Inayatullah dari Banjar
Tuan Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Inayatullah | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Pangeran Dipati Tuha I Ratu Agung[1]Ratu Lama[2]Sultan Inayatullah[1] Ahzal Allah[2] Sultan Indallah[3][4] | |||||||||
Berkuasa | 1642-1645 | ||||||||
Penobatan | 1642 | ||||||||
Pendahulu | Mustain Billah dari Banjar SULTAN BANJAR IV Berkuasa 1595-1642 | ||||||||
Penerus | Sultan Saidullah dari Banjar SULTAN BANJAR VI Berkuasa 1645 1660 | ||||||||
Sultan Muda | |||||||||
Berkuasa | 1635 - 1642 | ||||||||
Penobatan | 1635 | ||||||||
Kelahiran | Inayatullah Banjarmasin, Kesultanan Banjar | ||||||||
Pemakaman | |||||||||
Pasangan | 1. Permaisuri Ratoe Timbuk binti Raden Aria Papati bin Sultan Hidayatullah I 3. Nyai Mas Tarah binti Tuan Haji Umar | ||||||||
Keturunan | 1. ♂ Sultan Agung Raden Kasuma Lalana (Pangeran Suryanata II / Pangeran Dipati Anom II) (anak gahara dari permaisuri Gusti Timbuk)
2. Raja Muda Raden Kasuma Wijaya Pangeran Purbanagara /Raden Huju (anak dari permaisuri Gusti Timbuk) menikah dengan Putri Lanting binti Ratu Kota Waringin 3. ♀ Gusti Sari Bulan (anak dari permaisuri Gusti Timbuk) menikah dengan Raden Yuda bin Panembahan di Darat bin Sultan Mustain Billah 4. ♀ Gusti Batar (anak Ratoe Dayang Putih) 5. ♀ Putri Juluk II anak dari Nyai Mas Tarah binti Tuan Haji Umar menikah dengan Pangeran Dipati Kasuma Mandura bin Ratu Kota Waringin 6. ♂ Raden Kasuma Alam Sultan Saidullah Saidullah dari Banjar Ratu Anom doellah /(anak sulung dari selir) menikah dengan Putri Intan binti Raden Timbako kelak Ratoe Intan (Permaisuri-bercerai), menikah dengan Permaisuri Nyai Ratoe Wadon ,Nyai Wadon Raras, Nyai Wadon Gadung | ||||||||
| |||||||||
Wangsa | Dinasti Banjarmasin | ||||||||
Ayah | Sultan Mustain Billah | ||||||||
Ibu | Ratu Agung binti Pangeran Demang bin Sultan Hidayatullah I | ||||||||
Agama | Islam Sunni |
Pangeran Dipati Tuha I dengan nama pemasyuran Ratu Agung[1] atau Ratu Lama[2] atau nama di dalam khubah sholat Sultan Inayatullah[1] atau Ahzal Allah[2] atau Sultan Indallah[3] adalah Sultan Banjar atau Sultan Muda antara tahun 1636.[7] Ayahnya yaitu Sultan Mustain Billah yang sudah sepuh sudah tidak bisa menjalankan pemerintahan karena sudah uzur (pikun), baginda Sultan yang Sepuh menurut Hikayat Banjar masih mengirim utusan ke Mataram Islam pada tahun 1641. Diperkirakana mangkat pada tahun 1642. Tahun ini dianggap awal masa pemerintahan Sultan Inayatullah sepenuhnya yaitu 1642-1645. Menurut Hikayat Banjar ia memerintah selama 7 (tujuh) tahun sebelum kematiannya.
Sultan Inayatullah adalah gelar resmi yang digunakan dalam khutbah Jumat di masjid-masjid, sedangkan gelar yang dimasyhurkan/dipopulerkan adalah Ratu Agung. Nama kecilnya tidak diketahui, sedangkan gelarnya sebagai Dipati (anggota senior Dewan Mahkota) adalah Pangeran Dipati Tuha I.[1]Menurut tradisi suksesi kesultanan Banjar yang berlaku semenjak Sultan Mustain Billah, maka di antara putera-putera dari Sultan tersebut, maka salah seorang puteranya kelak akan dilantik sebagai Sultan Muda dan seorang yang lainnya akan dilantik sebagai mangkubumi (Pangeran Mangkubumi) menggantikan mangkubumi sebelumnya yang meninggal dunia.Menurut laporan Belanda, pada masa tuanya Sultan Mustain Billah (ayahanda Inayatullah) menjadi gila (pikun) sehingga menyerahkan putera-puteranya untuk menjalankan pemerintahan.
Karena itu untuk menjalankan pemerintahan putera sulung Sultan Mustain Billah dilantik sebagai Sultan Muda yaitu Pangeran Dipati Tuha dengan gelar Sultan Inayatullah, sedangkan putera ke-2 dilantik sebagai mangkubumi menggantikan almarhum Kiai Tumenggung Raksanegara yaitu Pangeran Dipati Anom 2 dengan gelar Pangeran di Darat. Dari periode raja pertama Sultan Suriansyah sampai dengan Sultan Inayatullah atau Ratu Agung, orang-orang yang pernah menjabat sebagai mangkubumi diangkat bukan dari anak raja secara berurutan yaitu Patih Aria Taranggana, Kiai Anggadipa, Kiai Jayanegara, dan Kiai Tumenggung Raksanegara (Kiai Tanuraksa).
