Lompat ke isi

Kereta api Turangga

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kereta api Turangga
Kereta api Turangga melintasi Stasiun Manggarai, sewaktu perjalanan dari Gambir tujuan Surabaya Gubeng via Bandung.

Kereta api Turangga
Kereta api Turangga
Peta
Informasi umum
Jenis layananKereta api antarkota
StatusBeroperasi
Daerah operasiDaerah Operasi II Bandung
Mulai beroperasi1 September 1995[1]
Operator saat iniKereta Api Indonesia
Lintas pelayanan
Stasiun awalBandung
Stasiun akhirSurabaya Gubeng
Jarak tempuh696 km
Waktu tempuh rerata10 jam 14 menit[2]
Frekuensi perjalananSatu kali keberangkatan tiap hari pada jadwal malam
Jenis relRel berat
Pelayanan penumpang
KelasEksekutif
Pengaturan tempat duduk50 tempat duduk disusun 2-2 (kelas eksekutif)
kursi dapat direbahkan dan diputar
Fasilitas restorasiAda
Fasilitas observasiKaca panorama dupleks dengan tirai dan lapisan laminasi isolator panas
Fasilitas hiburanAda
Fasilitas lainLampu baca, toilet, alat pemadam api ringan, rem darurat, penyejuk udara, peredam suara, dan selimut
Teknis sarana dan prasarana
Lebar sepur1.067 mm
Kecepatan operasional70-120 km/jam
Pemilik jalurDitjen KA, Kemenhub RI
Nomor pada jadwal65–66

Kereta api Turangga merupakan layanan kereta api penumpang kelas eksekutif yang dioperasikan oleh Kereta Api Indonesia (KAI) untuk melayani relasi BandungSurabaya Gubeng di lintas selatan Pulau Jawa. Kereta api yang menempuh jarak sejauh 696 km dalam waktu sekitar 10 jam 14 menit[2] ini memiliki waktu keberangkatan dari stasiun awal pada malam hari dan tiba di stasiun akhir pada keesokan paginya serta kereta ini berlawanan dengan Kereta api Argo Wilis.

Asal usul

Nama Turangga diambil dari nama hewan yang menurut kepercayaan rakyat setempat, Turangga merupakan nama lain dari kuda tunggangan para bangsawan Jawa. Kuda ini menjadi lambang kendaraan yang kencang dan tahan berbagai situasi. Penamaan ini jelas bermaksud agar Kereta api Turangga mampu memberikan pelayanan terbaik demi kepuasan dan kebanggaan penumpangnya.[3]

Sejarah

Kereta api Turangga tiba di Stasiun Surabaya Gubeng menggunakan rangkaian kereta lama, 2011

Kereta api Turangga pertama kali beroperasi pada 1 September 1995 melayani rute Bandung-Surabaya dengan layanan kelas bisnis plus dan eksekutif.[1] Sejak 11 Oktober 1999, ia hanya melayani kelas eksekutif dan beroperasi menggunakan rangkaian kereta baru dari INKA keluaran 1999, sedangkan rangkaian kelas bisnisnya dimutasi ke Malang untuk pengoperasian kereta api Gajayana.

Sejak 19 Januari 2009, kereta api ini beroperasi menggunakan rangkaian kereta hasil penyehatan kereta buatan tahun 1960—sebagian besar warna tampak dalam kereta berwarna hijau.

Sejak pertengahan tahun 2018, rangkaian kereta berbahan baja nirkarat buatan Industri Kereta Api (INKA) digunakan untuk pengoperasian kereta api Turangga. Dengan dikeluarkannya grafik perjalanan kereta api terbaru oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian dan Kereta Api Indonesia mulai tanggal 1 Desember 2019, rute kereta api Turangga diperpanjang hingga Stasiun Gambir.[4] Per 1 September 2020, rute kereta api ini dikembalikan lagi menjadi seperti semula karena tingkat keterisian penumpang di rute Bandung–Jakarta dan sebaliknya menurun akibat pandemi Covid-19.

