Aviation and Tourism Holding Company: A New Dawn". Katadata (dalam bahasa Inggris). Katadata. 8 Juli 2021. Diakses tanggal 8 Juli 2021.
- ^ "Peraturan Pemerintah nomor 3 tahun 2023" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 24 Januari 2023.
Pranala luar