Sejarah Bangka
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP52Nurdin (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 15 Mei 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 4 Mei 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP52Nurdin (Kontrib • Log) 3831 hari 211 menit lalu. |
Sejarah Bangka, Pulau Bangka yaitu suatu pulau yang terdapat di samping timur Sumatra, Indonesia dan terhitung dalam lokasi propinsi Kepulauan Bangka Belitung.[1] Sejarah mengungkapkan bahwa Pulau Bangka pernah dihuni oleh orang-orang Hindu pada abad ke-7.[2] Pada masa Kerajaan Sriwijaya pulau Bangka termasuk pulau sebagai daerah taklukan dari kerajaan yang besar itu.[2] Demikian pula Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram tercatat pula sebagai kerajaan-kerajaan yang pernah menguasai Pulau Bangka.[2]
Asal-usul nama Bangka
Dalam berbagai publikasi dipertengahan abad 20, pulau ini ditulis dengan ejaan "Banka".[3] Kemudian, seorang ahli tambang senior Cornelis de Groot mengusulkan untuk menulis nama dengan ejaan "Bangka".[3] Berikut adalah penamaan pulau bangka:
Mo-Ho-Hsin
Asal-muasal nama Bangka oleh I-Tsing disebut Mo-Ho-Hsin, lokasinya di Kota Kapur, tetangga Sriwijaya.[3] Kota Kapur berada di pantai Selat Bangka, berhadapan dengan delta sungai Musi.[3] Moho berasal dari kata Sansekrta yaitu moha yang berarti "bingung" atau "lingung".[3] Berdasarkan pengertian itu Nia Kurnia (1983) menghubungkan kata bangka dengan istilah tua bangka yang berarti orang yang sudah tua dan linglung.[3]
Vanka, Wangka
Pulau Bangka berasal dari kata wangka (vanca) yang berarti "timah" dalam bahasa Sanksekerta,[3] karena wilayah ini memang kaya barang tambang timah.[4] Nama "Wangka" muncul pertama kali bersama dengan nama "Swarnabhumi" dalam buku sastra India Milindrapantha yang ditulis abad ke 1 SM.[3] Swarnabhumi diidentifikasikan sebagai pulau Sumatra, maka kuat dugaan bahwa yang disebut "Wangka" adalah pulau Bangka.[3][5] Loius-Charles Damais, dalam bukunya Epigrafi dan Sejarah Nusantara, mempertegas bahwa Bangka berasal dari kata wangka (vanca).[6]
Bangkai
Pulau Bangka dalam sejarah Dinasti Ming (1368-1643) disebut Ma-Yi-dong atau Ma-yi-Tung.[3] Ma-yi-dong konon terletak disebelah barat Pulau Gao-lan atau pulau Belitung.[3] Istilah ma-yin-dong merupakan julukan para pedagang Arab untuk pulau Bangka.[3] Kata itu berasal dari kata mayit, bahasa halus dari kata bangkai.[3] Menurut pendapat umum, "bangkai" yang dimaksud adalah bangkai kapal yang banyak kendas atau pecah karena karang yang memenuhi bagian timur pulau ini.[3]
Wangkang
Pendapat lain mengatakan nama pulau Bangka berasal dari kata waka atau wangkang yang berarti jung kapal Cina, yang banyak pecah dan tengelam disekitar pulau bangka.[3]
Asal Usul Nama Pulau Bangka memiliki beberapa versi.[7] Temuan arkeologi yang terkenal adalah prasasti kota kapur yang menggunakan huruf pallawa dalam bahasa Melayu Kuno.[7] Prasasti-prasasti kota kapur ini menunjukan pengaruh Kerajaan Sriwijaya atas pulau bangka kala itu, diperkirakan antara abad ke-6 Masehi dan abad ke-7 Masehi.[7] Prasasti itu dibuat masa pemerintahan Dapunta Hyang, penguasa kerajaan Sriwijaya.[7] Artifak ini ditemukan oleh seseorang dari Belanda bernama J.K. Van Der Meulen di tahun 1892 di daerah kabupaten Bangka, kecamatan Mendo Barat.[7] Kemudian artifak-artifak tersebut dianalisa oleh H. Kern, seorang ahli Epigrafi, dimana ia menganggap bahwa sriwijaya adalah nama seorang raja, karena sri mengindikasikan seorang "raja". Hingga akhirnya George Cœdès (1886-1969), seorang sejarahwan dan arkeolog Perancis menyatakan bahwa Sriwijaya adalah sebuah Kerajaan.[7] Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu yang berbentuk tugu bersegi-segi dengan ukuran tinggi 177 cm, lebar 32 cm pada bagian dasar, dan 19 cm pada bagian puncak.[7] Isinya berupa low enforcement bagi orang-orang pulau Bangka, yakni semua orang yang melawan atau memberontak terhadap Sriwijaya akan dihukum dan dikutuk.[7] Di dalam salah satu prasasti tersebut tertulis "VANKA" dalam huruf pallawa, yang diartikan "TIMAH".[7]
Prasejarah
Bangka pada masa Pleitosen
Pleistosen adalah masa antara 1.808.000 hingga 11.600 tahun yang lalu. Disebut juga zaman es ketika temperatur global 15 drajat celcius lebih dingin dari masa sekarang (zaman kauter). saat itu pulau sumatera, kepulauan riau, jawa, kepulauan bangka belitung, dan kalimantan tergabung menjadi satu daratan.
Bangka pada awal sejarah
Entah sejak kapan Pulau Bangka mulai dihuni manusia. Hingga saat ini, satu satunya tempat yang mempunyai bukti tertulis tertua di Pulau Bangka dan bertarikh bahwa di Bangka telah ada hunian adalah Prasasti Kota Kapur. Prasasti yang ditemukan di Desa Penagan, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka bertanggal 28 April 686 Masehi.
Setelah timah ditemukan di abad ke-17, membuat Bangka mendapatkan kekayaan dan terkenal sebagai penghasil Timah terbesar di Indonesia.[4] Sekarang meski masih ditambang namun tidak sebanyak seperti dahulu.[4]
Referensi
- ^ (Indonesia) "Wisata Pulau Bangka". Pulau Bangka. Diakses tanggal 12 Mei 2014.
- ^ a b c (Indonesia) "Asal Mula Bangka". Sejarah Bangka. Diakses tanggal 10 Mei 2014.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o (Indonesia) SUTEDJO SUJITNO. Lagenda Dalam Sejarah Bangka (Jakarta: Cempaka Publishing, 2011) ISBN: 979166960-1.
- ^ a b c (Indonesia) "Indonesia Trevel". Trevel Indonesia. Diakses tanggal 10 Mei 2014.
- ^ (Indonesia) Raden Panji Soejono. Jaman Prasejarah Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1984)
- ^ Loius Charles Darmis & George Coedes, Kedaulatan Sriwijaya: Penelitian tentang Sriwijaya (Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Ecole Francaise d'Extreme Orient EFEO, 1995) hal.85
- ^ a b c d e f g h i (Indonesia) "Nama Pulau Bangka" (PDF). Asul-usul nama Pulau Bangka. Diakses tanggal 12 Mei 2014.