Lompat ke isi

Interaksi manusia dengan kucing

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 14 Juni 2024 19.43 oleh Taylorbot (bicara | kontrib) (Mainarticle -> "Main" | t=209 su=15 in=15 at=15 -- only 17 edits left of totally 33 possible edits | edr=000-0000 ovr=010-1111 aft=000-0000)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Anak perempuan dengan seekor kucing peliharaanya.

Kucing domestik adalah hewan yang populer saat ini. Saat ini sudah ada ratusan juta kucing dipelihara oleh manusia. Kucing juga digunakan dalam perdagangan bulu, makanan, dan untuk mengendalikan hama.

Hewan peliharaan

[sunting | sunting sumber]

Kucing adalah hewan peliharaan yang umum dan paling banyak dipelihara di Eropa dan Amerika Utara. Populasi kucing di seluruh dunia sangat sulit untuk dipastikan, dengan perkiraan antara 200 juta hingga 600 juta ekor.[1][2][3][4][5][6] Pada tahun 1998 ada sekitar 76 juta kucing hidup di Eropa, 7 juta di Jepang dan 3 juta di Australia.[7]:4 Sebuah laporan tahun 2007 menyatakan bahwa sekitar 37 juta rumah di Amerika Serikat memiliki hewan peliharaan kucing. Sebaliknya, ada sekitar 72 juta anjing dipelihara di negara itu. Hal ini membuktikan bahwa di Amerika Serikat jumlah pemelihara kucing lebih banyak daripada anjing sejak tahun 1985.[8]

Meskipun kepemilikan kucing telah banyak dikaitkan dengan wanita,[9] jajak pendapat Gallup pada tahun 2007 melaporkan bahwa pria dan wanita memiliki kemungkinan yang sama dengan kepemilikan kucing.[10]

Menurut Humane Society dari Amerika Serikat, selain dipelihara, kucing juga digunakan dalam perdagangan bulu internasional.[11] Bulu kucing digunakan untuk dibuat menjadi mantel, sarung tangan, topi, sepatu, selimut dan boneka mainan. Untuk membuat satu buah mantel bulu kucing, dibutuhkan sekitar 24 ekor kucing.[12] Hal ini sekarang telah dilarang di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Australia dan Uni Eropa.[13] Namun, masih ada beberapa kucing yang bulunya dibuat menjadi selimut di Swiss sebagai obat tradisional yang dipercaya dapat membantu menyembuhkan penyakit reumatik.[14]

Kucing telah menjadi hal yang umum untuk dimakan di negara Tiongkok dan di beberapa negara Asia lainnya. Diperkirakan bahwa di provinsi Guangdong, orang Tiongkok dapat memakan kucing dalam satu hari sebanyak 10 ribu ekor.[15] Organisasi Animal People telah memperkirakan bahwa setiap tahunnya di Asia ada sekitar 4 juta kucing dibunuh untuk dikonsumsi.[16]

Pengendalian hama

[sunting | sunting sumber]

Kucing adalah hewan yang juga digunakan sebagai hewan pengendalian hama, seperti untuk membasmi hewan pengerat tikus disebuah sawah.

Efek pada kesehatan manusia

[sunting | sunting sumber]

Karena ukuran kucing yang kecil, kucing rumah yang dijinakkan dapat menimbulkan sedikit bahaya fisik pada manusia. Namun, di Amerika Serikat kucing telah menimbulkan sekitar 400 ribu gigitan per tahun.[17] Banyak gigitan yang berasal dari kucing menimbulkan infeksi,[18] dan bahkan kadang-kadang dapat menimbulkan penyakit rabies.[17] Kucing juga dapat menimbulkan bahaya pada ibu hamil dan indivudu imunosupresif, karena kotoran kucing dapat menularkan toksoplasmosis.[19]

Reaksi alergi terhadap bulu kucing dan/atau air liur kucing adalah hal yang biasa.[20] Manusia yang alergi terhadap hewan biasanya gejalanya berupa demam, asma, atau radang kulit.[21]

Selain berisiko terhadap kesehatan, kucing juga dapat meningkatkan kesehatan dan mengurangi rasa stres.[22] Memelihara kucing juga dapat meningkatkan kesehatan psikologis, yaitu mampu memberikan dukungan emosional dan menghilangkan perasaan depresi, kecemasan, dan kesepian. Ada satu studi yang mengatakan bahwa manusia yang memelihara kucing dapat menurunkan risiko serangan jantung dan stroke.[23]:23–56

