Sunan Kalijaga
Asy-Syaikh Said ( Sunan Kalijaga ) | |
---|---|
Informasi pribadi | |
Lahir | Said |
Meninggal | 1592 |
Agama | Islam |
Pasangan |
|
Anak | Pernikahan dengan Dewi Sarah :
Pernikahan dengan Dewi Sarokah :
Pernikahan dengan Syarifah Zainab :
|
Orang tua |
|
Denominasi | Sunni |
Dikenal sebagai | Wali Songo |
Pemimpin Muslim | |
Pendahulu | Syaikh Subakir |
Penerus | Sunan Muria |
Sunan Kalijaga merupakan Waliyullah yang tergabung dalam anggota dewan Walisongo.Raden Said pada masa muda berjuluk Brandal Lokajaya.
Beliau dikenal sebagai wali yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Selain menjadi Ulama' ia juga menjadi penasihat keraton, seniman, dan arsitek yang ulung.
Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap, mengikuti sambil memengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.
Oleh karena itulah, beliau menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.
Sunan Kalijaga adalah salah satu wali songo yang penuh dengan ide-ide kreatif dalam berdakwah, salah satunya dengan media wayang kulit. Kesenian wayang kulit yang awalnya berisi kisah-kisah Hindu, diganti oleh Sunan Kalijaga menjadi kisah-kisah yang berisikan ajaran Islam. Salah satu contohnya yaitu Jamus Kalimasada, sebagaimana dijelaskan Siti Wahidoh dalam Buku Intisari Sejarah Kebudayaan Islam.
Pada masa itu, ketika hendak mengadakan pentas atau pagelaran wayang, Sunan Kalijaga memberi wejangan atau nasihat keislaman kepada para penonton. Berikutnya, mereka diajak mengucap dua kalimat syahadat. Dengan demikian, mereka telah menyatakan diri masuk Islam sembari lambat laun belajar mengenai ibadah-ibadah Islam.
Sunan Kalijaga pun dapat memikat hati masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah hingga Islam cepat menyebar. Sunan Kalijaga berhasil melakukan dakwah tanpa tekanan dan paksaan.
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang.Makamnya berada di Kadilangu, Demak.
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati.
Silsilah
Sunan Kalijaga merupakan anggota dewan Wali Songo yang masih keturunan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
1. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
2. Husein Asy-Syahid
3. Ali Zainal Abidin
4. Muhammad Al-Baqir
6. Ja'far Ash-Shadiq
7. Musa Al-Kadzim
8. Ali Ar-Ridha
9. Muhammad Al-Jawad
10. Ali Al-Hadi
11. Ja'far Az-Zaki
12. Ali Al-Asykar
13. Abdullah At-Taqi
14. Ahmad
15. Mahmud
16. Muhammad
17. Ja'far
18. Ali Al-Mu'ayyid
19. Sayyid Hasan Jalaluddin Al-Bukhari
20. Ahmad Al-Kabir
21. Makhdum Husein Jalaluddin An-Naqwi
22. Mahmud Nasiruddin
23. Ahmad Jalaluddin Syah Syaikh Jali
24. Abdurrahman Aria Teja
25. Tumenggung Wilatikta
26. Raden Said Sunan Kalijaga
Berikut Nasab lengkapnya menurut Kitab Tarikh Aulia dari KH Bisri Mustofa [1][2] dan Kitab Syamsu Dzahirah[3]:
- Rasulullah SAW.
- Fatimah Az-Zahra
- Husain bin Ali
- Ali Zainal Abidin
- Muhammad al-Baqir
- Ja’far ash-Shadiq
- Ali Al Uraidhi
- Muhammad an-Naqib
- Isa ar-Rumi
- Ahmad al-Muhajir
- Sayyid Muhammad
- Sayyid Alwi
- Ali Khali’ Qasam
- Muhammad Shahib Mirbath
- Muhammad al-Faqih Muqaddam
- Abdul Malik bin Alwi
- Sayyid Abdullah Azmatkhan
- Husein Jalaluddin Al Bukhori
- Ahmad Al Kabir
- Jalaluddin Husein
- Ali Nuruddin
- Syech Subakir
- Tumenggung Wilwatikta
- Aria Wilwatikta
- Sunan Kalijaga alias Raden Said
Rekam Jejak
Menjadi Murid Sunan Bonang
Menurut cerita, Sebelum menjadi Walisongo, Raden Said adalah seorang perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan Hasil Bumi di kerajaannya, merampok orang-orang yang kaya. Hasil curiannya, dan rampokanya itu akan ia bagikan kepada orang-orang yang miskin.
