Lompat ke isi

Kapitalisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Al-Imam Ibnu Bathoh pernah berkata “Sungguh pada hari ini manusia telah berubah menganggap baik apa yang dulu mereka anggap buruk, menghalalkan apa yang dulu mereka haramkan, dan menganggap makruf apa yang dulu mereka anggap kemungkaran.” Inilah kenyataan hidup yang sekarang kita hadapi.

Pola hidup hedonis memaksa masyarakat memandang segala sesuatu dari sudut pandang materi. Inilah substansi sebenarnya sifat kapitalisme yang pelakunya disebut orang kapitalis. Na'uudzubillahimindzalik

Contoh orang tua perempuan akan merasa bangga jika anak perempuannya ngedate dengan lelaki tajir dibawa ke diskotik lalu membawa uang banyak untuk diberikan kepadanya, walau hasil dari prostitute sekalipun.

Contoh lain: Orangtua perempuan harus mendapatkan calon mempelai lelaki dari kalangan yang mampu membayar mahal mahar anaknya, sebaliknya tidak akan merestui lelaki yang kerjaannya serabutan ekonomi pas-pasan dll.

Pemuda bentukan sistem kapitalisme ini pula yang menyebabkan maraknya tindakan kriminal. Tawuran terjadi dimana – mana, hanya demi hal sepele, mereka seperti tak takut dosa untuk menaniaya teman sebaya. Padahal, agamanya sama, tuhannya sama, nabinya sama, kitabnya sama, tapi karena pemahamannya tentang kehidupan hanya sebatas tenggorokan, nilai – nilai moralitas agama pun tidak dihiraukan, sehingga yang terbentuk adalah para pemuda “edan” yang mengikuti nafsu syetan. Sudah berapa banyak nyawa yang melayang hanya karena beda almamater sekolahan,saling rebutan pacar, ejek – ejekan, dan lain sebagainya. Sistem pendidikan yang tidak mengedepankan norma – norma agama, hanya sebatas nilai budi pekerti asal – asalan yang menatasnamakan hak asasi kemanusiaan. Pada nyatanya hal tersebut tidak tampak ketika dihadapkan pada realita dilapangan.

Hidup di zaman modern seperti sekarang ini, memang memaksa para pemuda untuk berhati – hati dalam bergaul. Sedikit saja salah melangkah, akan mencengkram mereka ke lembah nista nan hina, keburukan dan kebenaran dicampur aduk sedemikian rupa, sehingga sulit untuk dibedakan lagi antara keduanya.

....

Kaum klasik kapitalis

Pemerintah mendominasi bidang perdagangan selama berabad-abad, yang mana kebijakan tersebut menimbulkan ketimpangan ekonomi. Para pemikir ini mulai beranggapan bahwa para borjuis, yang pada era sebelumnya mulai memegang peranan penting dalam ekonomi perdagangan yang didominasi negara atau lebih dikenal dengan merkantilisme, seharusnya mulai melakukan perdagangan dan produksi guna menunjang pola kehidupan masyarakat. Beberapa ahli ini antara lain:

Adam Smith

Potret Adam Smith

Adam Smith adalah seorang tokoh ekonomi kapitalis klasik yang mengkritik sistem merkantilisme yang dianggapnya kurang mendukung ekonomi masyarakat. Ia mengkritik para psiokrat yang menganggap tanah adalah sesuatu yang paling penting dalam pola produksi. Gerakan produksi haruslah bergerak sesuai konsep MCM (Modal-Comodity-Money, modal-komoditas-uang), yang menjadi suatu hal yang tidak akan berhenti karena uang akan beralih menjadi modal lagi dan akan berputar lagi bila diinvestasikan.[1] Adam Smith memandang bahwa ada sebuah kekuatan tersembunyi yang akan mengatur pasar (invisible hand), maka pasar harus memiliki laissez-faire atau kebebasan dari intervensi pemerintah. Pemerintah hanya bertugas sebagai pengawas dari semua pekerjaan yang dilakukan oleh rakyatnya. Kebijaksanaan laissez faire mencakup pula perdagangan bebas, keuangan yang kuat, anggaran belanja seimbang, bantuan kemiskinan minimum.[2]

