Lompat ke isi

Waduk Jatigede

Koordinat: 6°51′23″S 108°05′41″E / 6.85639°S 108.09472°E / -6.85639; 108.09472
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 16 Desember 2023 02.03 oleh Ardfeb (bicara | kontrib) (Merapikan)
Waduk Jatigede
NegaraIndonesia
LokasiSumedang, Jawa Barat
Koordinat6°51′23″S 108°05′41″E / 6.85639°S 108.09472°E / -6.85639; 108.09472
StatusDigunakan
Mulai dibangun2007
Mulai dioperasikan2015
Biaya konstruksiUS$ 467 juta
PemilikKementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Bendungan dan saluran pelimpah
Tipe bendunganUrugan
Tinggi110 m (361 ft)
Panjang1.715 m (5.627 ft)
Lebar puncak110 m (361 ft)
Volume bendungan6.700.000 m3 (8.763.269 cu yd)
Ketinggian di puncak265 m (869 ft)
MembendungSungai Cimanuk
Tipe pelimpahOgee
Kapasitas pelimpah4.468 m3/s (157.786 cu ft/s)
Waduk
Kapasitas normal980.000.000 m3
Kapasitas aktif877.000.000 m3
Luas tangkapan1.462 km2 (564 sq mi)
Luas genangan4.122 km2 (1.592 sq mi)
Ketinggian normal260 m (853 ft)
PLTA Jatigede
PengelolaPerusahaan Listrik Negara
Mulai dioperasikan2024 (estimasi)
JenisKonvensional
Kepala hidraulik170 m (558 ft) (desain)
Jumlah turbin2
Kapasitas terpasang110 MW[1]

Waduk Jatigede adalah sebuah waduk yang terletak di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat.[2] Pembangunan waduk ini telah lama direncanakan sejak zaman Hindia Belanda. Waduk ini mulai dibangun tahun 2008 pada masa kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono dan baru diresmikan pada tahun 2015 serta beroperasi penuh pada 2017.[3] Waduk ini dibangun dengan membendung aliran Sungai Cimanuk di wilayah Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang dengan dengan kapasitas tampung 979,5 juta meter kubik air. Waduk Jatigede merupakan waduk terbesar kedua di Indonesia.

Sejarah

Pembangunan waduk ini telah direncanakan sejak zaman Hindia Belanda. Kala itu, Pemerintah Hindia Belanda merencanakan pembangunan tiga waduk di sepanjang aliran Sungai Cimanuk dan waduk Jatigede merupakan waduk utama dan yang paling besar. Akan tetapi, pembangunan ketiga waduk itu mendapatkan tentangan dari masyarakat sekitar sehingga pembangunannya dibatalkan. Baru pada dekade 1990-an, rencana pembangunan waduk Jatigede kembali menghangat.

Langkah pertama yang dilakukan oleh pemerintah adalah merelokasi masyarakat yang tinggal di wilayah calon genangan. Area genangan Waduk Jatigede meliputi 28 desa di Kecamatan Darmaraja, Kecamatan Wado, Kecamatan Jatigede dan Kecamatan Jatinunggal. Relokasi pertama dilakukan pada tahun 1982. Desain pembangunan waduk ini dilakukan pada tahun 1988, dan disambung 20 tahun kemudian yaitu proses konstruksi pada tahun 2007-2015.[4] Pada tanggal 31 Agustus 2015, dilakukan penggenangan waduk sekaligus peresmian oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimulyono. Waduk Jatigede dibangun dengan biaya anggaran hingga mencapai US$ 467 juta atau setara dengan Rp 6.538.000.000.000 dengan kurs rupiah Rp 14.000.[5]

Fungsi

Foto 360 derajat
Berkas info • Tampilkan sebagai foto 360° derajat

Seperti waduk lainnya, Waduk Jatigede pun memiliki fungsi utama untuk sarana irigasi dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Selain itu juga berfungsi sebagai sarana budidaya perikanan air tawar, sarana olahraga air, sarana rekreasi, dan lain sebagainya. Waduk Jatigede difungsikan sebagai pusat pengairan untuk 90.000 hektar lahan pertanian produktif di Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Majalengka. Selain itu, air dari Waduk Jatigede juga akan dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berdaya 110 Megawatt (MW) yang saat ini tengah dibangun oleh PT PLN (Persero). Waduk ini juga akan memasok air bersih bagi warga sekitar dengan kapasitas hingga 3.500 meter kubik per detik. Selain itu, waduk ini juga akan meredam terjadinya banjir bagi 14.000 hektare kawasan di Jawa barat.[6]

Selain memiliki manfaat teknis, Waduk Jatigede juga menawarkan keindahan alam yang 'tak sengaja' terbentuk akibat proses penggenangan. Puncak-puncak bukit yang berada di area genangan berpadu dengan hamparan air yang merefleksikan birunya warna langit menciptakan pemandangan indah yang memanjakan mata. Memanfaatkan keindahan tersebut, masyarakat sekitar menjadikan lokasi tersebut sebagai kawasan wisata alam.[7]

Dampak Sosial

Proyek pembangunan Waduk Jatigede telah digagas sejak masa pemerintahan Presiden Soekarno pada tahun 1963. Namun gagasan ini tertunda pelaksanaannya akhibat kekurangan dana untuk pembangunan. Tahap awal pembangunan baru dimulai pada tahun 1982, yaitu pembebasan lahan. Pada masa ini, pemerintahan telah beralih ke Soeharto.[8]

Pembangunan Waduk Jatigede menimbulkan persoalan yang kompleks. Selain mengakibatkan enam belas ribu warga Kabupaten Sumedang yang terdampak, pembangunan Waduk Jatigede juga menimbulkan bencana ekologi yang menyebabkan hilangnya sekitar 1 juta lahan hijau produktif, ancaman pengangguran massif, dam puluhan situs kebudayaan Sunda sejak era abad ke-8 hingga Kerajaan Pajajaran terancam tenggelam. Proyek multinasional tersebut menyisakan persoalan yang belum terselesaikan hingga detik peluncuran penggenangan yang dibuka oleh Presiden Jokowi akhir Agustus 2015.

Rujukan

  1. ^ Rahmawati, Debby (2011). "Jatigede Dam" (dalam bahasa Indonesian). Department of Civil Engineering University Gunadarma. Diakses tanggal 20 January 2012. [pranala nonaktif permanen]
  2. ^ Goldsmith, Edwards dan Nicholas Hildyard (1993). Dampak Sosial dan Lingkungan Bendungan Raksasa. Yayasan Obor Indonesia. 
  3. ^ Waduk Jatigede Beroperasi Penuh
  4. ^ Ini Latar Belakang Proyek Jatigede, Waduk Terbesar Kedua di RI
  5. ^ Pembangunan Waduk Jatigede Habiskan Dana Rp 6,5 Triliun
  6. ^ Ini Penampakan Waduk Jatigede Setelah Digenangi Air
  7. ^ Manfaatkan Indahnya Waduk Jatigede, Warga Kembangkan Kawasan Wisata[pranala nonaktif permanen]
  8. ^ Novrianto, R., dan Waluyo, D., ed. (April 2016). Membangun Infrastruktur dari Pinggiran: Rahasia Satu Tahun Membangun Infrastruktur Indonesia (PDF). Pustaka Spirit. hlm. 31. ISBN 978-602-1118-66-5. 

Pranala luar