Selama masa pemerintahan Ratu Agung/Sultan Inayatullah, sepupunya yang bernama Pangeran Martasari bin Pangeran Mangkunagara sempat berniat merencanakan kudeta dengan pergi ke daerah Mendawai selanjutnya akan pergi ke Mataram untuk meminta bantuan militer, akan tetapi sebelum kesampaian niatnya yang bersangkutan sakit kemudian mangkat di Mendawai, kemudian jenazahnya dibawa ke istana dan dimakamkan dalam kompleks istana Martapura. Pangeran Mangkunagara (Raden Subamanggala, putera Putri Nur Alam) adalah putera permaisuri akan tetapi gagal menggantikan ayahnya sebagai raja karena yang akhirnya menggantikan Sultan Hidayatullah adalah Pangeran Senapati/Marhum Panembahan, anak seorang isteri selir(puteri Tuan Khatib Banun). Marhum Panembahan/Sultan Mustain Billah adalah ayah Sultan Inayatullah[1]
Menurut Arsip Nasional Republik Indonesia, korespondensi antara Sultan Banjar Sultan Inayatullah kepada VOC-Belanda terjadi sejak tanggal 23 Agustus 1636.[8]Sultan Inayatullah merupakan keturunan ke-10 dari Lambung Mangkurat dan juga keturunan ke-10 dari pasangan Puteri Junjung Buih dan Maharaja Suryanata. Maharaja Suryanata (nama lahir Raden Putra) dijemput dari Majapahit sebagai jodoh Puteri Junjung Buih (saudara angkat Lambung Mangkurat).
Sultan ini memiliki beberapa isteri/selir. Permaisuri adalah Gusti Timbuk binti Raden Aria Papati bin Sultan Hidayatullah I. Anak-anak Sultan Inayatullah yaitu:[1]
- Sultan Agung/Pangeran Suryanata (ke-2)/(Sultan) Pangeran Dipati Anom (ke-2)/Raden Kasuma Lalana (anak gahara dari permaisuri Gusti Timbuk)
- Raja Muda Pangeran Purbanagara/Raden Kasuma Wijaya/Raden Huju (anak dari permaisuri Gusti Timbuk) menikah dengan Putri Lanting binti Ratu Kota Waringin
- Gusti Sari Bulan (anak dari permaisuri Gusti Timbuk) menikah dengan Raden Yuda bin Panembahan di Darat
- Gusti Batar (anak dari Dayang Putih) menikah dengan Pangeran Dipati Tuha (ke-2)/Raden Halus bin Panembahan di Darat
- Putri Juluk (ke-2) (anak dari Nyai Mas Tarah binti Tuan Haji Umar) menikah dengan Pangeran Dipati Kasuma Mandura bin Ratu Kota Waringin
- Sultan Saidullah/Ratu Anom/Raden Kasuma Alam (anak sulung dari selir) menikah dengan Putri Intan binti Raden Timbako
Surat tanggal 23 Agustus 1636
Sebuah surat dikirim ke Batavia oleh Sultan Inayatullah dari Martapura (Kesultanan Banjar).[9]
Perang Anti VOC tahun 1638 pada Masa Sultan Inayatullah
Pada tanggal 4 September 1635 telah dilakukan kontrak dagang antara VOC dengan kesultanan Banjar. Isi kontrak itu, antara lain, bahwa selain mengenai pembelian lada dan tentang bea cukai, VOC juga akan membantu kesultanan Banjarmasin untuk menaklukkan Pasir, dan melindungi Kesultanan Banjar terhadap serangan Mataram.[10]
Namun kedatangan kapal Pearl Inggris di Banjarmasin, Tewseling dan Gregory tanggal 17 Juni 1635 menambah masalah baru, sebab Inggris juga meminta diperbolehkan secara resmi, untuk ikut berdagang dan mendirikan loji, yang bagi VOC tentunya membahayakan eksistensinya di Banjarmasin.[10]
Sultan memberi izin pada VOC membangun loji, sedangkan terhadap Inggris Sultan sangat marah. Hal ini disebabkan Inggris telah menghasut orang Makassar, agar menyerang Banjarmasin. Penolakan Sultan atas Inggris tidak seluruhnya disetujui kerabat istana Banjarmasin, sehingga menimbulkan klik-klik istana. Sebagian anggota Dewan Mahkota memihak Inggris seperti Pangeran Marta Sahary, Raja Kotawaringin[11] dan Raja Sukadana.[12]
Klik pro Inggris ini bertambah besar karena didorong keinginan terhadap perdagangan yang bebas, sehingga sikap ini menyebabkan munculnya Contract Craemer Opperkoopman VOC yang memaksakan agar kontrak tahun 1635 tetap diberlakukan.[10]
Pelayaran perdagangan Banjar ke Batavia diberi VOC surat pas, sedangkan ke Cochin Cina tidak diberikan meskipun Sultan Banjar memintanya. Keadaan ini menunjukkan sikap VOC telah memaksakan monopoli perdagangannnya, hingga tidak mengizinkan bagi pedagang Jawa, Cina, Melayu, Makassar untuk menjalankan perdagangannya dengan kesultanan Banjarmasin.[10]
