Lompat ke isi

Tanpa atma

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 20 Agustus 2024 10.47 oleh Faredoka (bicara | kontrib)

Tanpa atma, niratman,[1] anatta (bahasa Pāli), atau anātman (bahasa Sanskerta)—juga dikenal sebagai tanpa inti, bukan diri, tanpa Aku, bukan Aku, tanpa roh, atau bukan roh—adalah suatu konsep dalam Buddhisme yang menyatakan bahwa tidak ada diri atau esensi yang tidak berubah dan permanen yang dapat ditemukan dalam fenomena apa pun.

Tanpa-atma merupakan satu dari trilaksana (tiga karakteristik keberadaan), dua yang lainnya adalah duka (dukkha) dan nirkekal (anicca).

Konsep ini merupakan antipola dari kata Atta atau Atman dalam agama Hindu yang berati "Aku" atau "Diri". Dalam falsafah buddhis, tanpa-atma menunjukkan bahwa segala hal (dhamma), baik yang berkondisi (saṇkhāra) maupun yang tidak berkondisi (Nirwana), sesungguhnya tidak mempunyai inti yang tetap. Buddhisme menolak eksistensi roh dan menekankan bahwa makhluk-makhluk hanya terdiri atas agregat-agregat (khandha). Dalam praktik meditasi buddhis, tanpa-atma ditunjukkan melalui pengamatan diri sendiri, di mana agregat-agregat (khandha) tubuh, perasaan, ingatan, pikiran, kesadaran dapat timbul dan lenyap; bergerak dan berubah tanpa kemampuan pengamat untuk menghentikan atau menciptakannya.

Pañcakkhandha

Buddhisme menjelaskan bahwa makhluk-makhluk seperti manusia terdiri atas lima agregat-agregat atau Pañcakkhandha yang Tanpa-Roh, yaitu:

  1. Rūpakkhandha, yaitu agregat materi-jasmani
  2. Viññāṇakkhandha, agregat kesadaran
  3. Saññākkhandha, agregat persepsi atau pencerapan
  4. Vedanākkhandha, agregat perasaan atau sensasi
  5. Saṅkhārākkhandha, agregat bentukan mental

Ciri tanpa-atma

Beberapa ciri pengalaman batiniah yang menunjukkan tanda tanpa-atma adalah sebagai berikut.

  1. Tidak adanya pemilik
  2. Terus mengalami proses (tidak kekal)
  3. Kosong dari substansi inti
  4. Tanpa penguasa atau berada di luar kuasa

Niartman dan sunyata merupakan dua kata yang merujuk pada satu fenomena yang sama. Akan tetapi, konsep sunyata melihat fenomena tersebut dari sudut pandang yang berbeda.

Referensi

  1. ^ Shinkan Murakami (1971). "Niratman and anatman". Journal of Indian and Buddhist Studies (Indogaku Bukkyōgaku Kenkyū). 19 (2): 61–68.