Lompat ke isi

Hizkia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hizkia
(Hizqiyyahu ben Ahaz)
Raja Yehuda
(Melekh Yehudah)
BerkuasaPemerintahan bersama dengan Ahas 729,
Memerintah sendiri
716 – 697 SM
bersama Manasye 697 - 687
PendahuluRaja Ahas
PenerusManasye
Kelahiran~739 SM
probably Jerusalem
Kematian~687 SM
Yerusalem
KeturunanManasye
WangsaKeturunan Daud
AyahRaja Ahas
IbuAbi, juga disebut Abia

Hizkia (bahasa Ibrani: חִזְקִיָּ֫הוּ atau יְחִזְקִיָּ֫הוּ, bahasa Yunani: Ἐζεκίας, Ezekias, dalam Septuaginta; bahasa Latin: Ezechias; 739-687 SM) yang artinya "Yahwe adalah kekuatanku" adalah raja kerajaan Yehuda (memerintah 729 SM sampai 687 SM) yang ke-14 dan anak dari Raja Ahas (2 Raja-raja 18:1) Ia berumur 25 tahun pada waktu ia menjadi raja dan 29 tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Abi anak Zakharia[1] atau Abia[2]. Ia mulai memerintah pada tahun ke-3 zaman Hosea bin Ela, raja Israel.

Sisa-sisa tembok pertahanan Yerusalem yang dibangun oleh Hizkia untuk melawan pengepungan Sanherib.

Hizkia menyaksikan pengasingan paksa Kerajaan Israel Utara oleh Kerajaan Asyur pada tahun 721 SM (menurut sejarah di bawah pimpinan Sargon II). Dia menjadi raja Yehuda selama invasi dan pengepungan Yerusalem oleh Sanherib pada 700 SM. Ia diharuskan membayar upeti. Alkitab mencatat bahwa pengepungan dihentikan oleh Tuhan dengan membunuh tentara-tentara Sanherib sebanyak 185.000 orang. (2 Raja-raja 19:35)

Hizkia adalah seorang raja yang kuat dan secara internasional diakui bijaksana. Di dalam soal politik luar negerinya ia berhadapan dengan persoalan, apakah ia harus menggabungkan diri pada Asyur ataukah pada Mesir. Setelah ia bersikap netral selama 10 tahun, kemudian ia menggabungkan dirinya pada suatu persekutuan yang memusuhi Asyur pada tahun 712 di bawah pimpinan Asydod. Tepat pada waktunya ia dapat mengundurkan diri. Pada tahun 702 ia menggabungkan diri pada Mesir untuk melawan Asyur dan dikalahkan oleh Sanherib di dekat Elteko. Ia diharuskan membayar upeti. Hizkia lalu memperkuat Yerusalem (Yesaya 22:10) memperkuat persediaan air kota. Politik dalam negerinya ditandai suatu pembaharuan religius dengan menghancurkan kebaktian di bukit, tugu peringatan Asyera, bahkan kebaktian ular tembaga Arad.

Catatan Alkitab

Sumber: Kitab 2 Raja-raja, Kitab 2 Tawarikh, Kitab Yesaya.

Bukti Arkeologi

Bulla stempel dari salah satu hamba raja Hizkia (disimpan di Redondo Beach, California) koleksi antik
  • Inskripsi di pintu makam pengurus istananya, Sebna, yang dicatat namanya dalam Kitab 2 Raja-raja (2 Raja–raja 18:18).
  • Stempel, ada 2 macam:
    • Stempel LMLK, pada pegangan bejana penyimpanan, digali dari lapisan tanah pada zaman raja Senaherib, menunjukkan penggunaan sampai tahun ke-29 pemerintahan Hizkia[4]
    • Bullae dari dokumen bersegel, sebagian milik Hizkia sendiri[5]), sisanya milik hamba-hambanya (ah-bah-deem dalam bahasa Ibrani, ayin-bet-dalet-yod-mem; "para abdi"), semua dari pasar barang antik.
  • Prasasti di terowongan Siloam
Seorang anak di dalam terowongan Sioam yang dibangun Hizkia (foto tahun 2010).