Mulai Tanggal 28 September 2022, bertepatan Hari Ulang Tahun PT Kereta api Indonesia ke 77 Tahun, Kereta api Turangga akan mengalami peningkatan kecepatan dari semula hanya 105 km/jam menjadi 120 km/jam[5]

Mulai Tanggal 1 Juni 2023 bertepatan dengan pemberlakuan grafik perjalanan kereta api (Gapeka) 2023, KA Turangga akan saling bertukar rangkaian dengan Kereta api Argo Wilis, yang direncanakan 2 Trainset Kereta api Turangga ini akan dimutasi 1 Trainset ke Depo Kereta Jakarta Kota (JAKK) untuk keperluan pengoperasian Kereta api Manahan sedangkan 1 Trainset nya lagi telah dimutasi ke Depo Kereta Bandung (BD) itupun Kereta api Turangga juga diambil alih operasional ke Daerah Operasi II Bandung dari Daerah Operasi VIII Surabaya. Pada tanggal 3 Juni 2023, dua hari setelah pemberlakuan Gapeka 2023 diikuti peluncuran layanan bagi kereta api lintas barat yaitu Argo Parahyangan, rangkaian kereta Panoramic di kereta api Argo Wilis dan Turangga di jalur selatan Pulau Jawa kini beroperasi setiap akhir pekan dan hari libur nasional dengan nomor KA 5 dan 6 untuk KA Argo Wilis serta nomor 65 dan 66 untuk KA Turangga.[6][7]

Pola pengoperasian

Di Gapeka 2023, kereta api Argo Wilis dan Turangga menggunakan sistem tukar rangkaian dengan pola operasi "tiga rangkaian & empat perjalanan" dimana mereka saling bertukar rangkaian satu sama lain. Misalnya, Turangga 66 berangkat dari Stasiun Bandung pukul 18.10 WIB dan tiba di Stasiun Surabaya Gubeng pukul 04.20 WIB. Sesampainya di Surabaya, eks rangkaian Turangga 66 akan 'berganti nama' menjadi Argo Wilis 5 keberangkatan dari Surabaya Gubeng pukul 08.15 WIB. Begitu pula kedatangan Argo Wilis 6, pukul 17.35 WIB di Surabaya Gubeng juga akan berganti nama menjadi Turangga 65 untuk keberangkatan pukul 20.00 dari Surabaya Gubeng.

Namun, berbeda dengan kedatangan ataupun keberangkatan KA Turangga dan Argo Wilis di Stasiun Bandung yang tidak memungkinkan untuk "bertukar" kembali layaknya di Stasiun Surabaya Gubeng. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan satu trainset "cadangan ke-3" yang akan digunakan kembali. Ketika KA Turangga dari Surabaya Gubeng datang di Stasiun Bandung pukul 06.17, maka rangkaian eks Turangga akan "tidur" di Depo Kereta Api Bandung dan satu trainset "cadangan ke-3" (bekas dari Depo Induk Sidotopo) akan digunakan Argo Wilis untuk ke Surabaya dan bertukar dengan Turangga di Surabaya Gubeng.

Untuk memudahkan pemahaman, maka akan dibuatkan diagram sederhana urutan perjalanan kereta api sebagai berikut:

Pola rangkaian Alur penomoran kereta Keterangan
Trainset 1 (sambungan karet) KA 66 Turangga > Tukar papan nama di Surabaya Gubeng > KA 5 Argo Wilis > Istirahat di Depo Kereta BD > KA 6 Argo Wilis > KA 65 Turangga Rangkaian sambungan karet KA 66 Turangga dan KA 5 Argo Wilis hanya beroperasi pada jadwal ganjil, sedangkan KA 6 Argo Wilis dan KA 65 Turangga hanya beroperasi pada jadwal genap
Trainset 2 (sambungan karet) KA 6 Argo Wilis > Tukar papan nama di Surabaya Gubeng > KA 65 Turangga > Istirahat di Depo Kereta BD > KA 66 Turangga > KA 5 Argo Wilis
Trainset 3 (cadangan ex SDT) Rangkaian "bertukar pemain" di Stasiun Bandung. KA 65 Turangga datang Stasiun Bandung > Istirahat di Depo Kereta BD > KA 6 Argo Wilis menggunakan Rangkaian ke-3 Hanya beroperasi pada hari tertentu seperti, akhir pekan dan hari libur nasional.

Jadi, kereta api Argo Wilis dan Turangga hanya "berubah nama" di Stasiun Surabaya Gubeng dengan satu rangkaian yang sama. Sedangkan di Stasiun Bandung, tepatnya di Depo Kereta Bandung mereka menukarkan satu rangkaian atau "ganti pemain" dengan rangkaian lain untuk beristirahat seperti pola rangkaian KA Pasundan dan KA Kahuripan.