Ketika Contract Craemer menolak permintaan Sultan Banjar untuk mengirimkan lada ke Makassar, pecahlah perang anti VOC, pada tahun 1638. Sebanyak 108 orang Belanda, 21 orang Jepang dibunuh, dan loji VOC dibakar serta penghancuran terhadap kapal-kapal VOC. Peristiwa ini sangat merugikan VOC. Kerugian VOC ditaksir sebesar 160.000,41 real. Dalam hal ini hanya 6 orang Belanda di Martapura yang selamat, karena mau di-Islamkan secara paksa. Pembantaian terhadap orang-orang Belanda dan Jepang tersebut, selain dilatarbelakangi faktor ekonomi juga karena faktor perbedaan agama dan adat-istiadat orang-orang Belanda yang tidak beradaptasi dengan adat-istiadat di Banjarmasin. Dan juga perilaku VOC yang selalu ingin monopoli (bahasa Banjar: kuluh) dalam perdagangan lada.[10]
Taktik yang dilakukan kesultanan Banjarmasin untuk melepaskan diri dari politik VOC, dan menghindar dari pedagang-pedagang Inggris serta Portugis, menyebabkan hubungan Banjarmasin dengan Mataram menjadi normal kembali. Karena taktik tersebut, sehaluan dengan sikap Mataram yang anti terhadap para pedagang asing, khususnya VOC.[10]
Surat Belanda
Kejadian tahun 1638 sangat merendahkan martabat bangsa Belanda dan Belanda berusaha menghancurkan Kerajaan Banjar sebagai balas dendam terhadap pembantaian orang-orang Belanda tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan Belanda adalah menyebarkan surat kepada Raja-raja Nusantara yang selama ini bersahabat baik dengan Belanda.[10]
Surat yang ditujukan kepada Raja-raja Nusantara itu berbunyi, antara lain isinya: Gubernur Jenderal dan Dewan Hindia (Raad van Indie) dengan ini memberitahukan kepada Raja-Raja Nusantara, terutama di daerah-daerah VOC menjalankan perdagangan, bahwa:[10]
- Antara VOC dan Kerajaan Banjar pada tahun 1635 telah diadakan suatu kontrak dagang.
- Kontrak itu menyatakan diberikannya monopoli lada kepada VOC dengan penetapan harga 5 real sepikul dan bea cukai 7% untuk Sultan. Di Martapura dibuat sebuah loji yang dengan orang-orang VOC beserta barang dagangannya dibawah perlindungan Sultan. VOC mengerahkan sebuah kapal perang untuk menjaga muara sungai Banjar terhadap serangan Mataram.
- Bahwa Sultan telah melakukan tindakan mengingkari kontrak 1635 itu dengan tindakan kekerasan pada tahun 1635 menghancurkan loji di Martapura serta membunuh orang-orang Belanda serta merampas milik VOC 100.000 real.
- Karena itu VOC akan membalas dengan segala kekuatannya dan minta bantuan kepada raja-raja Nusantara yang bersahabat dengan dia, bukan menghentikan bantuan senjata saja, melainkan diminta pula agar raja-raja Nusantara ini melarang rakyatnya berdagang ke Martapura, sebelum kota itu menjadi puing-puing dan hancur berantakan dan dinasti raja-raja musnah. Barulah sesudah itu VOC akan berdamai dengan rakyat Kerajaan Banjar.
Utusan ke Makassar
Tindakan Kerajaan Banjar dengan cara yang spesifik ini untuk melepaskan diri dari segala ikatan monopoli, dilanjutkan dengan usaha mengajak Sultan Makassar bekerjasama menghancurkan perdagangan Belanda. Sultan mengirim utusan ke Sultan Makassar dipimpin oleh nakhoda Bahong.
Belanda sangat marah atas tindakan Kerajaan Banjar ini, dan membuat maklumat yang ditujukan kepada Raja-Raja Nusantara yang disebut insinuasi mengenai pembunuhan orang-orang Belanda oleh Raja Martapura. Kata-kata yang kasar dan kemarahan mendalam disebutkan dalam surat itu:
...seperti pembunuh dan manusia binatang tetapi juga sebagai si kikir yang tak berperikemanusiaan dan perampok barang-barang milik orang asing. Darah mereka terbunuh menangis di muka Tuhan....sehingga mereka tidak mungkin berdamai, kecuali Martapura hanya tinggal tumpukan-tumpukan puing dan Sultan yang terkutuk itu dan turunannya diusir atau dibunuh oleh rakyatnya sendiri.