Saluran air ini digali sepanjang 533 meter (1750 kaki) menembus batu karang padat [6] untuk menyalurkan air bagi kota Yerusalem dari mata air Gihon yang terletak di luar tembok kota, ke kolam Siloam di dalam tembok kota. Prasasti yang ditemukan di terowongan Siloam sekarang disimpan di Istanbul Archeological Museum. Dalam terowongan Siloam ditemukan prasasti untuk memperingati bertemunya dua tim penggali yang mulai dari sisi berlawanan di dalamnya.[6] Prasasti ini dianggap sebagai salah satu inskripsi Ibrani yang paling penting yang pernah ditemukan,[6] Finkelstein dan Mazar menyebut terowongan ini sebagai contoh kekuatan pemerintahan di Yerusalem pada zaman itu.

  • William G. Dever menemukan bukti arkeologi dari pembersihan berhala pada zaman Hizkia, antara lain dari penggalian bekas-bekas ruang pemujaan utama dalam kuil di kota Arad, salah satu kota benteng di Yudea, yang dengan sengaja dan cermat dibongkar, "meja altar dan massebot" dikuburkan "di bawah lantai plaster dari lapisan (stratum) ke-8" dari akhir abad ke-8 SM. Dever menyimpulkan bahwa "pembongkaran kuil dengan disengaja dan pendirian bangunan pengganti pada zaman Hizkia merupakan fakta arkeologis. Tidak ada alasan untuk dipandang skeptis."[7]
  • Pada batu berukir di Lakish (Lachish Relief) terdapat catatan Asyur bahwa tahun pengepungan kota Lakish oleh Sanherib adalah 701 SM.[8] Di sana digambarkan peperangan dan jatuhnya kota Lakish, termasuk para pemanah Asyur berbaris naik satu tangga darurat dan orang-orang Yahudi ditusuk dengan tombak secara bertumpuk. “Ukiran pada bongkahan batu” ini ditemukan di istana Asyur di Niniwe “asalnya membentuk satu kesatuan karya berukuran 8 kaki (2,7 meter)...tingginya dan 80 kaki (27 meter)... panjangnya, yang disusun mengelilingi ruangan”.[6] Pengunjung “akan sangat terkesan bukan saja oleh kehebatan karya seni itu sendiri tetapi juga kekuatan mesin perang Asyur.”[6]
  • Prisma Sanherib ditemukan terkubur dalam landasan istana Niniwe. Ditulis dalam huruf paku kuneiform, dengan bentuk tulisan Mesopotamia pada zamannya. Prisma ini mencatat kemenangan atas 46 kota kuat [9] dan “tidak terhitung tempat-tempat kecil,” termasuk pengepungan Yerusalem di mana hanya ditulis bahwa Sanherib “mengurungnya... seperti burung dalam sangkar,”[6] selanjutnya memaksa mendapatkan upeti besar untuknya. Tidak ada keterangan kejatuhan Yerusalem (berbeda dengan kota-kota lain) maupun gagalnya Sanherib merebut Yerusalem. Dalam sejarah Asyur , “[prisma semacam itu] dimaksudkan untuk dibaca raja berikutnya, sehingga tidak pernah dilaporkan kekalahan atau hal buruk tentang raja”.[10] Dapat dimengerti, bahwa tidak ada tulisan yang menguatkan catatan Alkitab tentang kekalahan Sanherib dalam peninggalan orang Asyur.[10]
    • Dalam Kitab 2 Raja-raja ditulis bahwa Hizkia membayar upeti sebanyak 300 talenta perak, sedangkan di dalam Prisma Sanherib dicatat 800 talenta.[6] “Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan cara penimbangan talenta perak di Asyur dan Israel, atau karena orang Asyur memang dikenal suka membesar-besarkan angka” (558).[6]
  • Talmud (Bava Batra 15a) mencatat bahwa Hizkia berjasa mengusahakan kompilasi kitab-kitab suci Kitab Yesaya, Kitab Amsal, Kidung Agung dan Kitab Pengkhotbah.
  • Ada tradisi Yahudi bahwa kemenangan atas orang Asyur dan pulihnya Hizkia dari sakit terjadi pada malam pertama Perayaan Paskah.
  • Sejarawan Yunani, Herodotus (~ 484 – 425 SM), menuliskan dan mengakui banyaknya korban jiwa dari tentara Asyur saat gagal merebut Yerusalem, yang dianggapnya karena wabah tikus. Sejarawan Yahudi, Flavius Yosefus, setuju dengan tulisan Herodotus.[11] Satu teori mengatakan bahwa kekalahan itu diakibatkan oleh “pecahnya wabah penyakit pes (bubonic plague')”.[10] Para sejarawan ini memastikan tanpa bisa dibantah bahwa Sanherib memang gagal merebut Yerusalem.[11] Kisah peperangan Hizkia dengan Asyur itu juga dianggap satu peristiwa sejarah yang paling jelas dapat dihubungkan dari berbagai sumber.[11]