Kritik

Sebuah poster Dunia Pekerja Industri (1911)

Kritik kapitalisme mengasosiasikannya dengan kesenjangan sosial dan distribusi yang tidak adil dari kekayaan dan kekuasaan; kecenderungan monopoli pasar atau oligopoli (dan pemerintah oleh oligarki), imperialisme, perang kontra-revolusioner dan berbagai bentuk eksploitasi ekonomi dan budaya; materialisme, represi pekerja dan anggota serikat buruh, alienasi sosial, kesenjangan ekonomi, pengangguran, dan ketidakstabilan ekonomi. Hak milik pribadi juga telah dikaitkan dengan tragedi anticommons.

Kritikus terkemuka dari kapitalisme telah menyertakan: sosialis, anarkis, komunis, sosialis nasional, sosial demokrat, teknokrat, beberapa jenis dari konservatif, Luddites, Narodnik, Shaker, dan beberapa jenis nasionalis lainnya.

Marxis telah menganjurkan penggulingan revolusioner dari kapitalisme yang akan memimpin ke sosialisme, sebelum akhirnya berubah menjadi komunisme. Banyak sosialis menganggap kapitalisme menjadi tidak rasional, dalam produksi dan arah ekonomi tidak direncanakan, menciptakan banyak inkonsistensi dan kontradiksi internal.[3] Sejarawan tenaga kerja dan cendekiawan seperti Immanuel Wallerstein berpendapat bahwa tidak bebas tenaga kerja -Oleh para budak, pembantu dengan perjanjian, tahanan, dan orang-orang lainnya dipaksa- kompatibel dengan hubungan kapitalis.[4] Ekonom Marxis Richard D. Wolff mendalilkan bahwa ekonomi kapitalis memprioritaskan keuntungan dan akumulasi modal atas kebutuhan sosial masyarakat, dan perusahaan kapitalis jarang pernah menyertakan pekerja dalam keputusan-keputusan dasar dari perusahaan.[5]

Banyak aspek kapitalisme telah datang di bawah serangan dari gerakan anti-globalisasi, yang terutama menentang kapitalisme korporasi. Para pegiat lingkungan berpendapat bahwa kapitalisme membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus, dan bahwa hal itu pasti akan menguras sumber daya alam terbatas di Bumi.[6] kritik tersebut berpendapat bahwa sementara neoliberalisme ini, atau kapitalisme kontemporer,[7] memang meningkatkan perdagangan global, tetapi juga memungkinkan meningkat kemiskinan global.- dengan lebih hidup hari ini dalam kemiskinan dari sebelumnya neoliberalisme, dan indikator lingkungan menunjukkan kerusakan lingkungan besar-besaran sejak akhir 1970-an.[8]

Setelah krisis perbankan tahun 2007, Alan Greenspan mengatakan kepada Kongres Amerika Serikat pada tanggal 23 Oktober 2008, "Bangunan intelektual seluruhnya runtuh. Aku membuat kesalahan dalam menganggap bahwa kepentingan-diri dari organisasi, khususnya bank dan lain-lain, adalah seperti bahwa mereka yang terbaik yang mampu melindungi pemegang saham mereka sendiri. ...aku terkejut."[9]

Banyak agama mengkritik atau menentang unsur-unsur tertentu dari kapitalisme. Tradisional Yahudi, Kristen, dan Islam melarang meminjamkan uang dengan bunga,[10][11] meskipun metode alternatif perbankan telah dikembangkan. Beberapa orang Kristen telah mengkritik kapitalisme untuk aspek materialis[12] dan ketidakmampuannya untuk memperhitungkan kesejahteraan semua orang. Banyak perumpamaan Yesus berurusan dengan masalah ekonomi: Pertanian, penggembalaan, berada di utang, melakukan kerja paksa, dikucilkan dari perjamuan dan rumah-rumah orang kaya, dan memiliki implikasi untuk kekayaan dan distribusi kekuasaan.[13][14]