Kepada pemimpin ekspedisi penghukum Banjarmasin diberikan instruksi cara menyiksa yang seteliti-telitinya dan perintah itu ditutup dengan kalimat:
Tuhan melindungi perjalanan tuan dan memberikan kemenangan atas penghianat-penghianat jahat itu Amin
Ekspedisi Penghukuman I
Ekspedisi penghukuman atas Banjarmasin itu berupa blokade yang tak berarti dalam melakukan tugasnya. Mereka hanya menemukan dan menangkap 27 orang Banjar laki-laki dan perempuan yang tak mengerti persoalan politik dari perahu nelayan yang sedang berlayar. Orang-orang yang ditangkap inilah yang menerima instruksi penyiksaan itu dengan siksaan yang paling keji tak berperikemanusiaan sesuai dengan instruksi Batavia yaitu dengan membunuh dan menyiksa tanpa membedakan laki-laki, perempuan maupun anak-anak. Mereka disiksa dengan cara memotong hidung, telinga, tangan kanan, kaki kiri, mencungkil mata kanan, memotong sebagian lidah, memotong kelamin dan merampas yang dilakukan oleh awak kapal de Serpant. Setelah disiksa orang-orang ini dikirim ke darat, sehingga menimbulkan panik penduduk setempat.[13]
Ekspedisi Penghukuman II
Pada tahun 1638 itu pula VOC-Belanda mengirim ekspedisi penghukuman yang kedua dengan tugas yang sama, tetapi juga gagal karena perlawanan Kesultanan Banjarmasin cukup kuat. Tragedi pembantaian terhadap orang-orang Belanda ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Saidullah atau Ratu Anom (1637-1642). Ancaman Belanda terhadap Kesultanan Banjarmasin, Kerajaan Kotawaringin dan Kerajaan Sukadana, hanya tinggal ancaman belaka, Belanda tidak mampu berbuat lebih banyak. Kemudian Belanda mengubah taktik untuk menutupi kekalahannya dengan mengajukan tuntutan kepada Sultan Banjar sebesar 50.000 real sebagai ganti rugi atas tragedi tahun 1638 itu, namun ditolak Sultan.
Penghentian permusuhan
Karena beberapa cara yang dilakukan tidak berhasil, maka pada tahun 1640 Gubernur Jenderal Antonio van Diemen memerintahkan agar permusuhan dengan Kesultanan Banjar dihentikan. Usaha Belanda mendekati Kesultanan Banjar dengan hanya menuntut 50.000 real sebagai ganti rugi kejadian tahun 1638 serta akan melupakan apa yang terjadi, sama sekali tidak mendapat layanan dari Kesultanan Banjar, sehingga akhirnya Belanda mengalah agar kontrak dagang yang lebih menitik-beratkan pada keuntungan dagang daripada lainnya, yang penting bagi Belanda hubungan dengan Kesultanan Banjar perlu dipulihkan agar lada kembali diperoleh.
Lebih-lebih Belanda merasa khawatir dengan kehadiran Inggris di Banjarmasin, kalau Belanda tetap berpegang pada prinsip semula untuk menghukum Banjarmasin. Sikap lunak Belanda inilah yang menyebabkan Belanda berhasil membuat kontrak dagang dengan Kesultanan Banjar, pada 18 Desember 1660. Kontrak dibuat dan ditandatangani oleh sultan sendiri yang saat itu dijabat oleh Pangeran Ratu (Sultan Rakyatullah).
Pangeran yang menyandang gelar Pangeran Mangkubumi
1. Rakyatullah dari Banjar Pangeran Dipati Mangkubumi (Raden Halit), mangkubumi Banjar pada masa Sultan Saidullah dari Banjar Saidullah 1657-1660
2. Pangeran Mas Dipati, mangkubumi Banjar tahun 1660-1663.
3. Pangeran Mangkoe Boemi Tamjidullah 1734-1758 Sepuh dari Banjar
4. Pangeran Nata Mangkoe Boemi 1761-1801 Sunan Nata Alam
5. Pangeran Ismail Ratu Anum Mangku Dilaga Sukma Dilaga Ratoe Anom Mangkoe Boemi Ismail dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda,ditahan kemudian dibunuh oleh Sultan Sulaiman karena diduga akan melakukan kudeta.Jabatan mangkubumi kemudian dipegang oleh Pangeran Husein dengan gelar Pangeran Mangkubumi Nata putera Sultan Sulaiman sendiri
6. Pangeran Mangkoe Boemi Nata (Pangeran Husin), mangkubumi Banjar 1823-1842
7. Pangeran Noch Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk menggantikan Pangeran Husin Pangeran Mangkubumi Nata .