Suatu hari, saat Raden Said berada di hutan, ia melihat seseorang kakek tua yang bertongkat. Orang itu adalah Sunan Bonang. Karena tongkat itu jika dilihat seperti tongkat emas, ia merampas tongkat itu. Katanya, hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang yang miskin. Tetapi, Sang Sunan Bonang tidak membenarkan cara itu. Ia menasihati Raden Said bahwa Allah S.W.T tidak akan menerima amal yang buruk. Lalu, Sunan Bonang menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan oleh Sunan Bonang.
Karena itu, Raden Said ingin menjadi murid Sunan Bonang. Raden Said lalu menyusul Sunan Bonang ke sungai. Raden Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai. Raden Said tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah tersebut. Karena itu, ia menjadi tertidur dalam waktu lama. Karena lamanya ia tertidur, tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya.
Tiga tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai, maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran agama oleh Sunan Bonang. Kalijaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal sebagai Sunan Kalijaga.
Pernikahan
Berdasarkan naskah Pustaka Darah Agung, Sunan Kalijaga diketahui menikah dengan Dewi Sarah binti Maulana Ishaq, dan mempunyai 3 putra :
- Sunan Muria,
- Dewi Ruqayyah,
- Dewi Sofiah
Sunan Kalijaga juga memiliki istri bernama Dewi Sarokah, yang merupakan puteri Sunan Gunung Jati dan memperoleh 5 orang anak, yaitu :
- Kanjeng Ratu Pembayun yang menjadi isteri Sultan Trenggono
- Nyai Ageng Panenggak yang kemudian kawin dengan Kyai Ageng Pakar.
- Sunan Hadi, kelak menggantikan Sunan Kalijaga sebagai Kepala Perdikan Kadilangu.
- Raden Abdurrahman.
- Raden Ayu Penengah (Ibu dari Ki Panjawi.
Selain itu, Sunan Kalijaga juga menikah dengan Syarifah Zainab putri Syekh Siti Jenar Dan memperoleh seorang putri bernama Nyai Ratu Mandoko (Ibu dari Sultan Hadiwijaya).
Penerus Dakwah
Setelah Sunan Kalijaga Wafat, Perjuangan dakwah dilanjutkan oleh putranya sendiri yakni Sunan Hadi sebagai pemimpin kadilangu, pada tahun 1601 masehi gelar berubah menjadi Panembahan Hadi, (karena gelar Sunan digunakan Sunan Hanyokrowati sebagai Raja Mataram) sampai dengan keturunan sekarang trah Panembahan widjil di kadilangu Demak.
Yang ingin mengoreksi di persilshkan
Pemakaman
Sunan Kalijaga wafat pada tanggal 12 Muharram 1513 saka (sekitar 17 Oktober 1592 M).
Beliau dimakamkan di Daerah Kadilangu, Kabupaten Demak. Makam ini hingga sekarang, ramai diziarahi orang - orang dari seluruh indonesia.
Haul Sunan Kalijaga diperingati setiap tanggal 10 Muharram oleh masyarakat di Kadilangu, Demak.
Warisan Budaya
Berikut adalah daftar warisan budaya dari Sunan Kalijaga, yaitu :
- Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul.
- Dialah Penggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu ("Petruk Jadi Ratu").
- Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
- Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.
Pusat Inspirasi
Kisah perjalanan hidup Sunan Kalijaga juga sudah dibuatkan Film, diantaranya :
- Dalam film Sunan Kalijaga (1983), Sunan Kalijaga diperankan oleh Deddy Mizwar.
- Dalam film Sunan Kalijaga dan Syech Siti Jenar (1985), Sunan Kalijaga diperankan oleh Deddy Mizwar.
Referensi
Situs web
Buku
- Soekirno, Ade (1994). Sunan Kalijaga: asal-usul mesjid agung demak: cerita rakyat Jawa Tengah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. ISBN 9795534629.
- Nasuhi, Hamid (2017). "Shakhṣīyat Sunan Kalijaga fī taqālīd Mataram al-Islāmīyah". Studia Islamika. Vol. 24 no. 1. Republic of Indonesia: Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta. ISSN 2355-6145.
- Chodjim, Achmad (2013). Sunan Kalijaga: Mistik dan Makrifat. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. ISBN 9789790242920.
- Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia since c.1300, 2nd Edition. London: MacMillan. p. 10. ISBN 0-333-57689-6.
- Sunyoto, Agus (2014). Atlas Wali Songo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo Sebagai Fakta Sejarah. 6th edition. Depok: Pustaka IIMaN. ISBN 978-602-8648-09-7
- Sufisme Sunan Kalijaga