Lompat ke isi

Kitab Nehemia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kitab Nehemia merupakan kumpulan kitab sejarah yang kedua setelah kitab I-II Tawarikh.[1] Kitab Nehemia juga merupakan kitab terbesar dari kitab-kitab sejarah Perjanjian Lama dan mungkin kelanjutan dari kitab Tawarikh. [2] Kitab ini termasuk dalam salah satu dari tiga kumpulan besar Kitab Suci Ibrani yang mengisahkan peristiwa-peristiwa beruntun dalam sejarah Israel. Kumpulan pertama (Kejadian-Bilangan) menceritakan periode pertama sejarah manusia sampai ketika bangsa Israel bersiap memasuki tanah Kanaan. Kumpulan kedua mengisahkan tentang bangsa Israel dari saat mereka memasuki Tanah Perjanjian sampai pada masa pembuangan Babel. Kumpulan ketiga (Kitab Tawarikh, Ezra dan Nehemia) mengisahkan tentang bagian akhir dari kisah Israel pada masa kebangkitan Raja Daud sampai usaha rekonstruksi sesudah pembuangan. [3]

Kitab Nehemia ini berisi tentang riwayat Nehemia sendiri yang ditulis dalam bentuk yang menyerupai otobiografi. Menurut tradisi, kitab ini ditulis antara tahun 431 s.M. – 430 s.M. Kitab ini mengungkapkan kehidupan bangsa Israel setelah bebas dari Babel menuju ke tanah Kanaan. Di bawah pimpinan Nehemia, bangsa Israel berhasil membangun kembali tata agama dan politik, membangun tembok yang mengelilingi Yerusalem dan mengadakan upacara pembaruan perjanjian antara umat Israel dan Tuhan. [4]

Kitab ini terdiri dari tiga bagian:[1]

  1. Kembalinya Nehemia; Pembangunan Tembok Yerusalem (Neh 1-7).
  2. Pembacaan Taurat oleh Ezra; Perayaan Pondok Daun, puasa dan perjanjian (Neh 8-10).
  3. Pemukiman kembali Yerusalem; Peresmian tembok; pembaruan Nehemia dalam bidang sosial dan agama selama masa jabatannya yang kedua sebagai kepala daerah; daftar statistik (Neh 11-13).

Latar Belakang Historis

Kitab Nehemia dapat ditempatkan pada periode 200 tahun pada saat bangsa Israel menjadi warga negara kekaisaran Persia. Kejadian-kejadian yang dituliskan di dalam Kitab Nehemia ini terjadi pada bagian pertama periode Persia (538 S.M-400 S.M). [3] Seratus tahun lebih setelah Kerajaan Utara, Israel, ditaklukkan oleh Kerajaan Asyur, Kerajaan Selatan, Yehuda, pun jatuh ke tangan Kerajaan Babel. Bait Allah yang dibangun pada masa Salomo pun dihancurkan dan semua peralatan berharga dicuri. Empat puluh tahun setelah kejatuhan Yerusalem, kerajaan Babel ditundukkan oleh Kerajaan Persia. Kekuatan dari Kerajaan Babel memang menurun dengan pesat setelah Raja Nebukadnezar meninggal pada tahun 562 S.M.

Kerajaan Persia pada waktu itu merupakan sebuah kekuatan baru yang menonjol kekuataannya di daerah Timur Tengah. Pendiri kerajaan itu adalah raja Koresy. Kerajaan ini terus memperluas wilayah kerajaannya, hingga akhirnya pada tahun 539 S.M, Koresy berhasil menaklukkan Kerajaan Babel dan menguasai wilayahnya. Raja Koresy merupakan penguasa yang bijaksana. Ia mengijinkan bangsa-bangsa yang dibuang oleh Kerajaan Babel untuk kembali ke tanah airnya. Ia juga menghormati keagamaan dari bangsa yang berada di bawah kekuasaannya dan memberikan otonomi kepada penguasa daerah tersebut. [1]. Dalam sebuah dokumen yang diperkirakan berasal dari masa itu (Cyrus Cilinder), kebijaksanaan raja Persia digambarkan sebagai berikut: Saya kembali ke kota-kota suci (ini) di seberang Tigris, yang tempat-tempat sucinya sudah lama menjadi puing-puing. Patung-patung yang (dulu) ada di dalamnya dan membangun bagi mereka tempat beribadat. Saya (juga) mengumpulkan semua penghuni (sebelumnya) dan memulihkan kebiasaan mereka. [3]

Akan tetapi, ia juga tetap memegang kendali pemerintahannya melalui para tentara Persia dan sistem pemerintahannya. Bersamaan dengan izin yang diberikan oleh raja Koresy terhadap para bangsa yang telah dibuang oleh Kerajaan Babel, bangsa Yahudi juga kembali ke Yehuda pada tahun 535 S.M. Bukan hanya itu saja, raja Koresy juga memberikan dana untuk membangun kembali Bait Allah di Yerusalem. Kepulangan kembali dan perbaikan ini dilaksanakan secara bertahap, saling terjalin dan terarah. Bait Allah berdiri di tengah-tengah kota Yerusalem dan di sekitarnya dikelilingi oleh tembok kota Yerusalem. [1] Setelah buku ini, maka tamatlah kisah daripada Perjanjian Lama.

Referensi

  1. ^ a b c d W.S. Lasor, dkk. Pengantar Perjanjian Lama 1. 2005. Jakarta: BPK Gunung Mulia
  2. ^ W.R.F. Browning. Kamus Alkitab. 2008. Jakarta: BPK Gunung Mulia
  3. ^ a b c Diane Bergant (ed.). Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. 2002. Yogyakarta: Kanisius
  4. ^ Purwa Hadiwardoyo. Catatan catatan Singkat tentang Kitab Suci. 2005. Yogyakarta: Kanisius

Lihat pula