Lompat ke isi

Kucing hitam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 7 Oktober 2014 09.56 oleh Ariefz (bicara | kontrib)
Banyak kebudayaan memiliki takhayul tentang kucing hitam. Kucing hitam sering dianggap "keberuntungan" atau "nasib buruk" pada mereka.

Kucing hitam adalah seekor kucing domestik yang memiliki bulu berwarna hitam polos. Organisasi pendaftaran kucing CFA (Cat Fanciers' Association) telah mengakui 22 ras kucing yang boleh memiliki warna bulu hitam. Kucing hitam bukanlah ras kucing. Contoh ras kucing yang hanya memiliki warna hitam adalah ras kucing Bombay. Bombay terkenal sebagai kucing yang memiliki warna hitam yang mengkilap dan indah.[1] Pigmentasi warna hitam sedikit lebih umum pada kucing jantan daripada kucing betina. Karena tingginya kandungan pigmen melamin pada kucing hitam, akibatnya mereka memiliki warna mata (iris) berwarna kuning (emas).[2]

Mitos dan takhayul

Kucing hitam adalah kucing yang penuh dengan mitos dan identik dengan kesialan. Kucing hitam kadang dipercayai orang-orang membawa nasib baik atau pun nasib buruk.[3][4] Mitos mengenai kucing hitam itu sendiri bermula dari sejarah Babilonia Kuno. Pada masa itu, kucing hitam dipersembahkan dalam upacara ritual mereka untuk dibakar bersamaan dengan sesaji lainnya. Mitos ini timbul karena ada seekor kucing hitam yang sedang tidur di tengah-tengah seekor ular, dan ular pada masa itu merupakan lambang kejahatan.[4][5]

Menurut penelitian dari Journal of Applied animal Welfare Science, kucing hitam adalah kucing yang jarang diadopsi dan dilantarkan karena banyaknya orang yang percaya bahwa kucing hitam adalah kucing pembawa nasib buruk. Kadang-kadang tokoh hewan harus menurunkan harga adopsi atau memberikan pembiyayaan gratis untuk perawatan kepada kucing hitam. Bahkan beberapa organisasi tidak mengizinkan mengadopsi kucing hitam di bulan Oktober. Mereka takut jika kucing tersebut akan digunakan untuk melakukan ritual-ritual aneh dan akan diperlakukan kejam.[3]

Mitos tentang kucing hitam diantaranya adalah banyak orang yang percaya terutama orang Eropa bila mereka melihat kucing hitam di jalan, mereka akan mendapatkan kesialan.[3] Kucing hitam di Indonesia dianggap sebagai pertanda mistis. Salah satu mitos kucing hitam di Indonesia yang terkenal adalah jika ada mayat yang dilangkahi oleh kucing hitam, maka mayat tersebut akan bangkit lagi dan dikuasai oleh roh jahat yang dibawah kucing hitam tersebut.[4]

Orang-orang Jerman dan Italia mempercayai bahwa jika ada kucing hitam yang melompat ke atas tempat tidur orang yang sakit, tandanya orang sakit yang tidur di tempat tidur tersebut akan segera meninggal.[5][6] Orang-orang Finlandia mempercayai bahwa kucing hitam adalah makhluk yang akan membawa manusia ke alam baka. Kemudian, orang-orang Normandia percaya jika sedang menyebrang ketika bulan purnama dan melihat seekor kucing hitam maka orang tersebut akan terkena wabah penyakit.[5]

Menurut kepercayaan Skotlandia, jika ada kucing hitam yang sedang duduk di halaman rumah, maka hal itu akan membawa kemakmuran dan rezeki kepada si pemilik rumah.[3][6] Para petani Latvia juga mempercayai bahwa kucing hitam yang sedang bermain di sawah mereka adalah kucing titisan Rungis yang merupakan dewa panen. Selain itu, orang-orang Rusia juga mempercayai bahwa jika ada kucing hitam yang melintas di depan, maka orang tersebut harus berjalan berbalik arah sambil memegang kancing pakaian yang sedang dipakai, agar terhindar dari kesialan.[6]

Referensi

  1. ^ (Inggris) Black Cat Breeds and History. www.catchannel.com. Diakses 25 Juni 2014.
  2. ^ (Inggris) Black Cat Don't Give You Bad Luck. prezi.com. Diakses 25 Juni 2014.
  3. ^ a b c d (Indonesia) Mitos dan fakta menarik seputar kucing hitam. www.merdeka.com. Diakses 7 Oktober 2014.
  4. ^ a b c (Indonesia) Mitos Seputar Kucing Hitam Di Berbagai Belahan Dunia. bluebiru.heck.in. Diakses 7 Oktober 2014.
  5. ^ a b c (Indonesia) 8 Mitos Mistis Kucing Hitam di Dunia. www.wartainfo.com. Diakses 7 Oktober 2014.
  6. ^ a b c (Indonesia) Mitos Kucing Hitam di Berbagai Negara. www.gadis.co.id. Diakses 7 Oktober 2014.