Stasiun pemberhentian

Provinsi Kota/Kabupaten Stasiun[8] Keterangan Status
Jawa Timur Surabaya Surabaya Gubeng A B J T 2L
Stasiun ujung, terintegrasi dengan Commuter Line Arjonegoro, Blorasura, Dhoho, Penataran, Jenggala, Sindro, Supas, Tumapel dan bus Trans Semanggi Suroboyo
Mojokerto Mojokerto J
Terintegrasi dengan Commuter Line Dhoho dan Jenggala
Jombang Jombang
Terintegrasi dengan Commuter Line Dhoho
Nganjuk Kertosono
Nganjuk
Madiun Madiun
Jawa Tengah Surakarta Solo Balapan Y AS  K2S   K6S 
Terintegrasi dengan kereta api Bandara Internasional Adisoemarmo dan memiliki jalan akses menuju Terminal Tirtonadi. Stasiun ini juga merupakan stasiun pemberhentian Commuter Line Yogyakarta
Purworejo Kutoarjo P
Terintegrasi dengan Commuter Line Prambanan Ekspres
Kebumen Kebumen
Cilacap Kroya
Daerah Istimewa Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta Y P YA
Terintegrasi dengan Commuter Line Prambanan Ekspres dan Lin Yogyakarta International Airport. Stasiun ini merupakan stasiun ujung barat dari Commuter Line Yogyakarta.
Jawa Barat Banjar Banjar
Ciamis Ciamis
Tasikmalaya Tasikmalaya
Garut Cipeundeuy Terletak di dekat Jalan Lintas Selatan Jawa
Bandung Bandung 2D 3D 4D
Stasiun ujung, terintegrasi dengan Commuter Line Bandung Raya dan Garut dan bus Trans Metro Pasundan

Legenda

Stasiun ujung (terminus)
Berhenti untuk semua arah

Galeri

Insiden

Pada 30 Maret 2023, lokomotif CC 206 13 99 BD yang menarik KA Turangga menabrak truk pakan ternak di perlintasan kereta api nomor 76 antara Stasiun Jombang-Stasiun Sembung di Jatipelem, Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kecelakaan disebabkan karena truk yang mogok saat berada di perlintasan. Lokomotif CC 206 13 99 ringsek, sementara tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.[9]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Perumka (1995). Album 50 Tahun Perkeretaapian Indonesia. Bandung: Perum Kereta Api. 
  2. ^ a b Grafik Perjalanan Kereta Api pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional Di Jawa Tahun 2023 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 14 April 2023. Diakses tanggal 12 Mei 2023. 
  3. ^ "Kereta Api Turangga - Jadwal, Rute, Harga Tiket, dan Informasi KA". Traveloka. Diakses tanggal 2023-07-10. 
  4. ^ Supargo, Albert. Agmasari, Silvita, ed. "4 Kereta Api Dari dan Menuju Jakarta yang Berubah Jadwal Per 1 Desember 2019". Kompas.com. Diakses tanggal 2020-05-11. 
  5. ^ Farozy, Ikko Haidar (2022-09-08). "Sambut Ulang Tahun KAI Ke-77, Semakin Banyak KA yang Semakin Cepat!". Railway Enthusiast Digest. Diakses tanggal 2022-09-09. 
  6. ^ Susanti, Reni (12 Mei 2023). "Jadwal KA Argo Parahyangan Bandung–Jakarta Terbaru, Berlaku 1 Juni 2023". Kompas.com. Bandung: KG Media. Diakses tanggal 18 Mei 2023. 
  7. ^ Nicha, Muslimawati (7 Juni 2023). "Makin Diminati, Kereta Panoramic Sudah Layani 7.470 Penumpang hingga Mei 2023". Kumparan. Jakarta. Diakses tanggal 10 Juni 2023. 
  8. ^ Grafik Perjalanan Kereta Api pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional di Jawa Tahun 2023 (PDF). Bandung: PT Kereta Api Indonesia (Persero). 14 April 2023. hlm. 272. Diakses tanggal 12 Mei 2023 – via Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 
  9. ^ Beritasatu.com. "KA Turangga Tabrak Truk Pengangkut Pakan Ternak". beritasatu.com. Diakses tanggal 2023-04-02. 

Pranala luar

(Indonesia) Situs web resmi PT Kereta Api Indonesia