Lompat ke isi

Onryō

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 29 Mei 2012 21.17 oleh Botrie (bicara | kontrib) (Robot: Perubahan kosmetika)
Lukisan Onryō karya Hokusai, seniman jepang zaman Edo.

Onryō (怨霊) adalah makhluk gaib dalam cerita rakyat Jepang yang memiliki kemampuan untuk muncul di alam hayat/dunia manusia demi membalas dendam. Dalam legenda dan cerita rakyat, kebanyakan onryō merupakan arwah wanita, namun onryō pria juga pernah disebutkan, khususnya dalam pementasan kabuki. Menurut legenda, onryō merupakan perwujudan arwah manusia yang saat masih hidup dilanda masalah dan berujung pada kematian mereka. Masalahnya meliputi persaingan, politik, atau penderitaan karena perubahan tingkah kekasih mereka. Setelah meninggal, arwah mereka menjadi hantu penasaran. Asal mula onryō tidak pasti, namun dapat ditelusuri sampai abad ke-8 M tentang gagasan bahwa jiwa yang marah dan penuh dendam dapat memberi pengaruh pada dunia manusia.

Dunia arwah menurut kepercayaan Jepang terdiri dari tiga lapisan: surga (高天原, Takama ga hara), alam hayat atau alam kehidupan (葦原の中つ国, Ashihara no nakatsukuni), dan alam maut atau alam kematian (黄泉の国, Yomi no kumi). Tidak peduli siapa pun orangnya, setelah meninggal maka arwahnya akan pergi ke Yomi, bahkan bagi para Kami (dewa) sekalipun. Meskipun menurut mitologi Jepang jiwa yang sudah berada di alam maut tak dapat kembali lagi ke alam hayat, tetapi jiwa yang kuat dapat mempengaruhi alam hayat entah berdasarkan niat yang baik maupun buruk. Dalam Kojiki (711-2) (kitab tertua tentang sejarah Jepang yang dimulai dari mitos penciptaannya) diceritakan bahwa ketika dewi Izanami wafat, beliau mampu memberi kutukan dari Yomi ke alam hayat. Dalam arti yang sama, onryō mengacu pada arwah—khususnya manusia—yang berubah karena emosi luar biasa untuk melakukan kejahatan tersebut. Catatan terawal mengenai keberadaan onryō ditemukan dalam Shoku Nihongi (797): seorang pejabat tinggi, Fujiwara no Hirotsugu (藤原広嗣, wafat tahun 740), yang kehilangan kekuasaan dan dikalahkan dalam pemberontakannya yang gagal melawan Genbō, disebutkan bahwa setelah kematiannya, arwahnya mencelakai Genbō hingga meninggal.[1]

Diyakini onryō digerakkan oleh keinginan untuk membalas dendam, seperti contohnya Hirotsugu melawan Genbō. Perwujudan pembalasan dendam mereka dipercaya berbeda-beda mulai dari kesialan yang menimpa musuhnya sampai bencana alam: gempa bumi, kebakaran, badai, wabah, dan kelaparan.

Lihat pula

Referensi

  • Iwasaka, Michiko; Toelken, Barre (1994), Ghosts and the Japanese: Cultural Experiences in Japanese Death Legends, Utah State University Press, ISBN 0874211794 

Pranala luar