Perhitungan waktu

  • Hizkia bin Ahas memerintah Kerajaan Yehuda di Yerusalem selama 29 tahun sejak usia 25 tahun.[12] ~726-698 SM
  • Ayahnya, Ahas, wafat pada usia 36 tahun,[13] ketika Hizkia berusia 25 tahun.[12]
  • Hizkia meninggal pada usia 54 tahun, ketika Manasye, putranya, berusia 12 tahun.[14]

Pemerintahan

Pada bulan ke-2 dirayakan perayaan Paskah atau hari raya Roti Tidak Beragi.[17] ~726 SM.

  • Tahun ke-4, sama dengan tahun ke-7 zaman Hosea bin Ela, raja Israel, Salmaneser, raja Asyur, menyerang Samaria dan mengepungnya.[18] ~723 SM
  • Tahun ke-6, sama dengan tahun ke-9 zaman Hosea, raja Israel, Samaria direbut sesudah lewat tiga tahun pengepungan.[19] Raja Asyur mengangkut orang Israel ke dalam pembuangan ke Asyur.[20] ~ 721 SM[21]
  • Tahun ke-14, Sanherib, raja Asyur, menyerang dan merebut segala kota berkubu negeri Yehuda[22] serta kemudian mengepung Yerusalem, tetapi tiba-tiba tentaranya binasa pada satu malam, dan ia terpaksa kembali ke negerinya.[23] ~700 SM(?)[21]
  • Tidak diketahui pasti, Esarhadon menjadi raja Asyur; menggantikan Sanherib, ayahnya (dibunuh oleh anak-anaknya Sanherib sendiri, Adramelekh dan Sarezer).[24] ~681 SM(?)[21]
  • Tahun ke-17, Manasye dilahirkan oleh Hefzibah bagi Hizkia (berusia 42 tahun).[14] ~709 SM
  • Tidak diketahui pasti, Merodakh-Baladan bin Baladan, menjadi raja Babel, dan mengirim utusan membawa surat dan pemberian kepada Hizkia yang pulih dari sakit secara ajaib.[25]
  • Tahun ke-29, Hizkia wafat pada usia 54 tahun, digantikan oleh putranya, Manasye menjadi raja atas Kerajaan Yehuda. Saat itu Manasye berusia 12 tahun.[14] ~698 SM.

Pemerintahan bersama

Sejumlah peneliti berpendapat bahwa Hizkia memerintah bersama dengan ayahnya, Ahas, selama 14 tahun, sejak tahun 729 SM. Ia mulai memerintah sendiri, menurut Albright tahun 715 – 687 SM, menurut Thiele 716 – 687 SM, di mana sepuluh tahun terakhir memerintah bersama dengan putranya, Manasye).[26][27] Gershon Galil mengusulkan masa pemerintahannya dari 697–642 SM.