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "About Pets". IFAH Europe. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-06. Diakses tanggal 14 Oktober 2014. 
  2. ^ "Tentative estimation of the total number of domestic cats in the world". PubMed Commons. Diakses tanggal 14 Oktober 2014. 
  3. ^ "Cats: most interesting facts about common domestic pets". Pravda.ru. Diakses tanggal 14 Oktober 2014. 
  4. ^ "Study Traces Cat's Ancestry to Middle East". New York Times. Diakses tanggal 14 Oktober 2014. 
  5. ^ Stanley D. Gehrt; Seth P. D. Riley; Brian L. Cypher (12 Mar 2010). Urban Carnivores: Ecology, Conflict, and Conservation. JHU Press. Diakses tanggal 14 Oktober 2014. 
  6. ^ Irene Rochlitz (17 Apr 2007). The Welfare of Cats. Springer Science & Business Media. Diakses tanggal 14 Oktober 2014. 
  7. ^ Turner, Dennis C.; Bateson, Patrick (eds.) (2000). The Domestic Cat: The Biology of its Behaviour (edisi ke-2nd). Cambridge, England: Cambridge University Press. ISBN 0-521-63648-5. 
  8. ^ "Market Research Statistics – U.S. Pet Ownership". American Veterinary Medical Association. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-08-19. Diakses tanggal 14 Oktober 2014. 
  9. ^ Abby Ellin (5 Oktober 2008). "More Men Are Unabashedly Embracing Their Love of Cats". New York Times. Diakses tanggal 14 Oktober 2014. 
  10. ^ Jones, Jeffrey M. (30 November 2007). "Companionship and Love of Animals Drive Pet Ownership". Gallup, Inc. Diakses tanggal 14 Oktober 2014. 
  11. ^ "What Is That They're Wearing?" (PDF). Humane Society of the United States. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2006-12-01. Diakses tanggal 14 Oktober 2014. 
  12. ^ "EU proposes cat and dog fur ban". BBC News. 20 November 2006. Diakses tanggal 14 Oktober 2014. 
  13. ^ Ikuma, Carly (27 Juni 2007). "EU Announces Strict Ban on Dog and Cat Fur Imports and Exports". HSUS.org. Humane Society International. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-17. Diakses tanggal 14 Oktober 2014. 
  14. ^ Paterson, Tony (25 April 2008). "Switzerland Finds a Way to Skin a Cat for the Fur Trade and High Fashion". The Independent. London , England. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-09. Diakses tanggal 14 Oktober 2014. 
  15. ^ "China Protesters: Stop 'Cooking Cats Alive' – Fury After Newspaper Says 10,000 Felines Are Eaten Daily in Single Province". MSNBC. Associated Press. 18 Desember 2008. Diakses tanggal 14 Oktober 2014. 
  16. ^ Clifton, Merritt; Bartlett, Kim (September 2003). "How Many Dogs and Cats Are Eaten in Asia?". AnimalPeopleNews.org. Animal People, Inc. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-25. Diakses tanggal 14 Oktober 2014. 
  17. ^ a b Kravetz JD, Federman DG (2002). "Cat-associated zoonoses". Arch. Intern. Med. 162 (17): 1945–52. doi:10.1001/archinte.162.17.1945. PMID 12230416. 
  18. ^ Talan DA, Citron DM, Abrahamian FM, Moran GJ, Goldstein EJ (1999). "Bacteriologic analysis of infected dog and cat bites. Emergency Medicine Animal Bite Infection Study Group". N. Engl. J. Med. 340 (2): 85–92. doi:10.1056/NEJM199901143400202. PMID 9887159. 
  19. ^ Torda A (2001). "Toxoplasmosis. Are cats really the source?". Aust Fam Physician. 30 (8): 743–7. PMID 11681144. 
  20. ^ Erwin EA, Woodfolk JA, Custis N, Platts-Mills TA (2003). "Animal danders". Immunol Allergy Clin North Am. 23 (3): 469–81. doi:10.1016/S0889-8561(03)00004-3. PMID 14524386. 
  21. ^ "Dealing with cat allergies" (PDF). animaltrustees.org. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-06-04. Diakses tanggal 2014-10-14. 
  22. ^ Allen, K.; Blascovich, J.; Mendes, W. B. (2002). "Cardiovascular reactivity and the presence of pets, friends, and spouses: the truth about cats and dogs". Psychosom Med. 64 (5): 727–739. doi:10.1097/01.PSY.0000024236.11538.41. PMID 12271103. 
  23. ^ Fogle, Bruce (ed.) (1981). Interrelations Between People and Pets. Charles C. Thomas Pub. Ltd. ISBN 0-398-04169-5.