8. Pangeran Tamjidillah II dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda berdasarkan besluit per tanggal 13 November 1851 No. 2 untuk menggantikan Pangeran Noch Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana
9. Hidayatullah II dari Banjar , dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk menggantikan Pangeran Tamjidillah II 1856 -`1860 sebagai pangeran Mangkubumi namun 1857 -September 1859 pecah Perang Gerilya berakhir September 1859 Dinobatkan Jadi Sultan Banjar. untuk Pemerintahan Mangkubumi Pangeran Wira Kasoema
10. Wirakusuma II dari Banjar dilantik oleh oleh sultan Hidayatullah II dari Banjar memerintah:1859 -1862 (memerintah: 1857-1862)
11. Pangeran Muhammad Said adalah mangkubumi Kesultanan Banjar (Pagustian) dan sekaligus seorang pejuang perang Banjar(memerintah: 1862-1875)
12. Pangeran Perbatasari adalah mangkubumi Kesultanan Banjar (Pagustian) dan sekaligus seorang pejuang perang Banjar. (memerintah: 1875-1885)
Hubungan Silsilah dengan Raja Sumbawa Di bawah ini adalah hubungan silsilah Raja Banjar dengan Raja Sumbawa.
Tertulis dalam buku Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde volume 14 (1864:503):[14]
Omtrent de lans Kaliblah wordt het navolgende verhaald. Zij behoorde vroeger tot de rijkswapens van den Sultan van Sumbawa. Een dezer Sultans nu was in het huwelijk getreden met Ratoe Laija, eene zuster van Sultan Tahmid Ilah II van Bandjermasin. Uit dat huwelijk is de Sulthan Mohamad, die later over Sumbawa geregeerd heeft geboren.[14]
Berikut ini terkait dengan tombak Kaliblah. Tombak ini dulu milik senjata nasional Sultan Sumbawa.
Salah satu Sultan ini (Dewa Masmawa Sultan Mahmud) sekarang menikah dengan Ratoe Laija, saudara perempuan dari Sultan Tahmid Illah II (Raja Banjar 1785-1808) dari Bandjermasin.
Buah dari pernikahan itu adalah Sulthan Mohamad (Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin II Raja Sumbawa XIII 1795-1816), yang kemudian memerintah atas Sumbawa.
SULTAN BANJAR I 1520-1546 ♂ Sultan Suriansyah | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Tuan Khatib Banun | ♂ Pangeran Anom Pangeran di Hangsana | SULTAN BANJAR II ♂ Sultan Rahmatullah | ♂ Pangeran di Laut | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Nyai....... | ♀ Nyai Ratu ..... | SULTAN BANJAR III ♂ Sultan Hidayatullah I | ♀ Putri Nur Alam | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kiai Tumenggung Raksanagara (Kiai Tanu Raksa) | SULTAN BANJAR IV ♂ Sultan Mustain Billah Raden Senapati | ♂ Raden Subamanggala Pangeran Mangkunagara | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BANJAR V ♂ Sultan Inayatullah Pangeran Dipati Tuha I | Panembahan di Darat | Pangeran Dipati Antasari | RAJA KOTAWARINGIN 1 ♂ Ratu Bagawan dari Kotawaringin | ♀ Ratu Hayu Putri Busu | ♂ Raden Timbakal Pangeran Dipati Martasari | ♀ Si Jawa | RAJA SUMBAWA-SELEPARANG (Kamutar 4) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BANJAR VI ♂ Sultan Saidullah Raden (Pangeran) Kasuma Alam | ♂ Raden Kasuma Lelana Sultan Agung dari Banjar Pangeran Surya Nata 02 Pangeran Dipati Anom 02 Pangeran Surya Nata 02 (saudara sepersusuan Raden Subangsa) | RAJA KOTAWARINGIN 2 ♂ Ratu Amas (beristeri Puteri Galuh Hasanah binti Pangeran Adipati Tapa Sana) | ♂ Raden Kasuma Taruna Pangeran Dipati Kasuma Mandura | ♂ Pangeran Singamarta Raden Sutasoma | PUTRI TALIWANG ♀ Mas Surabaya | PANGERAN TALIWANG 01 ♂ Raden Subangsa Raden Marabut | PUTRI SUMBAWA ♀ Dewa Mas Panghulu | SULTAN SUMBAWA I ♂ Dewa Mas Pamayam Mas Cinni | ♂ I Mappaijo Daeng Mannjauru Sultan Harun Al Rasyid Tumenanga ri Lampana (Raja Tallo ke-10 ) | ♀ Ratu...... | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BANJAR VII ♂ Raden Bagus Sultan Amarullah Bagus Kasuma Pangeran Suria Angsa