Dalam 84-halaman himbauan apostolik Evangelii Gaudium, Paus Francis menggambarkan terkekang kapitalisme sebagai "tirani baru" dan menyerukan kepada para pemimpin dunia untuk memerangi meningkatnya kemiskinan dan ketidaksetaraan.[15] Di dalamnya ia mengatakan:

Beberapa orang terus membela teori trickle-down yang menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi, didorong oleh pasar bebas, pasti akan berhasil dalam mewujudkan keadilan yang lebih besar dan inklusivitas di dunia. Pendapat ini, yang belum pernah dikonfirmasi oleh fakta, mengungkapkan kepercayaan mentah dan naif dalam kebaikan mereka memegang kekuatan ekonomi dan sakralisasi kerja dari sistem ekonomi yang berlaku. Sementara itu, yang dikecualikan masih menunggu.[16]

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Lumbanraja, Riana (2022-11-03). "Peranan Perempuan dan Kebijakan dalam Pemberdayaan Ekonomi Kelompok Perempuan Pengupas Bawang di Sentral Sambu Kota Medan Sumatera Utara Indonesia". JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan. 5 (11). 
  2. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :0
  3. ^ Brander, James A. Government policy toward business. 4th ed. Mississauga, Ontario: John Wiley & Sons Canada, Ltd., 2006. Print.
  4. ^ That unfree labor is acceptable to capital was argued during the 1980s by Tom Brass. See Towards a Comparative Political Economy of Unfree Labor (Cass, 1999). Marcel van der Linden (Fall 2003). "Labour History as the History of Multitudes". Labour/Le Travail. 52: 235–244. doi:10.2307/25149390. JSTOR 25149390. Diakses tanggal 26 February 2008. 
  5. ^ Frances Goldin, Debby Smith, Michael Smith (2014). Imagine: Living in a Socialist USA. Harper Perennial. ISBN 0-06-230557-3 pp. 49-50.
  6. ^ McMurty, John (1999). The Cancer Stage of Capitalism. PLUTO PRESS. ISBN 0-7453-1347-7. 
  7. ^ The crisis of neoliberalism Diarsipkan 2016-04-19 di Wayback Machine.. The Real News. 30 March 2010. Retrieved 3 January 2014.
    • "When we speak of neoliberalism, we speak of contemporary capitalism." - Gérard Duménil, economist at the University of Paris.
  8. ^ Campbell Jones, Martin Parker, Rene Ten Bos (2005). For Business Ethics. Routledge. p. 101 ISBN 0-415-31135-7
  9. ^ New York Times, Oct. 23, 2007.
  10. ^ Baba Metzia 61b
  11. ^ Moehlman, 1934, p. 6–7.
  12. ^ "III. The Social Doctrine of the Church". The Vatican. Diakses tanggal 26 February 2008. 
  13. ^ Ross Gittins (9 April 2012). "What Jesus said about capitalism". The Sydney Morning Herald. Diakses tanggal 28 April 2012. 
  14. ^ Thomas Gubleton, archbishop of Detroit speaking in "Capitalism: A love story"[butuh rujukan]
  15. ^ Naomi O'Leary (26 November 2013). Pope attacks 'tyranny' of markets in manifesto for papacy Diarsipkan 2014-08-21 di Wayback Machine.. Reuters. Retrieved 30 December 2013.
  16. ^ Zachary A. Goldfarb and Michelle Boorstein (26 November 2013). Pope Francis denounces ‘trickle-down’ economic theories in critique of inequality. The Washington Post. Retrieved 26 November 2013.

Pranala luar