Lompat ke isi

Lingkungan dan orientasi seksual

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 12 September 2023 10.20 oleh CatatanLagitBiru (bicara | kontrib) (Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Studi mengenai lingkungan dan orientasi seksual adalah penelitian yang mencari kemungkinan pengaruh lingkungan dalam pembentukan orientasi seksual. Beberapa peneliti membedakan antara pengaruh lingkungan dengan pengaruh hormonal,[1] sementara yang lain memasukkan pengaruh biologis seperti hormon prenatal sebagai bagian dari pengaruh lingkungan.[2] Hormonal dipengarui melalui ketentuan genetik. Perkembangan penelitian mengenai hubungan genetik-kromosom atau genom dan orientasi seksual dalam skala yang lebih meyakinkan menghasilkan temuan genetik dan kromosom sangat tidak mungkin menentukan orientasi seksual (khususnya pendasar sebab non-heteroseksual).[3]

Dahulu ilmuwan tidak tahu pasti apa yang menyebabkan orientasi seksual, tetapi mereka berteori bahwa ini adalah hasil dari pengaruh kompleks antara genetik, hormonal, dan pengaruh lingkungan,[4][5][6] versi lain memasukan psikologis dibandingkan lingkungan,[7] namun peninjauan ulang genetik dilakukan pada tahun 2019, memperbarui dan membantah pengaruh genetik-kromosom atau genom, hereditas hingga faktor penurunan hormon pada genetik terkait.[3] Diagnosis eksplisit psikologis dihilangkan dari umum karena keganasan egalitarianisme dan kesepakatan daripada bukti ilmiah mengenai patologi dan kajian dampak biologis mendatang lainnya,[8] dan bukti ilmiah seadanya saat itu pada tahun 1970.