dari Banjar Raden Bagus Sultan Tahlil-Allah[15] | ♂ Pangeran Dipati | ♂ Raden Buyut Kasuma Banjar (beristeri Gusti Cabang binti Raden Balah Pangeran Dipati Wiranata bin Panembahan di Darat) | ♂ Raden Pajang Raden Suta Kasuma | ♀ Gusti Pandara | DATU TALIWANG (Karaeng Taliwang) ♂ Raden Mataram Amas Mattaram (Maes Materan) | SULTAN SUMBAWA III (1672/75 – 1702/05) ♂ Dewa Mas Bantan (Maes Bantam) Sultan Harunnurrasyid I Datu Loka | ♀ Halimah Daeng Tomi Karaeng Tannisanga | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BANJAR VIII ♂ Sultan Tahmidullah Pangeran Suria Alam dari Banjar Panembahan Tengah | ♀ Putri Piting | DATU TALIWANG ♂ Gusti Amin | DATU TALIWANG SULTAN SUMBAWA IV (1702-17..) ♂ Amas Madina Sultan Jalaluddin Muhammad Syah I | ♀ I Rakkia Karaeng Kanjenne Addatuang Sidenreng VI Arung Berru VII (m. 1720 - 1740) | DATU JEREWEH Mas Palembang ♂ Dewa Maja Jereweh | ♀ Karaeng Bontoje'ne | ♀ Dewa Isa Karaeng Barong Patola | ♂ Daeng Mamuntuli Arung Kadjoe bin Arung Teko dari Bone | DATU SERAN PEMANGKU SULTAN SUMBAWA (1723-1725) ♂ Raja Tua Datu Bala Sawo Dewa Loka Ling Sampar | ♂ Datu Budi | ♀ Dewa Iya Datu Balasawo Datu Tengah | SULTAN BIMA Sultan Hasanuddin Muhammad Ali Syah | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
MANGKUBUMI BANJAR ♂ Pangeran Dipati Mangkubumi Pangeran Mangku Delaga Pangeran Dipati Suria Delaga | SULTAN BANJAR IX.a. ♂ Sultan Hamidullah Panembahan Kuning | SULTAN BANJAR IX.b. m. 1734-1759 ♂ Sultan Tamjidillah I Sultan Sepuh dari Banjar | PANGERAN BANJAR ♂ Datu Aria | DATU TALIWANG ♂ Pangeran Laya Kesuma | KARAENG BONTOLANGKASA 06 ♂ I Mappasempa' Ahmad Daeng Mamaro Opu Mangnguluang | SULTANAH SUMBAWA VII ♀ Sultanah Siti Aisyah Karaeng Bontowa 02 | DATU TALIWANG SULTAN SUMBAWA VI ♂ Sultan Muhammad Kaharuddin I | PERMAISURI BINAMU ♀ Karaeng Baine Binamu We Tenri Ico Dai Karaeng Mangarabombang Datu Pampang | RAJA BINAMU (JENEPONTO) XI m. 1796-1814 ♂ I Bebasa Daeng Lalo Karaeng Lompoa Ri Binamu | ♀ Putri | DATU JEREWEH ♂ ALAUDDIN / HASANUDDIN | DATU SERAN Dewa Mas Pakil Dewa Lengan Seran | ♀ Putri | ♂ Datu Seppe | ♀ Datu Siti Maryam | ♂ Datu Dollah (Abdullah) | ♂ Manuru Daha Abdul Muslimin Ali Syah | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ saudari Arung Terawei | SULTAN BANJAR X.a. ♂ Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah (Muhammadillah) Tahmidu Billah Tahmidillah 01 Tamjidillah 02 | ♀ Ratu Sultan Muhammad[16] | DATU TALIWANG ♂ Gusti Aceh | SULTAN SUMBAWA IX 1762-1765 ♂ Gusti Mesir Abdurrahman Sultan Muhammad Jalaluddin Syah II | RAJA PERMAISURI SUMBAWA ♀ Siti Khadijah Datu Bonto Paja | ♂ I Lotting Shalahuddin Daeng Marakka TuMalompoa ri Data | ♀ Putri..... | ♂ Dea Adipati Lalu Kaidah Mele Habirah Lalu Jamelela Dea Koasa Unter Iwes | ♀ Lala Saragialu Daeng Talebang | DATU SERAN SULTAN SUMBAWA XIV m. 1777-1791 ♂ Sultan Harun Ar Rasyid II Datu Budi Lalu Mahmud | ♀ Ran Tambas Lala Tambas | SULTAN SUMBAWA VIII 1761-1752 ♂ Sultan Lalu Onye Datu Ungkap Sermin Dewa Lengit Ling Dima | ♂ Lalu Muntadarman Datu Bajing Datu Alas | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Putri Lawiyah | SULTAN BANJAR X.b. ♂ Sultan Tahmidillah 2 (Panembahan Batu) | ♀ Ratu Syarifah Aminah | ♀ Ratoe Laija (Ratu Laya) | SULTAN SUMBAWA X 1765 ♂ Dewa Masmawa Sultan Mahmud | ♂ I Tamparang Daeng Taesa Karaeng Cilallang | ♂ Karaeng Manippi Datu Bonto Mangape | ♀ Lala Intan Ratu Nong Sasir | ♀ Datu Giri | SULTAN BIMA IX m. 1773-1817 ♂ Sultan Abdul Hamid Muhammad Syah Mantau Asi Saninu | SULTANAH SUMBAWA XII m. 1791-1795 ♀ Sultanah Shafiyatuddin Daeng Massiki | ♂ Lalu Abdullah Syahbandar | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BANJAR XI.a.2. ♂ Pangeran Amir (Sultan Amir) | SULTAN BANJAR XI.a.1. ♂ Sri Pangeran Abdullah (Amirul Mukminin Abdullah) | ♀ Ratu Siti Air Mas | SULTAN BANJAR XI.b. ♂ Sultan Sulaiman Rahmatullah | ♀ Njahi Ratoe Intan Sarie Nyai Ratu Sepuh binti Kiai Adipati Singasari[17] | MANGKUBUMI BANJAR ♂ Sultan Ratoe Anom Ismail Ratu Anom Mangkubumi Sukma Dilaga | SULTAN SUMBAWA XIII ♂ Sultan Muhammad Kaharuddin II | ♀ Lala Amatollah | ♀ Ratu..... | SULTAN BIMA X m. 1818-1854 ♂ Sultan Ismail Muhammad Syah, Rumata Mawa’a Alus, Mantau Dana Sigi | ♂ Lalu Cela Tureli Belo | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Pangeran Mas'ud | ♀ Gusti Khadijah | ♂ Pangeran Tahmid | MANGKUBUMI BANJAR ♂ Pangeran Mangkoe Boemi Nata (Pangeran Husin) | SULTAN BANJAR ♂ Sultan Adam | ♀ Nyai Ratu Kamala Sari | ♂ Datu Bonto Mangape | SULTAN SUMBAWA XIV ♂ Sultan Lalu Mesir | ♂ Dewa Masmawa Sultan Muhammad Amaroe'llah | ♀ Lala Rante Patola binti M. Anwar Abdul Nabi | ♀ Lala Dendo binti Syahbandar Lalu Abdullah | ♂ Muhammad Yakub Ruma Kapenta Wadu | SULTAN BIMA XI m. 1854-1868 ♂ Sultan Abdullah Muhammad Syah Rumata Mawa’a Adil | PERMAISURI BIMA ♀ Siti Saleha Bumi Pertiga | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BANJAR ♂ Gusti Inu Kartapati Pangeran Antasari Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin | ♀ Ratoe Antasari (binti Sultan Adam) | ♀ Ratoe Sitie Mariama (anak Nyai Intan - saudari Adipatie Danoe Radja) | SULTAN MUDA BANJAR ♂ Pangeran Ratu Pangeran Sultan Muda Abdur-Rahman | ♀ Nyai Besar Aminah (Nyai Dawang) | DATU TALIWANG ♂ Daeng Mesir | ♀ Datu Balasari | ♂ Raja Muda: Daeng Mas Kuncir Datu Lolo | ♂ Daeng Padusung Mappasusung | ♀ Daeng Ante Datu Singasari | MANGKUBUMI BIMA ♂ Muhammad Qurais bin Muhammad Hidir Raja Bicara Bima | PERMAISURI BIMA ♀ Sitti Fatimah binti Lalu Yusuf Ruma Sakuru | SULTAN BIMA XIII m. 1881-1915 ♂ Sultan Ibrahim Rumata Mawa’a Taho Perange | PERMAISURI DOMPU ♀ Ratu......... | SULTAN DOMPU XX ♂ Sultan Muhammad Sirajuddin | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BANJAR ♂ Panembahan Muhammad Said | ♂ Pangeran Amir bin Pangeran Mangkoe Boemi Nata | ♀ Gusti Siti Aer Mas | SULTAN BANJAR b Pangeran Mangkubumi ♂ Pangeran Hidayatullah II | MANGKUBUMI BANJAR 1857-1862 ♂ Pangeran Wirakusuma II dari Banjar | SULTAN BANJAR a Pangeran Ratu ♂ Sultan Tamjidullah II | ♂ Pangeran Arya Kesuma | DATU TALIWANG ♂ Muhammad Kaharuddin Daeng Mappaconga | SULTAN SUMBAWA XVI ♂ Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III | ♀ Siti Maryam Daeng Risompa Datu Ritimu | PERMAISURI BIMA ♀ Sitti Maryam | SULTAN BIMA XIV m. 1915-1951 ♂ Sultan Muhammad Salahuddin Marrbora di Jakarta, Ma Kakidi Agama | PERMAISURI BIMA ♀ Siti Aisyah binti SULTAN DOMPU XX Sultan Muhammad Sirajuddin | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Gusti Muhammad Arsyad | ♂ Pangeran Kasuma Indra (Raden Tuyong) | ♀ Ratu Kasuma Indra | ♀ Putri Bulan | ♂ Pangeran Muhammad Amin | ♂ Pangeran Muhammad Amir | ♂ Pangeran Mahmud | ♂ Pangeran Abdul Karim | ♀ Ratu Ainun Jariah | ♀ Putri Saha | DATU RAJA MUDA SUMBAWA ♂ Datu Raja Muda Daeng Rilangi | ♂ Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin III | PERMAISURI SUMBAWA ♀ Siti Khodijah Daeng Ante Ruma Pa'duka | SULTAN BIMA XV m. 1951-2001 ♂ Sultan Haji Abdul Kahir II, Ama Ka'u Kahi, Ruma Ma Wa'a Busi Ro Mawo | PERMAISURI BIMA ♀ Hj. RM Zubaidah | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Gusti Muhammad Hussein | ♀ Nindo Siti Rahayu Daeng Risompa | ♂ Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV | PERMAISURI SUMBAWA ♀ Siti Khodijah Daeng Ante Ruma Pa'duka | SULTAN BIMA XVI m. 4 Juli 2013-23 Desember 2013 ♂Sultan Haji Fery Zulkarnain (Dae Ferry) | PERMAISURI BIMA ♀ Hj. Indah Damayanti Putri | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Gusti Abdul Wahab | Gusti Nur Aina | PUTRI SUMBAWA ♀ Daeng Nadia Indriana Hanoum | PUTRI SUMBAWA ♀ Daeng Sarrojini Naidu | ♂ Sentot Agus Priyanto | Jena Teke SULTAN MUDA BIMA XVII ♂ Muhammad Putera Ferryandi | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Raindra Saadya Ramadhan Priyanto | ♂ Raihan Omar Hasani Priyanto | ♂ Rayaka Ali Kareem Priyanto | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Referensi