Matinya Sanherib

Dari catatan Asyur (terutama Daftar Eponim Asyur) diyakini bahwa Sanherib dibunuh pada tahun 681 SM (20 tahun setelah penyerangan ke Yehuda pada tahun 701-700 SM).[28] Surat dari zaman Kekaisaran Babilonia Baru menguatkan catatan Alkitab, bahwa ia dibunuh oleh putra-putranya sendiri dan oleh pakar Assyriolog diakui sebagai riwayat sejarah. Dalam surat itu putra Sanherib, Ardi-Mulishi, disebutkan membunuh orang-orang yang bermaksud membongkar rencananya, berhasil membunuh ayahnya diperkirakan pada tahun 681 SM.[29] and kemungkinan besar sama dengan Adramelekh yang disebut dalam Kitab 2 Raja-raja, meskipun nama Sarezer tidak disinggung sama sekali.[6] Para pakar menduga bahwa pembunuhan ini dilakukan karena Sanherib tidak memilih Ardi-Mulishi, melainkan Esarhadon, putranya yang lain menjadi calon penggantinya. Catatan Asyur, Babel dan Ibrani memperkuat catatan Alkitab bahwa Esarhadon akhirnya menjadi raja menggantikan Sanherib.

Pranala luar

Referensi

  1. ^ 2 Raja–raja 18:2
  2. ^ 2 Tawarikh 29:1
  3. ^ Bilangan 21:9
  4. ^ Grena, 2004, p. 338
  5. ^ Grena, 2004, p. 26, Figs. 9 and 10
  6. ^ a b c d e f g h i Archaeological Study Bible. Grand Rapids: Zondervan, 2005. Print.
  7. ^ Dever, William G. (2005) "Did God Have a Wife? Archaeology and Folk Religion in Ancient Israel" (Eerdmans), pp. 174, 175.
  8. ^ “Hezekiah.” The Family Bible Encyclopedia. 1972. Print.
  9. ^ James B. Pritchard, ed., Ancient Near Eastern Texts Related to the Old Testament (Princeton, NJ: Princeton University Press, 1965) 287-288.
  10. ^ a b c Zondervan Handbook to the Bible. Grand Rapids: Lion Publishing, 1999.
  11. ^ a b c “Hezekiah.” The Anchor Bible Dictionary. 1992. Print.
  12. ^ a b c 2 Raja–raja 18:2; 2 Tawarikh 29:1
  13. ^ 2 Raja–raja 16:2
  14. ^ a b c 2 Raja–raja 20:12
  15. ^ 2 Tawarikh 29:3–4
  16. ^ 2 Tawarikh 29:17
  17. ^ 2 Tawarikh 30:15
  18. ^ 2 Raja–raja 18:9
  19. ^ 2 Raja–raja 18:10
  20. ^ 2 Raja–raja 18:11
  21. ^ a b c Berdasarkan perhitungan penanggalan dari Daftar Eponim Asyur. Rawlinson, Henry Creswicke, "The Assyrian Canon Verified by the Record of a Solar Eclipse, B.C. 763", The Athenaeum: Journal of Literature, Science and the Fine Arts, nr. 2064, 660-661 [18 May 1867].
  22. ^ 2 Raja–raja 18:13
  23. ^ 2 Raja–raja 19:36
  24. ^ 2 Raja–raja 19:37
  25. ^ 2 Raja–raja 20:12
  26. ^ Lihat William F. Albright
  27. ^ Edwin R. Thiele, The Mysterious Numbers of the Hebrew Kings (3rd ed.; Grand Rapids, MI: Zondervan/Kregel, 1983) 217
  28. ^ J. D. Douglas, ed., New Bible Dictionary (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1965) 1160.
  29. ^ The New Oxford Annotated Bible. 4th ed. New York: Oxford Press, 2010.

Lihat pula