Lompat ke isi

Lontong cap go meh

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 29 September 2012 15.33 oleh Gunkarta (bicara | kontrib)
Lontong Cap Go Meh
Lontong Cap Go Meh
SajianHidangan utama
Tempat asalIndonesia
Dibuat olehTionghoa Indonesia di pulau Jawa
Suhu penyajianPanas atau suhu ruangan
Bahan utamaLontong disajikan dengan opor ayam, sayur lodeh, sambal goreng ati, pindang telur, bubuk koya, sambal, dan kerupuk
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Lontong Cap Go Meh adalah masakan adaptasi Peranakan Tionghoa Indonesia terhadap masakan Indonesia, tepatnya masakan Jawa. Hidangan ini terdiri dari lontong yang disajikan dengan opor ayam, sayur lodeh, sambal goreng ati, acar, telur pindang, abon sapi, bubuk koya, sambal, dan kerupuk. Lontong Cap Go Meh biasanya disantap keluarga Tionghoa Indonesia pada saat perayaan Cap go meh, yaitu limebelas hari setelah Imlek.[1]

Asal mula

Pengaruh masakan Tionghoa tampak jelas pada adaptasinya ke dalam masakan Indonesia, misalnya mie goreng, lumpia, bakso, dansiomay. Akan tetapi pengaruh ini juga berlaku dua arah. Sebaliknya peranakan Tionghoa yang telah sekian lama tinggal di sangat dipengaruhi masakan Indonesia. Dipercaya lontong cap go meh adalah adaptasi Tionghoa Indonesia terhadap masakan lokal Indonesia.

Para pendatang Tionghoa pertama kali bermukim di kota-kota pelabuhan di utara Jawa, misalnya Semarang, Pekalongan, Lasem, dan Surabaya. Hal ini berlangsung sejak zaman Majapahit. Pada saat itu hanya kaum laki-laki etnis Tionghoa yang merantau ke Nusantara, mereka menikahi perempuan Jawa penduduk lokal, hal ini melahirkan perpaduan budaya Peranakan-Jawa. Untuk merayakan Imlek, saat Cap go meh, kaum peranakan Jawa mengganti hidangan yuanxiao (bola-bola tepung beras) dengan lontong yang disertai berbagai hidangan tradisional Jawa yang kaya rasa, seperti opor ayam dan sambal goreng. Dipercaya bahwa hidangan ini melambangkan asimilasi atau semangat pembauran antara kaum pendatang Tionghoa dengan penduduk pribumi di Jawa.[2] Dipercaya pula bahwa lontong cap go meh mengandung perlambang keberuntungan, misalnya lontong yang padat dianggap berlawanan dengan bubur yang encer. Hal ini karena anggapan tradisional Tionghoa yang mengkaitkan bubur sebagai makanan orang miskin, karena itulah terdapat tabu yang melarang mengkonsumsi bubur ketika Imlek atau Cap go meh. Bentuk lontong yang panjang juga dianggap melambangkan panjang umur. Telur dalam kebudayaan apapun selalu melambangkan keberuntungan, sementara kuah santan yang dibubuhi kunyit berwarna kuning keemasan, melambangkan emas dan keberuntungan.[2]

Lontong Cap Go Meh adalah fenomena khusus Peranakan-Jawa; kaum peranakan di Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Kalimantan tidak terlalu mengenal masakan ini. Tradisi memakan lontong tidak dikenal dalam perayaan Imlek masyarakat Tionghoa di Kalimantan.[2] Akan tetapi hidangan ini dikaitkan dengan perayaan Imlek di pecinan di kota-kota di pulau Jawa, khususnya Semarang. Karena Suku Betawi sangat dipengaruhi kebudayaan peranakan Tionghoa, Lontong Cap Go Meh juga dianggap sebagai salah satu masakan Betawi.

Referensi

  1. ^ Indra Furwita (02 February 2011). "Khas Imlek: Lontong Cap Gomeh (resep)" (dalam bahasa Indonesian). Kompasiana. Diakses tanggal 29 September 2012. 
  2. ^ a b c Josh Chen. "Asal Usul Lontong Cap Go Meh" (dalam bahasa Indonesian). Liburan.info. Diakses tanggal 29 September 2012. 

Pranala luar