- ^ a b c d e f g h i Ras (1990). Johannes Jacobus Ras, ed. Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh (dalam bahasa Melayu). Malaysia (Selangor Darul Ehsan): Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836212405. ISBN 983-62-1240-X
- ^ a b c d e f g h Noorlander, Johannes Cornelis (1935). Bandjarmasin en de Compagnie in de tweede helft der 18de eeuw (dalam bahasa Belanda). M. Dubbeldeman.
- ^ a b c d (Indonesia)Mohamad Idwar Saleh (1986). Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. hlm. 150.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-11. Diakses tanggal 2019-04-29.
- ^ Tribunnews.com http://www.tribunnews.com/regional/2017/11/14/makam-keramat-di-desa-telok-selong-jadi-perhatian-arkeolog. Tidak memiliki atau tanpa
|title=
(bantuan) - ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-11. Diakses tanggal 2019-04-29.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-11. Diakses tanggal 2019-04-29.
- ^ "Mencari Surat-Surat :: Sejarah Nusantara". Arsip Nasional Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-20. Diakses tanggal 2018-09-16.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-20. Diakses tanggal 2018-06-20.
- ^ a b c d e f g h Gazali Usman, Ahmad (1994). Kerajaan Banjar: Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi, Perdagangan dan Agama Islam. Banjarmasin: Lambung Mangkurat Press.
- ^ Pangeran Dipati Anta-Kasuma bin Sultan Mustain Billah bin Sultan Hidayatullah
- ^ Moerong Giri Mustafa atau Giri Mustika atau Sultan Muhammad Syaifuddin (1622–1665) menantu Pangeran Dipati Anta-Kasuma
- ^ (Indonesia) Gusti Mayur, Perang Banjar, Rapi, 1979
- ^ a b "Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde" (dalam bahasa Belanda). 14. Batavia: Lange & Company, Martinus Nijhoff. 1864: 503.
- ^ von Siebold, Philipp Franz (1847). "Le moniteur des Indes orientales et occidentales: recueil de mémoires et de notices scientifiques et industriels... concernant les possessions néerlandaises d'Asie et d'Amérique" (dalam bahasa Prancis). Belinfante frères: 166.
- ^ A. MEIJER (Jonkheer.) (1872). Militair tijdschrift (dalam bahasa Belanda). Bruining & Wijt. hlm. 554.
- ^ Willem Adriaan Rees (1867). De bandjermasinsche krijg van 1859-1863: nader toegelicht (dalam bahasa Belanda). Dutch East Indies: D.A. Thieme. hlm. 21.
Pranala luar
- https://sejarah-nusantara.anri.go.id/id/search_letters/?ruler=Sultan%20Inayatullah Diarsipkan 2018-06-20
- https://kalsel.antaranews.com/berita/66501/lakkpl-susun-buku-sejarah-kerajaan-pulau-laut
- http://jejakrekam.com/2018/01/28/jaga-adat-lakpl-bentuk-lalawangan-negeri-banjarmasin/ di Wayback Machine.
Rujukan
- Johannes Jacobus Ras, Hikayat Banjar terjemahan oleh Siti Hawa Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia 1990.
- Jacobus Anne van der Chijs, J. de Hullu, Netherlands. Departement voor Uniezaken en Overzeese Rijksdelen, Dagh-register gehouden int Casteel Batavia vant passerende daer ter plaetse als over geheel Nederlandts-India, G. Kolff, 1899
- http://obp.tanap.net/pdf/files/3C3DAF148D0C9FC5DEC709F70DD5C841.pdf Diarsipkan 2014-02-21 di Wayback Machine. Reconstructie van het archief van de VOC-vestiging, Banjermassin, Dagregisters en registers (inhoudsopgave) op dagregisters
Didahului oleh: Raja Maruhum |
Sultan Banjar 1620-1637 |
Diteruskan oleh: Saidullah |
{{Portal bar|Islam|Indonesia|Sejarah|Biografi}}