Lompat ke isi

Gangguan Skizoafektif

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 20 Agustus 2024 05.08 oleh Doc James (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Gangguan Skizoafektif
Terdapat hipotesis yang menyatakan bahwa Vincent van Gogh menderita gangguan skizoafektif
Kedokteran Spesialis Psikiatri
Gejala Mendengar atau melihat hal yang tidak ada, keyakinan akan hal yang tidak benar dan tidak dapat diubah, gangguan pola pikir, mood depresi, mania.[1]
Komplikasi Gangguan cemas, penggunaan obat terlarang, bunuh diri[2]
Onset tipikal Dewasa muda[2]
Durasi > 1 bulan[3]
Tipe Tipe bipolar, tipe depresif[2]
Sebab Tidak diketahui[1]
Faktor risiko Genetik, faktor sosial, trauma emosional, stres psikologis
Diagnosis banding Skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan depresi dengan psikosis[2]
Tatalaksana Konseling, antipsikotik, mood stabilizers, antidepresan[3]
Prognosis Setengah dari kasus mengalami perbaikan[3]
Frekuensi 0.3%[3]

Gangguan skizoafektif (GSA) adalah gangguan mental yang ditandai oleh gejala skizofrenia dan gangguan mood. [4][1] Gejala yang dirasakan pasien termasuk melihat dan mendengar hal yang tidak ada, yakin akan suatu hal yang salah, dan tidak dapat diyakinkan sebaliknya, pikiran kacau, mood depresif, atau mania.[1] Komplikasi termasuk ansietas,penggunaan obat-obatan, dan bunuh diri.[2]

Faktor risiko termasuk faktor genetik, faktor sosial, trauma emosional, stres psikologis.[3] Mekanisme terjadinya GSA masih belum jelas, namun diduga ada keterlibatan dopamin, norepinefrin, dan serotonin.[3] Diagnosis dapat ditegakkan apabila gejala muncul selama setidaknya satu bulan, atau setidaknya dua minggu apabila ada psikosis tanpa gangguan mood.[3]Terdapat dua tipe GSA: bipolar, yang disertai gejala manik, tipe depresif, yang hanya disertai gejala depresi.[2] Gangguan lainnya dengan gejala yang sama antara lain gangguan depresi dengan gejala psikotik, gangguan bipolar, dan skizofrenia.

Tatalaksana yang diberikan berupa kombinasi dari konseling, antipsikotik, mood stabilizer, dan antidepresan.[3] Rawatan rumah sakit mungkin dibutuhkan apabila penderita berisiko melukai diri atau orang lain. [3] Electroconvulsive therapy dapat digunakan pada pasien yang resisten dengan pengobatan.[3] Terdapat 0.3% dari populasi yang menderita GSA.[3][2] Onset dari GSA biasanya muncul pada usia dewasa muda.[2] Pada awalnya GDA dikategorikan sebagai subtipe dari skizofrenia dalam DSM-I pada tahun 1952. [3]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d "Schizoaffective Disorder Overview - Causes". www.nami.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 April 2020. Diakses tanggal 14 January 2021. 
  2. ^ a b c d e f g h Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (edisi ke-Fifth). American Psychiatric Association. 2013. hlm. 105-110. doi:10.1176/appi.books.9780890425596.156852. ISBN 978-0-89042-555-8. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l Wy, TJP; Saadabadi, A (January 2020). "Schizoaffective Disorder". PMID 31082056. 
  4. ^ "World Health Organization (WHO) ICD-10 Revision". PsycEXTRA Dataset. 2014. Diakses tanggal 2024-08-14.