Hipotesis bahwa lingkungan sosial pascalahir berdampak pada orientasi seksual adalah lemah, terutama bagi laki-laki.[9] Meskipun tidak ada bukti kuat yang berpendapat bahwa pengasuhan orang tua atau pengalaman kanak-kanak awal berperan dalam orientasi seksual,[10][11] beberapa studi telah menghubungkan pengasuhan orang tua dengan identitas non-heteroseksual,[2][12] serta non-konformitas gender masa kanak-kanak dan homoseksualitas.[13][14][15] Kondisi seperti ini dan lingkungan atau nurture kondisi tertentu, atau/dan apabila hingga terjadi trauma, sangat berhubung dengan dampak psikologis, eksplisitnya gejala gangguan psikosis, gangguan kontrol impuls, OCD (hingga cabang HOCD, SO-OCD, POCD, Obsesi murni menjadi delusi atau sebaliknya) atau gangguan kesehatan mental lain yang disebabkan khususnya faktor trauma, hingga kombinasi diantara gangguan atau penyakit tersebut. Psikotik identik dengan disorientasi. Pada kondisi tertentu, diantara gangguan atau penyakit tersebut juga memungkinkan dari hereditas.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Frankowski BL; American Academy of Pediatrics Committee on Adolescence (June 2004). "Sexual orientation and adolescents". Pediatrics. 113 (6): 1827–32. doi:10.1542/peds.113.6.1827. PMID 15173519. 
  2. ^ a b Långström, Niklas; Qazi Rahman; Eva Carlström; Paul Lichtenstein (7 June 2008). "Genetic and Environmental Effects on Same-sex Sexual Behaviour: A Population Study of Twins in Sweden". Archives of Sexual Behavior. Archives of Sexual Behavior. 39 (1): 75–80. doi:10.1007/s10508-008-9386-1. PMID 18536986. 
  3. ^ a b * Zietsch, Brendan P.; Neale, Benjamin M.; Perry, John R. B.; Sanders, Alan R.; Martin, Eden R.; Beecham, Gary W.; Harris, Kathleen Mullan; Auton, Adam; Långström, Niklas; Lundström, Sebastian; Lichtenstein, Paul; Team16, Paul; Sathirapongsasuti, J. Fah; Guo, Shengru; Abdellaoui, Abdel; Busch, Alexander S.; Wedow, Robbee; Maier, Robert; Nivard, Michel G.; Verweij, Karin J. H.; Ganna, Andrea (30 August 2019). "Large-scale GWAS reveals insights into the genetic architecture of same-sex sexual behavior". Science (dalam bahasa Inggris). 365 (6456): eaat7693. doi:10.1126/science.aat7693. ISSN 0036-8075. PMC 7082777alt=Dapat diakses gratis. PMID 31467194. 
  4. ^ Frankowski BL; American Academy of Pediatrics Committee on Adolescence (June 2004). "Sexual orientation and adolescents". Pediatrics. 113 (6): 1827–32. doi:10.1542/peds.113.6.1827. PMID 15173519. 
  5. ^ Mary Ann Lamanna; Agnes Riedmann; Susan D Stewart (2014). Marriages, Families, and Relationships: Making Choices in a Diverse Society. Cengage Learning. hlm. 82. ISBN 1305176898. Diakses tanggal January 11, 2016. The reason some individuals develop a gay sexual identity has not been definitively established  – nor do we yet understand the development of heterosexuality. The American Psychological Association (APA) takes the position that a variety of factors impact a person's sexuality. The most recent literature from the APA says that sexual orientation is not a choice that can be changed at will, and that sexual orientation is most likely the result of a complex interaction of environmental, cognitive and biological factors...is shaped at an early age...[and evidence suggests] biological, including genetic or inborn hormonal factors, play a significant role in a person's sexuality (American Psychology Association 2010). 
  6. ^ Gail Wiscarz Stuart (2014). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. Elsevier Health Sciences. hlm. 502. ISBN 032329412X. Diakses tanggal January 11, 2016. No conclusive evidence supports any one specific cause of homosexuality; however, most researchers agree that biological and social factors influence the development of sexual orientation. 
  7. ^ "Is Sexual Orientation Determined at Birth? - Born Gay - ProCon.org". Born Gay (dalam bahasa Inggris). ...in its stead, the report finds that human DNA cannot predict who is gay or heterosexual. Sexuality cannot be pinned down by biology, psychology or life experiences, this study and others show, because human sexual attraction is decided by all these factors. 
  8. ^ "Politics, science, and the problem of psychiatric nomenclature: a case study of the American Psychiatric Association referendum on homosexuality", Scientific Controversies: Case Studies in the Resolution and Closure of Disputes in Science and Technology, Cambridge: Cambridge University Press: 381–400, 1987, doi:10.1017/cbo9780511628719.018, ISBN 978-0-521-25565-3 
  9. ^ Bailey JM, Vasey PL, Diamond LM, Breedlove SM, Vilain E, Epprecht M (2016). "Sexual Orientation, Controversy, and Science". Psychological Science in the Public Interest. 17 (21): 45–101. doi:10.1177/1529100616637616. PMID 27113562. 
  10. ^ "Sexual Orientation". American Psychiatric Association. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 22, 2011. Diakses tanggal January 1, 2013. 
  11. ^ "Submission to the Church of England's Listening Exercise on Human Sexuality". The Royal College of Psychiatrists. Diakses tanggal 13 June 2013. 
  12. ^ Schumm, Walter R. (November 2010). "CHILDREN OF HOMOSEXUALS MORE APT TO BE HOMOSEXUALS? A REPLY TO MORRISON AND TO CAMERON BASED ON AN EXAMINATION OF MULTIPLE SOURCES OF DATA". Journal of Biosocial Science. 42 (06): 721–42. doi:10.1017/S0021932010000325. PMID 20642872. Diakses tanggal 6 September 2014. 
  13. ^ Bearman, Peter; Brückner, Hannah (2002). "Opposite-sex twins and adolescent same-sex attraction" (PDF). American Journal of Sociology. 107: 1179–1205. doi:10.1086/341906. 
  14. ^ Bem, Daryl (11 Oct 2008). "Is There a Causal Link Between Childhood Gender Nonconformity and Adult Homosexuality?". Journal of Gay & Lesbian Mental Health. 12 (1-2): 61–79. doi:10.1300/J529v12n01_05. Diakses tanggal 10 September 2014. 
  15. ^ Rieger G, Linsenmeier JA, Gygax L, Bailey JM (Jan 2008). "Sexual orientation and childhood gender nonconformity: evidence from home videos". Dev Psychol. 44 (1): 46–58. doi:10.1037/0012-1649.44.1.46. PMID 18194004.