Pelayaran Nasional Indonesia
Terbatas | |
Didirikan | 1952 |
Kantor pusat | Jakarta , Indonesia |
Wilayah operasi | transportasi air |
Tokoh kunci | Tjuk Sukardiman (Komisaris Utama), Jussabella Sahea (presiden direktur) |
Produk | keagenan kapal, galangan kapal Pelni Surya |
Jasa | jasa angkutan penumpang dan barang |
Karyawan | 5.366 (data tahun 2006)[1] |
Anak usaha | Rumah Sakit Pelni, Sarana Bandar Nasional (PT SBN), PIDC (Pelita Indonesia Djaya Corporation) |
Situs web | http://www.pelni.co.id/ |
Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) adalah maskapai pelayaran nasional Indonesia. Pelni mengoperasikan sejumlah 28 unit kapal penumpang dengan kapasitas seluruhnya 36.913 penumpang dan 4 unit kapal barang.[2]
Kapal-kapal Pelni memiliki rute tetap yang menyinggahi 91 pelabuhan di Indonesia.[2] Tiga unit kapal penumpang (KM Kerinci, KM Willis, dan KFC Jet Liner) berfungsi sebagai sebagai kapal carter atau kapal cadangan bila ada kapal yang sedang didok. Kapal penumpang yang dimiliki terdiri dari 6 jenis: kapasitas 3.000 penumpang, 2.000 penumpang, 1.000 penumpang, 500 penumpang, kapal Ro-Ro, dan 1 kapal feri.[2]
Sejarah
Pelni berawal dari Yayasan Penguasaan Pusat Kapal-Kapal (PEPUSKA) yang didirikan berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Perhubungan dan Menteri Pekerjaan Umum tertanggal 5 September 1950. Yayasan PEPUSKA didirikan setelah Pemerintah Belanda menolak permintaan Pemerintah Indonesia untuk mengubah status NV Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) menjadi perseroan terbatas. Sebagai maskapai pelayaran Belanda yang beroperasi di perairan Indonesia, NV KPM juga menolak untuk memakai bendera Indonesia.[3]
Dengan modal awal 8 unit kapal, PEPUSKA harus bersaing dengan KPM yang armadanya lebih banyak dan memiliki kontrak-kontrak yang bersifat monopoli.[3] Setelah PEPUSKA dibubarkan pada 28 April 1952, PT Pelni didirikan berdasarkan SK Menteri Perhubungan tanggal 28 Februari 1952 dan 19 April 1952. Presiden direktur Pelni yang pertama bernama Ma'moen Soemadipraja.[3] Pada waktu itu, modal awal Pelni adalah 8 unit kapal yang diwariskan oleh Yayasan PEPUSKA. Kekurangan armada diatasi dengan memesan 45 unit kapal penumpang dari Eropa Barat dengan dana dari Bank Ekspor Impor Indonesia. Hingga kapal-kapal yang dipesan tiba, Pelni mencarter kapal-kapal asing untuk mengisi trayek yang ditinggalkan KPM. Selain itu, Pelni juga menambah jumlah armada dengan kapal-kapal hasil pampasan perang dari Jepang.[3]
Pada tahun 1961, Pelni diubah statusnya dari perseroan menjadi perusahaan negara. Status Pelni kembali diubah dari perusahaan negara menjadi perseroan terbatas pada tahun 1975.[3]
Dua kapal Pelni, KM Rinjani dan KM Kambuna dihibahkan kepada TNI-AL. Penyerahannya dilakukan pada 13 Mei 2005 di Komando Lintas Laut Militer Tanjung Priok. KM Kambuna diganti namanya menjadi KRI Tanjung Nusanive (KRI 973), dan KM Rinjani menjadi KRI Tanjung Fatagar (KRI 974).[4]
Armada
Sebagian besar armada kapal adalah kapal yang dibangun oleh galangan kapal di Jerman. Kabin penumpang umumnya dibagi menjadi kelas 1, kelas 2, kelas 3, dan kelas ekonomi. Kabin terbaik adalah kelas 1A diikuti dengan kelas 1 B, kelas 2A, kelas 2B, kelas 3, dan kelas ekonomi. Penumpang kelas ekonomi tidur beramai-ramai di sebuah kamar yang dilengkapi kasur. Di dalam kapal terdapat rumah makan, kafetaria, toko kelontong, bioskop mini, arena pertunjukan musik, dan musala.
Selain itu Pelni juga bekerja sama dengan Telkomsel untuk pemasangan BTS di atas beberapa kapal Pelni.
Kapal dengan trayek tetap
|
|
|
Kapal cadangan dan carter
- KM Kerinci (Kaimana)
- KFC Jet Liner
- KM Willis (Padang)
Referensi
- ^ "Sumber Daya Manusia". Pelayaran Nasional Indonesia. Diakses tanggal 14 January 2009.
- ^ a b c "Kegiatan Usaha". Pelayaran Nasional Indonesia. Diakses tanggal 14 January 2009.
- ^ a b c d e "Sejarah". Pelayaran Nasional Indonesia. Diakses tanggal 14 January 2009.
- ^ "Dephan Secara Resmi Terima Hibah Dua Kapal Angkut Personil Dari Pt. Pelni". Kementerian Pertahanan RI. Diakses tanggal 2013-04-02.